8. Wedding attendance

71 9 0
                                    

Happy reading.

Jangan lupa vote komen.




Jesa dirawat cukup lama dan itu selalu menghabiskan waktu Jaehyun di ruangan yang sama. Jaehyun tidak keberatan, ia bahkan merasa khawatir yang begitu besar jika tidak bersama Jesa. Rasa bersalah menghantuinya tiap-tiap hari, tapi Jaehyun tidak bisa berbuat banyak saat dirinya juga punya kesibukan yang nyaris ia lupakan.

Jaehyun yang berdiri di depan jendela melirik bayang-bayang Jeno yang keluar dari toilet.

"Pulanglah, kau butuh istirahat." Jeno melirik sang kakak, namun tubuhnya sudah terjatuh di atas sofa.

"Jangan memanjakan ku, aku hanya menggendongnya ke dalam mobil dan itu bukan jarak yang jauh." Jaehyun membuang napasnya.

"Aku akan menghubungi, Jaemin untuk membawa mu pulang." Lelaki itu sudah siap dengan ponselnya mencari kontak Jaemin untuk dihubungi.

"Kau, posesif sekali," gumam Jeno yang berhasil mengambil atensi Jaehyun, namun lelaki itu segera mengalihkannya dan kembali menatap luas rumah sakit yang ia pijakan.

Dan tak lama dari itu Jaemin datang, lelaki itu juga membawakan makanan di kedua sisi tangan.

"Di ruangan tadi kau tidak sempat makan, jadi ku bawakan ini." Jaehyun mengangguk berterima kasih menerima makanan itu. Mata lelaki itu tertuju kepada Jeno yang masih merebahkan dirinya di atas sofa.

"Pulang!" Desis Jaemin yang kesal mengingat jadwal kerja mereka.

"Tidak ingin. Ac di sini nyaman." Jeno memeluk dirinya sendiri dan mulai memasang wajah menjengkelkan, oh ralat memang menjengkelkan.

"Jangan keras kepala, pulang." Jaehyun kembali meminta lelaki itu untuk segera berlalu.

"Kau yang keras kepala. Aku tidak ingin pulang kau memaksa." Entah sudah beberapa kali ia membuang napas, intinya melawan Jeno itu punya kesabaran yang besar untuk tidak memukuli bule jadi-jadian itu.

Pintu terbuka memperlihatkan Chenle yang terkejut.

"Dia tidak biasanya begini." Jaehyun meletakkan bungkus makanan di atas meja sebelah berlalu menjauh membiarkan lelaki itu dengan sang kakak, hanya kembali berdiri di depan jendela.

"Chenle?" Jaemin memanggil lelaki itu membuatnya menatap bertanya-tanya.

"Maaf, kau mengenal ku?" Jaemin terdiam sejenak, ia kembali menatap lelaki itu ragu.

"Universitas Korea. Kau lulusan beasiswa bukan?" Dan benar saja Chenle mengangguk.

"Cih, tidak menyenangkan." Suara kecil itu hanya mampu Jaehyun dengar, sebab posisinya lah yang paling dekat. Ia melirik Jeno sejenak lalu beralih pada Chenle dalam pantulan kaca.

"Jeno ya membawa kakak mu kemari." Jaemin mengarah pada Jeno yang memutuskan untuk memejamkan matanya dengan kedua tangan terlipat.

"Terimakasih untuk itu."

"As usual," kekeh Jeno yang diam-diam membuat Jaehyun geram atas sikapnya.

Perlahan-lahan Jesa membuka matanya, ia menatap sekelilin dan terjatuh pada langit-langit ruangan. Chenle yang tak lepas dari Jesa menghampiri sang kakak.

Jaehyun yang ikut tersadar ingin menekan tombol otomatis agar dokter segerah datang, tapi Jesa menahan tangannya.

"Tidak perlu, Ryu," jawab Jesa masih dengan notasi suara pelan.

Quite Bitter✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang