Chapter lima belas; Party
"Saka, itu di depan udah ditunggu anaknya joni tuh" Mamah Saka mengintip dari depan pintu kamar yang sedikit terbuka, melihat putrinya yang kesusahan merapihkan rambut. Mama Reva memutuskan membantu "Emang nanti mau pulang jam berapa sayang?"
"Ga tau juga sih ma, tahun kemarin aku kan nginep dirumah Nara, Kayaknya malem ini nginep lagi" Saka mendongak. "Boleh?"
Mamah saka mencium kening Saka dari atas, melanjutkan pekerjaan nya mencatok rambut "Izin Ayah dulu gih, mamah ma boleh-boleh aja"
Di izinkan membuat saka menyunggingkan senyum, menatap pantulan wajahnya di cermin. "Si candra itu pakai baju kaos apa Tuxedo?" tanya Saka iseng.
Mama Saka menatap Saka lewat pantulan cermin, mengangkat alis. Tumben juga anaknya itu berani bawa cowo kerumah, walau tetangga Saka ga pernah gini. Itu si Anang, rumah nya dua rumah doang jaraknya dari rumah Saka ga pernah saka ajak main kerumah. Bapaknya aja yang sering kesini, nongkrong sama bapak Saka. Main catur.
"Ga Tuxedo juga Sa, dia pake baju hoodie sama celana bahan. Di tangannya juga ada jas. Ga formal banget kok itu anak" jelasnya dengan menarik helai terakhir rambut Saka.
"Nah, anak mamah udah cantik, ayo turun. Udah dari tadi itu nungguin kamu" Saka bangkit, manarik kotak yang Saka letakan di bawah ranjang. "Mah Saka kudu Pake sepatu kanan atau kiri?" tunjuknya pada dua kotak sepatu yang terbuka, pengertian juga Nara ngirim sepatu sampai dua biji.
"Yang pertama aja, kamu nanti joget-joget kalo pake hels jatuh nanti pas dugem" kata Mama Reva diakhiri dengan tawa meledek.
"Dugem apa, dia ulang tahun ke 16 mamah" sungutnya sebal. Saka menarik keluar sepatu flat itu. Warna nya yang tidak terlalu mencolok membuat nya bisa di sandingkan dengan warna baju apapun.
Seletah mengaitkan sepatunya, Saka berdiri menatap mamah nya dengan centil "Cantik ga mah?"
"Anak nya Revan kalo jelek dia buang di got depan" jawabnya meledek.
"Tau lah, pergi aja aku" Saka menghentak meninggalkan mamahnya yang bersedekap dada di dalam kamarnya. Melihat Saka yang membenarkan dressnya dan rambut sebelum menuruni tangga membuat mamah Saka mengangkat alis "Beneran naksir sama anak si Joni nih anak gadis Revan"
"Euy cepet banget kesini, jam berapa ini" kata Saka sambil menuruni tangga.
Candra menatap Saka sekilas. Tidak mau terpesona ditempat yang tidak tepat, didepan candra duduk Ayah kandung dari wanita yang menegur Candra tadi.
"Udah jam tujuh empat lima sa" bukan Candra yang menjawab malah Ayahnya. Candra meneguk ludah gugup, tadi sempat ditanya-tanya kapan pulang, apa yang akan mereka lakukan di party remaja itu, apa ada fikiran nakal Candra untuk Saka. Dan lain sebagainya, ya allah Candra berasa mau ngajak anak orang maksiat.
Tepukan pelan di pundaknya membuat Candra menoleh "Eh udah, ayo berangkat tadi Bara nelfon mereka udah bawa Sasa"
Mendengar pernyataan Candra membuat Saka terkejut "Beneran tuh anak ikut? Ih beneran, bener ga lu" tanpa sadar Saka sudah merapat pada Candra menanti jawaban, Candra yang di pepeti hanya mampu membuang pandangan dan kembali meneguk ludah. Saat ini Candra memakai Pantopel dengan hak 3cm dan saka memakai sepatu tanpa hak. Perbedaan tinggi keduanya jelas makin terlihat, saat ini Saka hanya sampai se leher Candra.
"Ini apa mepet-mepet depan Ayah heh" telinga Saka tertarik membuatnya merintih kecil, melihat celah Candra segera pindah posisi. Takut di pepeti Saka lagi.
"Ampun Ayah ampun ya allah sakit Ayah, Mamahh!!" Saka menjerit-jerit membuat mamah Reva turun." Loh kok belum berangkat, ga telat nanti?" tegurnya saat melihat Saka dan Candra yang masih berdiri di ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] paket! || Lee Haechan
Novela JuvenilSedikit menggelikan jika menyebut pertemuan pertama sebagai takdir, namun tanpa pertemuan pertama itu apa mungkin, aku dan kamu saling kenal dan berujung menjadi kita?