Chapter dua puluh enam; Galau.
"Nih punya lo" Saka mengulurkan bagian milik Candra, yang Candra terima dengan baik.
Maklum, Candra lumayan lapar. Tadi belum makan dirumah.
Saka memposisikan diri duduk di depan Candra, jadi berhadap-hadapan dengan space kecil ditengah-tengah untuk makanan. Candra memakan dengan lahap meninggalkan Saka yang masih menjaga norma kesopanan dalam memakan sesuatu di depan orang lain, ya di depan Candra doang sih kayaknya.
"Btw, gua mau nanya" ucap Candra setelah menghabiskan satu bungkus ketoprak.
Saka mendongak dengan mulut mengunyah, "Apa?"
"Itu yang tadi-
"Sampe lo lanjutin, gua ceburin lu ke nih danau" potong Saka menunjuk tepat wajah Candra dengan sendok plastik yang ia gunakan untuk makan.
Candra terkekeh, menggeser posisi tangan Saka yang menodong. "Oke"
"Tapi tadi gua lumayan kaget" ujar Candra sembari membuka kotak sterofom rujak, Saka menghela nafas kasar mencoba sabar.
"Lu berani banget"
"Ya lagian ngapain takut, sama lo ini" balasnya cuek. Kini dia meremat kertas nasi bekas ketoprak miliknya. Padahal mah apa atuh dalem hati Saka ngebangsat-bangsatin Candra karna bahas kejadian tadi dirumah.
Maklum, kecepatan makan Saka dan Candra jangan di samakan. Saka baru selesai makan satu candra sudah dua.
"Betul sih, lu kan pemberani ya"
"Diem"
"Eh, tapi tapi sa"
"Berisik banget sih! Apa!" jawab Saka sewot.
Sudah kesal karna tidak bisa mengupas ubinya, Candra yang bertingkah konyol dengan mengungkit kejadian tadi pun makin memperburuk mood nya.
Candra tertawa lepas, merasa gembira saat melihat Saka naik pitam. Dia merebut ubi yang sedari tadi Saka kupas kulitnya, melanjutkan pekerjaan sang teman.
"Nggak sih, mastiin aja. Ternyata bener nama lo Saka"
"Sampah banget ga sih?"
"Gapapa" Candra mendongak, menyerahkan ubi yang sudah dia kupas ke arah Saka.
Saka langsung memakannya cepat.
"Saka"
"Apa sih can! Apa! Ha! Lo suka ya sama gua, ngeresein mulu dari tadi"
"Iya"
Saka tersedak, buru-buru menepuk dadanya berharap rasa perih itu lekas pergi.
"Stress"
"Emang, stress karna lu"
"Candra bisa diem ga sih!" marah Saka sambil menggigit ubinya besar-besar, mencoba membayangkan bahwa ubi yang sedang dia makan adalah Candra.
"Sa"
"Apa ya allah, Candra"
"Kalo gua bilang, gua juga suka sama lo gimana?" Candra menatap mata Saka tepat, membuat yang di tatap berhenti dari acara makannya.
Tunggu.
Saka merasakan aura tidak enak.
DUTTTTT...
Saka mendesah lega selesai pelepasan gas beracun dari dalam tubuhnya, melupakan bahwa Candra berada di depannya.
"Alhamdulillah, akhirnya kentut juga"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] paket! || Lee Haechan
Ficção AdolescenteSedikit menggelikan jika menyebut pertemuan pertama sebagai takdir, namun tanpa pertemuan pertama itu apa mungkin, aku dan kamu saling kenal dan berujung menjadi kita?