Chapther tiga puluh satu; Satu dari dua kesalahan.
"Mana anjir, gua ga di bagi?"
"Sabar ya nyuk, satu-satu"
Jajang merengut karna di semprot Saka, entah mengapa anak itu datang datang sudah membawa banyak chiki dan roti, jangan lupakan dua renteng permen yang tersampir rapih di pundaknya. "Satu-satu, kebagian semua kebagian, dah duduk di tempat masing masing. Nanti gue yang nyamperin"
Candra hanya mampu menghela nafas saat Saka melewatinya begitu saja, setelah memberi serba serbi kepada Senja yang duduk di sebelahnya. Tanpa menoleh atau menyapa dia melewati Candra dan langsung memberi serba serbi itu pada orang di sebelah nya. "Narik permennya satu aja anjir, elu mah di borong"
"Kan mau bedua sama kak Candra, lagian elu ngapain nyekip dia dah?"
Pertanyaan Aji di biarkan tak terjawab.
Kini Saka sibuk merapihkan jajanan yang tersisa, mendudukan diri di tengah-tengah Nara dan Sasa.
Abraham masuk, dengan setumpuk buku tebal di tangannya. "Ada tunawisma disini?"
"Sembarangan!" saut Saka dengan membetulkan letak kacamata hitam yang bertengger manis di hidungnya.
"Ketauan juga abis nangis nya, idung lu merah soalnya" celetuk Senja.
"Eh, ketauan?" bisik Saka pada Nara di sampingnya. "Iya, merah bangettt"
"Aduhhh, gimana dong? Masker ada masker?" Saka heboh mengobrak abrik isi tas miliknya.
"Nih kak, gua ada masker yang belum kepake"
Saka menoleh kebelakang, otomatis mendongak saat aji maju memasang masker putih itu ke wajah Saka. Tak mengidahkan raut masam salah seorang yang sedari tadi menatap gadisnya.
"Thanks Ji, ntar kakak balikin"
"Ga mau ah, kan kotor"
"Maksudnya beli baru, gue kasih yang baru lah"
"Emang nangisin apaan sih?" si brengsek Jajang pakai bertanya segala, Saka sebenarnya enggan menanggapi namun sepertinya seisi ruangan memang penasaran.
"Ga nape sih, kit ati aja"
Jawaban Saka terkesan bercanda karna setelah nya dia menyambungkan oleh drama yang tadi dia tonton, pemeran lelakinya mati di tengah alur cerita. Jelas saja mereka tidak percaya, Jajang yang duduk di sebelah Candra mencubit pinggang Candra membuat dia mendesis.
"Apa?!"
"Cerita lu!"
"Ayo dibuka buku nya belajar lagi nih listrik statistik, udah pernah di pelajarin di sd kalo ga ngerti bego banget lo pada"
Waktu tiga puluh menit mereka habiskan untuk bedah soal, yang di pimpin langsung oleh Abraham. Sang pemilik lapak.
"Dah sore nih, gua disuruh balik. Jemput adek gua les" Senja merapihkan bukunya, yang lain juga sama.
Candra ingin menghampiri Saka sebelum lengannya di tarik paksa, dia menoleh memasang raut bertanya pada Jajang. "langsung pulang Can"
Candra menyerngit, "Iya bentar dulu"
Jajang menggeleng ribut sambil memeluk lengannya kuat, Candra menghela nafas sebelum melangkah keluar mengikuti tarikan Jajang.
Lamat-lamat Candra mendengar seruan amin dari dalam ruangan mereka belajar tadi.
"Temen-temen tadi gue liat lo pada makan jajanan yang gue kasih, sekarang waktunya berdoa."
Elang yang sedang merapihkan isi tas Aji mendongak, menatap kakak kelasnya yang tinggi menjulang karna dia sedang duduk di bawah. Keningnya berkerut dengan mulut mengemut permen pemberian Saka tadi, manarik retsleting tas Aji, Elang bangkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] paket! || Lee Haechan
Roman pour AdolescentsSedikit menggelikan jika menyebut pertemuan pertama sebagai takdir, namun tanpa pertemuan pertama itu apa mungkin, aku dan kamu saling kenal dan berujung menjadi kita?