Jatuh cinta

160 59 70
                                    

Chapter delapan belas; Jatuh cinta.



Saka memilih melangkah lebih dulu, menghampiri ruang bk yang Abraham katakan tadi. Si sialan Abraham itu tadi menggetok kepalanya keras membuat Saka sedikit pusing. Candra yang berjalan selangkah di belakang Saka mengamati hal itu.

"Lo nggak papa?"

Gadis itu terlonjak, melihat sosok Candra yang tiba-tiba memunculkan diri.

"Santai elah, gue pernah di pukul pake penggaris besi sama dia. Gara-gara kuku gue udah panjang" kata Saka dengan suara lantang. Sengaja menyindir.

Abraham yang mendengar hanya mendengus kesal, anak itu harus didik ulang!.

"Nara, kamu ngapain?"

Suara asing seasing rupanya membuat Candra mengangkat alis bingung, dia ingin membuka mulut bertanya namun Saka menyenggol pelan. Meminta Candra untuk tutup mulut.

"Nara ngapain ga dikelas?"

Katanya mengulangi pertanyaan, lelaki tinggi berjas abu tampak rapih dengan rambut yang ditata sedemikian rupa. Mungkin CEO nyasar, pikir Candra.

"Maaf mas" jawab Nara mencicit kecil. Jajang menendang sepatu Saka dari belakang membuat gadis itu berbalik dan memeolotinya. Jajang nampak meneguk ludah gugup, kemudian menunjuk kecil lelaki berpakaian rapih tadi.

Seakan menangkap maksud Jajang, Saka mengangguk kemudian kembali menghadap depan. "Ya ampun mas Akbar, lama banget ga ketemu sekarang makin gagah ya" tiba-tiba Saka menempel, membuat sang empu nama tersentak. Candra juga melotot garang mendengar suara manja tersebut.

"Saya semakin sibuk dengan urusan di luar sekolah, bagaimana dengan mu? Apa kamu menjalani hari dengan nikmat?" tanyanya dengan nada lembut.

"Wah pasti! Sangat nikmat hidupku Mas, kebetulan Mas Akbar udah tengok kantin belum? Sekarang ada stan cilok" Saka menarik lengan lelaki yang di panggil Mas Akbar tadi, matanya menggerling kepada Abraham untuk membawa teman-teman yang lainnya langsung keruang bk.

"Saya belum mengetahui tentang itu, apa rasanya sangat nikmat?" pasrah tertarik Mas Akbar akhirnya memfokuskan antensinya pada Saka yang terus memeluk lengannya."Saka belum coba Mas, tadi temen ku pada curhat gitu di taman belakang jadi kita ga denger bel masuk, bukan ngebolos Mas. Oh iya Mas, taman belakang ga mau di renov gitu? Biar buat nongkrong" jelasnya dengan hati-hati, takut tiba-tiba kakak kandung Nara ini melepaskan gandengan nya dan berlari mengejar Nara.

Mas Akbar menghentikan langkahnya, menunduk menatap manik mata Saka kemudian tersenyum tipis. "Mas lagi sibuk banget, kalau taman itu kembali dioprasikan banyak anak yang tidak mendengar bel nantinya. Kayak kamu. " Ah, benar juga.

Saka kembali melangkah membuat Mas Akbar mengikuti, kini mereka tidak beriringan, Saka didepan dan Mas Akbar membuntuti di belakang. saat memasuki area kantin beberapa penjaga stan kompak membelakakan mata terkejut. Ada apa sampai kepala sekolah rela blusukan ke kantin yang kumuh ini? Batin ibu penjual pecel.

"Selamat siang" sapanya ramah, wajah berahang tegas itu menyunggingkan senyum yang enak di pandang.

"Siang pak Akbar, tumben banget kesini. Ada apa pak?" tanya salah satu penjual.

"Ah engga ada hal spesial bu. Saya hanya ingin makan"

"Oh, duduk pak duduk. Kami siapkan"

Gadis disamping nya tersenyum diam-diam, kalo gini caranya mereka tidak akan hanya makan cilok, tapi seluruh jajanan yang ada dikantin. melihat Saka mendusal di lengannya sekilas membuat Mas Akbar menunduk menatap Saka dengan kening berkerut.

[✔️] paket! || Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang