dumb dumb days

213 79 9
                                    

Chapter empat belas; dumb dumb days

Sampai dikelas Candra menepuk pelan pucuk kepala Saka, "belajar yang bener, nanti mau pulang bareng?" Candra menunduk ingin melihat wajah Saka.

Saka yang melihat wajah Candra terlalu dekat dengannya jadi memundurkan langkah, "gu-gue naik angkot nanti"

"Bareng gua aja, kan searah"

Saka jadi makin mundur saat Candra maju dengan wajah menunduk, "Gue mau main kerumah Nara, ntar malem kan dia mau party gue bantu-bantu gitu"

Candra jadi mengangguk paham, memasang wajah serius "Yaudah ntar gua anter kerumah Nara ya"

Saka jadi merutuk, nih cowo apa sih mau nya. Ngerepotin Saka mulu!

"nggak usah Can nan—

"Ga ada penolakan okey, dah gua kekelas dulu" Candra kembali mengusak pucuk Kepala Saka pelan, lalu berjalan menjauhi kelas Saka dengan tangan dimasuki kedalam saku celana.

"Tuh orang kesurupan apa sih, kenapa jadi wetpet boy begitu" gumam Saka sambil memegang rambutnya, Saka jadi tersenyum sendiri saat membayangkan kejadian Candra mengusak rambutnya.

Saat saka berbalik akan melangkah masuk kedalam kelas, dia dikejutkan oleh Senja, Nara, dan Sasa yang berdiri di sisi dinding lainnya. "ish ngapain?!" tanya Saka marah, mereka liat kelakuan si beruk Candra ga ya?! Malu banget gue.

"Elo..." Senja menunjuk Saka dengan wajah berfikir keras.

Saka jadi berdiri kaku didepan kelas, diam-diam meneguk ludah gugup.

"apa?! Kenapa?! Lo juga anak sebelah ngapain masih disini?  Balik sana, Hush!"

Nara jadi mempoutkan bibirnya, kesal sendiri di bentak Saka padahal mereka ngintip diajakin senja.

"Elo tuh pacaran ya sama Candra?"

"IDIH ENGGAK!" Saka melotot garang.

"SIAPA BILANG GUE PACARAN SAMA MANUSIA NAJIS ITU"

Senja jadi memasang wajah meledek, "Kalo engga kenapa lo panik?"

Saka menoleh dengan wajah garang dan pipi yang tiba-tiba memerah "Siapa yang panik?! Sasa lo udah tugas sejarah, bagi liat dong"

Sasa menoleh bingung, berbisik pelan pada Senja di samping nya "Emang hari ini ada pelajaran sejarah?"

Kikikan Nara dan Senja membuat Sasa bingung "kenapa?" tanya nya tak tahu apa-apa.

"Bodoamat ah" merasa diejek dengan tawaan, Saka memilih beranjak. Menjauhi tiga manusia itu.

***

"Assalamualaikum, mama! Ma! Manalah mama nih"

Saka berlarian dari gerbang menuju pintu utama, tersandung kecil akibat selang yang tak tergulung rapih di taman depan.

Membuka pintu dengan keras Saka kembali berteriak "mama!"

Dia menunduk, melepas sepatunya buru-buru. Saka mendongak melihat Mamah nya mendekat dengan wajah penuh masker.

"Mah mah, dengerin Saka" Saka lari menghampiri Mamahnya diruang tamu. Mama saka memberi aba-aba agar Saka berhenti. Saka menurut, menghentikan langkahnya dengan nafas terengah.

Mamah saka menunjuk kearah belakang Saka, Saka jadi menoleh. Menepuk pelan kening nya, dia kembali berbalik merapihkan sepatu yang terlempar sana sini.

Setelah nya dia berbelok arah, menuju dapur untuk cuci tangan di kamar kecil. Mama saka mengikuti dengan tenang di belakangnya.

"Mama nerima paket tadi pagi?" teriak Saka dari dalam kamar mandi.

[✔️] paket! || Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang