hari yang berat untuk saka

181 86 10
                                    

Chapter dua belas; hari yang berat untuk saka.

Pagi ini Saka diantar sang Ayah kesekolah, dengan motor supra jadul berwarna hitam.

"Ma, Saka berangkat ya" Saka menyalimi sang Mama yang mengantarnya sampai ke gerbang. Masih lengkap dengan daster dan roll rambut di kepala.

"hati-hati nak, belajar yang bener"

Saka mengangkat jempol,tanda bahwa dirinya paham. naik keatas motor Ayah nya siap Berangkat.

Saat motor melaju Saka melambai kan tangan pada Mama Reva.

Di tengah perjalanan Ayah Saka mengajak Saka berbincang membuat Saka beberapa kali harus maju agar mendengar suara Ayahnya, maklum Ayahnya kalo bawa motor ugal-ugalan kaya pembalap liar, udah gitu masih ngajak saka ngobrol. Kan angin nya kenceng, budeg Saka jadinya.

Di belokan menuju sekolah Saka, terdapat tanjakan lumayan panjang, karna perempatan berada di ujung tanjakan itu jadi pagi-pagi gini macet. Banyak mobil keluar masuk dan motor menyalip tidak sabaran, membuat Ayah Reza harus rela bersabar.

Sedang repot-repot nya menahan emosi, tupperwar Saka terjatuh. Menggelinding menuruni turunan, mendengar suara benda jatuh Saka segera merogoh tas nya. Haduh, botol minum segala jatuh lagi.

"Ayah, tunggu botol minum Saka gelinding" Saka turun dari motor, mengajar botol minum yang masih bergelinding. Beberapa pengendara motor hanya menonton saja tanpa berniat membantu.

Sibuk melihat botol minum nya, Saka tak sadar tepat di depan sana ada motor yang melaju dengan kecepatan sedang. Pengemudi motor itu menginjak pelan botol minum Saka agar berhenti bergelinding.

Melihat kaki seseorang menghentikan laju botol minum kuning nya, saka bernafas lega. Dia menunduk segera meraih botol minum nya, lecet dikit. Pasti mamah marah.

"makasih ya Mas, makasih banyak" melihat orang yang membantu nya Saka terkejut.

"Senja?"

"oit, tuh ditunggu bokap lo" Senja menunjuk Ayah Saka yang menepi dan menoleh kearah mereka, menunggu Saka. Padahal sekolah sudah dekat, tapi ongkos jajan Saka masih bertengger manis di kantung sang Ayah, maka dari itu Ayah Reza setia menunggu.

"eh iya, thanks ya Ja" Saka menunjuk botol minum kuning kemudian berlari menghampiri Ayahnya.

Senja yang ditinggal lari jadi memandang Saka dengan tatapan Tidak suka "pendek banget rok tuh cewe" katanya sambil melirik kearah warung kopi tempat Ayah Saka menepi, ada beberapa anak muda yang nongkrong, pagi-pagi minum kopi terus ngelirik-lirik paha Saka saat gadis itu akan naik kemotor.

Rok sepaha itu sedikit terangkat, Saka membetuli letak rok nya dan tak lama motornya bergerak maju.

Senja jadi makin memasang wajah kecut saat anak-anak tongkrongan tadi berseru kecil. Terlihat sekali bahwa mereka membicarakan temannya yang baru saja pergi, Baru akan turun jadi motor untuk menegur, bodi motor samping nya di tendang pelan.

"woi anjir" Senja menoleh kaget, motornya hampir terjatuh menimpa dirinya sendiri . Sudah menjadi rahasia umum Senja dan motornya lebih besar motornya jadi kalo jatuh tertimpa bisa jadi penyet dia. Juga tumben banget anak ini kesekolah bawa motor, biasanya embem.

"Ngapain nyet? Ayo kesekolah uda siang" melihat kediaman Senja, Abraham mengikuti arah pandangnya "kenapa tuh orang? Ngajak ribut? Nantangin lo? Apa gimana, ngomong" gertaknya tegas.

Seketika senja jadi menciut, ditengah keramaian jalan pagi ini temannya malah membentakinya di pinggir jalan.

"kaga udah ayo ah" Senja membetulkan posisi, siap menarik gas.

[✔️] paket! || Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang