Chapter dua puluh satu; Fikiran Candra.
Saka melempar tubuhnya kekasur, setelah seharian penuh menghabiskan waktu dengan si tetangga yang akan saka jadikan kekasih. Alias gebetannya.
Saka berguling, menjadikan posisi telentang tadi menjadi telungkup, tangannya meraih tas kecil hitam yang sempat Saka lempar asal ketempat tidur.
Mengeluarkan ponselnya, Saka segera mencari kontak Candra. Memandangi foto profil yang Candra pakai. Kenapa Saka baru sadar, kalo Candra itu kece abis. Di foto itu hanya ada foto closeup Candra dengan bandul kalung rantai yang Saka yakini hasil meminjam milik Abraham, senyuman dengan kesan nakal Candra tunjukan membuat Saka lemas sendiri saat memandangi hasil fotonya.
NGGAK! BELUM! GUE BELUM BELOH TERLALU JATUH SAMA PESONA SI ABU ITU!
Oke, kalem Sa! Lo masih punya banyak waktu!.
"Mah, saka lapar!"
Teriaknya dari lantai atas, mungkin tubuhnya perlu imunisi berlebih. Karna kini dengan kurang ajarnya Candra selalu hadir dalam fikiran Saka, oh no!.
***
Seminggu berlalu dengan Saka yang sesekali terlalu 'menempel' pada Candra, hingga Jajang yang sedang meneguk colanya jadi berdiri saat melihat Saka berjalan mendekat. Sudah pasti Saka hanya akan mengajak Candra bicara, HANYA Candra saja.
"Good morning" sapanya dengan sangat ceria, Jajang yang akan melangkah pergi jadi berhenti melihat Saka menggerakan jarinya seperti 'cring-cring', memamerkan sesuatu.
Candra mendongak, meneliti penampilan Saka "Gelang baru?" tebaknya seraya menaruh gelas guday di sisi tubuhnya.
Saka menunjukan senyum lebar, kini melompat mendekati Candra. Mengeluarkan sesuatu dari saku Seragamnya "Gue punya satu lagi, wajib dipakai"
Candra menyodorkan tangannya saat Saka mengulurkan sebuah gelang bertali hitam dengan huruf C dan S sebagai satu-satu nya pernak-pernik yang ada, Candra mendongak menatap Saka dengan alis terangkat satu.
"CS Can, kita kan sekarang jadi ce-es an. Mantap kan?" katanya ngeles.
El yang meminum susunya jadi gatal ingin menyeletuk "Kok ce-es nya ama bang Candra doang Ka? Sama kita-kita engga?" kata El dengan menekan kata C dan S, mengikuti gaya Saka tadi.
Saka sempat linglung sebelum deheman Candra membuatnya beralih, melihat Candra sudah mengenakan gelang pemberiannya dengan baik, Saka jadi nyengir lebar.
"Hari selasa dan rabu lepas ya Can, nanti disita. Gue balik kelas dulu" Saka berlari menjauh, teringat tugasnya yang kurang satu nomor lagi, takut jika Sasa pundung dan tidak mau mengasih contekan. Di belokan dengan daun-daun lebat sepinggang Saka, Saka menoleh. "Jangan lupa nanti samper kekelas, ngantin bareng" teriaknya nyaring membuat beberapa pasang mata menoleh kearahnya, melihat Candra yang membalik badan dan membalasnya dengan senyum, Saka jadi girang.
"Ada yang aneh deh sama tuh anak" kata Abraham dengan jari bergersk cepat pada layar ponsel nya.
"Hn, gua juga ngerasa akhir-akhir ini Saka lebih nempel ke gua" jawab Candra dengan mengangkat salah satu kakinya, dia menarik gelas kopi, kemudian menyeruput sedikit "Dan itu bener-bener bikin gua kelimpungan."
Candra menatap langit dengan helaan nafas berat, kembali menyeruput kopinya yang sisa sedikit. Gelagat itu tak luput dari penglihatan Senja.
"Ngerokok yok, asem nih!" ajak Senja tiba-tiba, bahkan Abraham yang sedari tadi asik dengan ponselnya sampai melempar benda pipih itu jauh.
"Apaan?" tanya Abraham dengan nada rendah terkesan dingin.
"Apa salahnya mau ngerokok? Gua udah gede"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] paket! || Lee Haechan
Teen FictionSedikit menggelikan jika menyebut pertemuan pertama sebagai takdir, namun tanpa pertemuan pertama itu apa mungkin, aku dan kamu saling kenal dan berujung menjadi kita?