12. Sading presence

48 8 0
                                    

Jangan lupa vote komen!

Happy reading!



Jaehyun menekan keyboard cukup kuat, ia menghela napas menatap Aru yang terduduk dikursi depannya.

"Kau tidak bisa diam saja di rumah?" Kesal Jaehyun yang masih ia tahan dengan suara dinginya.

"Aku harus mengikuti mu, seperti yang Ayah ku mau." Jaehyun terkekeh menaikkan alisnya, pandangannya teralih pada Aru.

"Kau membuat waktu kerja ku semakin banyak."

"Dan aku tidak perduli." Tiba-tiba saja Jeno masuk mendudukkan dirinya di sofa.

"Jaemin menghubungi ku, katanya Jesa mencari. kau tidak memberi tahunya jika akan kemari?" Jeno meraih kacang-kacangan yang sudah di siapkan di atas meja, ia langsung memakannya sesekali melirik Jaehyun.

"Tidak."

"Kasihan. dia pasti khawatir padamu." Pernyataan itu cukup singkat dan jelas jika Jaehyun tidak ingin Jess kerepotan saat dirinya pergi, tapi jujur saja ini sangat menyiksa dirinya.

"Aku tidak punya alasan yang tempat untuk memberi tahu." Dan untuk kesekian kalinya pintu kedatangan tamu, namun kali ini dalam bentuk ketuk.

Dirasa mendengar suara Jaehyun yang mengalun, sosok itu muncul memperlihatkan senyuman meremehkan dari Jeno. Sungchan dengan malas melewati Jeno begitu saja.

"Aku sudah membereskan masalah Doyoung." Jaehyun menerima berkas yang Sungchan sodorkan dan Jeno sendiri sudah bangkit dari duduknya.

"Sungchan kemarilah." Namun lelaki itu hanya diam dan menatapnya sengit.

"Pergilah, jika kalian akan ribut." Aru yang tau betul bagaimana interaksi kelanjutan mereka kembali terdiam melihat Jaehyun yang sibuk membaca berkas-berkas.

Dan segunda rasa, jeno terkekeh, lelaki itu merangkul pundak Sungchan dan megangkat dagunya.

"Ayo berlatih, aku sudah lama tidak bermain."

"Jangan coba-coba, Ryu jeno!" Dengan segera Sungchan menepis tangan lelaki itu dan mendorong bahu Jeno cukup kesal.

"Jika ingin mati, mati sendiri. Hidup ku terlalu tidak cocok bersama mu."

"Bajingan ini, aku kakak mu sopan lah?!" Namu Sungchan tidak mendengar, sebab tubuhnya sudah pergi merosot membawa langkah lebarnya begitu saja.

-
-
-

Sudah malam ketiga, Jesa betul-betul kacau, Jaehyun masih belum ada kabar, bahkan sekedar menghubungi lelaki itu saja tidak terangkat.

Jeda terduduk di kamarnya dengan kepala yang menunduk. Chenle belum pulang bekerja, dan Jesa kembali menahan pedihnya sebab Jaehyun yang menghilang tiba-tiba.

Bel berbunyi membuatnya segera beralih membuka pintu, Jesa menatap sosok itu dengan wajah yang berbinar walau kesedihan menerpa lebih jelas.

"Jaehyun..." Jaehyun menarik bahu Jesa untuk ia peluk, gadis itu membalasnya tak kala erat, menangis di dada bidang Jaehyun dengan isakan kecil.

"Maafkan aku, aku tidak bisa memberi tahu mu, tapi ku mohon jangan marah. Aku dipindahkan ke Dubai untuk beberapa waktu, percayalah aku akan kembali."

"Jesa ku mohon." Jesa mengangkat wajahnya, ia tidak percaya, tapi sulit. Jaehyun menghilang dan membawakan kabar jika lelaki itu akan menetap di Dubai. Ini terlalu tiba-tiba.

Quite Bitter✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang