pertemuan pertama

1K 158 84
                                    

Chapter pertama; pertemuan pertama

Permisi? Paket!

"iyaa sebentar" seorang gadis dengan roll rambut di poninya begegas turun dengan piyama panda yang masih melekat di tubuhnya. Padahal hari sudah siang.

Risaka putri hapsari namanya, wanita pemalas yang hobinya pesan barang online.

Jelas satu komplek tau dia, jika kamu bertanya pada ustad Mahmud siapa Risaka maka dia akan menjawab 'oh, anak gadisnya pak Reza?' . Jika kamu bertanya pada pak Abdul siapa Risaka 'cewe cakep tuh,tapi dulu suka nyolong mangga saya' .

Nah beda lagi jika bertanya pada penghuni rumah di blok B, mereka akan kompak menjawab 'si princess paket? Yang saban hari mesen onlen mulu'

Mpok iyem, tukang sayur langganan ibu-ibu blok b aja sering gibahin Saka, katanya "tumben ga ada suara tuh cat ijo" dan akan di balas celetukan-celetukan ibu-ibu lainnya.

Saka menggelung rambut belakang nya sebelum membuka pintu utama, dengan sandal motif panda yang imut dia menarik gerbang. Bersamaan dengan gerbang hitam depan rumahnya terbuka.

Saka mendelik, sedikit terkejut melihat pemuda tampan dengan setelan kasual yang berhadapan dengan nya, saka melirik kurir paketnya lalu kembali melirik Candra kebetulan dia mau ngeluarin mobil kali ya? Pikirnya saat melihat mobil di belakang tubuh Candra.

Candra juga menyergit heran melihat saka di sebrangnya, lihat lah roll rambut di poni nya, rambut terikat dengan acak-acak an, wajah kumal, dan masih memakai baju tidur, Candra bergidik geli, mengalihkan pandangan dari Saka.

Kurir paket yang berada di tengah mereka bingung, Candra dan Saka sibuk mengomentari masing-masing yang dilihatnya "eung, paket" dia menyodorkan kotak sedang agar mendapat atensi.

"atas nama siapa bang"
"atas nama sia-

Kalimat Candra terhenti saat Saka sudah lebih dulu bertanya.

Kurir paket itu melihat nama penerima, mendongak lalu menoleh ke samping "Muhammad Candra" katanya lantang.

"oh, gua itu bang, punya gua itu mah" Candra menunjuk dirinya dengan heboh, tidak mempedulikan wanita bule di depannya yang menghela nafas kecewa.

Saka menunjukan ekspresi geli saat Candra berpose aneh untuk bukti penerimaan barang.

Candra menoleh, mengangkat alis melihat Saka yang masih menempel di pagar biru mudanya. Memandang dia dengan wajah mencibir.

"Ngapain lu?" tegur Candra.

Saka tersadar, membalas tatapan candra "dih, apaan sih, sok kenal" Saka berbalik menutup gerbangnya kencang, meninggalkan Candra yang melongo melihat tingkahnya.

"ngapa sih tu cewe, emang gua salah pake baju apa? Songong banget anjir mukanya" Candra mengeteki kotak sedang itu, lalu berdecih dan masuk kedalam rumahnya.

"bi, bi! Bi ati" teriak Saka memanggil pembantu rumah tangga nya.

Bi ati mendekat dengan daster dan sotil, "kenapa neng"

Saka menunjuk arah luar, "rumah nomor 48 kapan keisi?" tanya nya penasaran.

"kemarin non, yang nempatin itu duda" jelas bi Ati, Saka mendelik sangat terkejut.

Setelah mengucapkan terimakasih,Saka segera naik kekamarnya, tangannya menarik roll rambut sambil berfikir.

"itu duda? Muda banget tapi, ah wajar sih. mukanya muka anak nakal, mungkin pergaulan bebas" fikirnya melantur.

Saka masuk ke kamar mandi, mencuci muka dan gosok gigi, kemudian keluar sambil menepuk pelan wajah nya dengan handuk kecil yang tersampir di bahunya.

"jam berapa nih, silau amat" katanya sambil membuka lebar gorden kamarnya.

Dia berjalan ke balkon kamarnya, memandang bunga-bunga yang sengaja ia taruh disana.

Sibuk meneliti bunga-bunga cantiknya, suara dari sebrang rumah membuat saka menoleh.

"ihhhh geli, Ayahh"

Saka menyergit, meninggalkan bunga-bunga nya begitu saja, dia memerhatikan anak diujung sana dengan seorang lelaki muda tampak menegur anak kecil tadi beberapa kali, entah apa sejujurnya suaranya tak begitu terdengar karna pintu balkon nya tertutup, hanya jendela saja yang terbuka. Itu pun hanya sedikit.

"Clara, tunggu"

Sosok laki-laki mengejar dengan tangan memegang mangkuk dan sendok penuh nasi, "nda, nda mau makan"

Lelaki itu berhenti, membuang nafas lelah lalu pandangannya bertemu dengan mata Saka. Pupil nya melebar, jelas dia terkejut. baru akan membuka pintu balkon untuk menyapa, orang di sebrang sana sudah berbalik pergi, melihat gelagatnya yang terburu-buru Candra mengurungkan niat membuka pintu.

Di sebrang sana...

Saka yang bertemu pandang dengan Candra terkejut. "ah, pr gua selesai belum ya?" gumam Saka berbalik, kembali menepuk pelan wajahnya yang sudah benar-benar kering, tak lupa menutup pintu balkon kamarnya. Sedikit canggung tatapannya tiba-tiba terbalas.

Candra menangkat alis, bingung dengan sikap tetangga sebrang rumahnya itu "Mas, aaaaa"

Seorang anak kecil menepuk pelan kaki Candra, membuat Candra menoleh lalu berlutut, "Clara jangan lari-lari mulu, kan lagi makan nanti muntah" tegurnya sambil menyuapkan sesendok nasi.

"Eheum, Clara mam sendiri aja. teh Ayu udah datang"

Candra menyerahkan mangkuk nasi, membiarkan Clara menghampiri babysitter yang akan menjaganya sampai petang nanti.

"akhirnya, tamia gua" ucap Candra riang mendekati paket yang tadi datang, Candra mendudukan diri di kursi belajar, membuka kotak coklat itu.

"asik ini mah, ngadu sama Senja" ucapnya sambil melihat mobil tamia yang berwarna biru dengan campuran oren dan merah disisinya.

"tinggal di modip dikit bisa balapan ama turbo nih"

Sedang sibuk mengagumi mainan barunya, suara kencang membuatnya menoleh.

Permisi? Paket!

Candra membuka pintu balkon, melihat kerumah sebrang dimana wanita yang beberapa menit lalu dilihatnya, berlari dengan terburu-buru, pakaian nya masih sama seperti tadi Candra lihat saat dibawah, yang membedakan nya hanyalah roll rambut yang sudah di lepas dan wajah yang terlihat lebih segar. Saat di balkon tadi Candra kurang memerhatikan penampilan Saka.

"loh, imut" celetuk nya saat melihat Saka tersenyum kearah kurir paket yang memfotonya.

Candra tersadar dari rasa kagum nya berdehem kecil membuang muka salah tingkah, "apaan imut, gua ngomong apa dah" berjalan masuk ke kamar dan meraih ponselnya.

Dia menempelkan ponsel di telinganya, menunggu beberapa saat sebelum

"woi Ja, gua punya tamia baru"

***

[✔️] paket! || Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang