6. Total change

61 10 0
                                    

spam komen vote jangan lupa.

Happy reading!



Jaehyun baru saja pergi, tetapi satu Kubus di balik pintu membuatnya tidak tenang kembali. Ini tidak terkesan manis walau kotak itu berwarna pink muda, tetap saja terkesan mencekam bagi dirinya.

Jesa susah paya memperkuatkan diri untuk tidak panik. Ia meraih benda itu dan menatap sekelilin yang sepi, padahal jam baru masuk pukul 09.00. Ia buka tutupnya dengan mata membulat, mendadak figurnya pucat fasi.

Napas gadis itu memburu. Di dalam sana terdapat foto mengerikkan, jangan lupakan bercak darah yang sepertinya terlihat asli. Tiba-tiba tubuh gadis itu terjatuh bersamaan pemuda chenle keluar dari lift.

Lelaki itu segerah mendekati sang kakak yang semakin panik. Ia rangkul sang kakak dan membawanya masuk. Chenle meraih vitamin di atas meja yang berdekatan dengan dua gelas coklat dingin.

"Calm down kak, calm down," ujar Chenle tegas namun masuk begitu lembut di pendengaran Jesa.

"Kakak ingat tidak awal dimanah aku terjatuh lalu menangis sebab tidak bisa menaiki sepeda? Atau kakak masih mengingat nilai ku yang hancur padahal semuanya baik-baik saja?"

"Kakak tau-" Chenle terus berbincang hingga berakhir Jesa terlelap dalam pelukannya. Tubuh lelaki itu masih terus mengusap punggung Jesa, ia merasa senduh.

Sejak kejadian itu Jesa banyak mendapat perubahan, bahkan gadis itu tidak begitu baik di setiap waktu. Birai Chenle terangkan dengan senyuman tipis yang menyedihkan.

Perlahan-lahan, Chenle mengangkat tubuh kecil sang kakak begitu saja. Ia bawa ke kamar dan membaringkannya. Chenle terduduk di sisi kasur menatap vitamin yang biasa Jesa bawa jika pergi menuju kantor.

Chenle menghela napas sebelum membuangnya ke tong sampah dan menggantikannya dengan yang baru ia beli.

Tanggal mati obat itu sudah di mulai malam ini.

-
-
-

Mentari mulai menyinar dan menyilau di balik kaca yang tirainya tersimbak. Jesa bangun seperti biasa, seakan tidak mengingat apapun tentang semalam. Gadis itu melangkah ke kamar mandi dan pastinya Chenle sudah bangun lebih dulu.

Kini kakinya sudah keluar kamar dan menghirup aroma dari dapur. Jesa melihat Chenle yang menyiapkan sarapan.

''Pagi, kak," sapa Chenle dengan senyuman khasnya, tak lupa juga ia meminta sang kakak untuk segerah duduk dan menikmati makanan yang ia sajikan.

"Kau sudah bekerja? Apa berjalan baik?" Jesa mekangkat pandagannya, pagi ini Chenle kembali rapi dan terbukti lelaki itu megangguk.

"Aku bekerja di minimarket dekat dengan perusahaan Seo, tempat kakak bekerja." Jesa melebarkan birainya dengan bibir terangkat kecil.

"Syukurlah, aku tenang jika tidak terlalu jauh." Dan Chenle mengangguk hingga makanan berakhir mereka memutuskan untuk naik bus bersama.

Dan untuk kesekian kalinya hanya pesan singkat yang Jesa dapatkan, dan Jesa rasa Jaehyun begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebab tidak bisa menjenguk dengan waktu yang singkat.

Dan tiba di halte keduanya melangkah dengan arah yang berbeda. Jesa yang kian memasuki lobby tersenyum rama pada setiap yang menyapanya, dan tidak luput dari setiap pergerakannya-

Sosok di sudut ruangan di atas sofa lobby memperhatikan tiap-tiap pergerakan gadis itu.

"Apa rencana mu?" Jaemin berkata membuat Jeno menoleh. Dengan raut bingungnya Jaemin menunggu kalimat lelaki itu untuk menjawab.

Quite Bitter✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang