Chapter ketiga; keusilan chandra
Setelah kembali kekelas, saka berhenti. Kemudia melirik hp nya yg retak, "kenapa tadi gua jadi canggung sih, harusnya gua langsung sebut merek hp yg gua mau ya" rutuknya menyesali sifat menye nya tadi.
Kakinya melangkah masuk ke dalam kelas, "hp apa yang bagus ya, lumayan kan bakal punya hp baru"
Saka bergumam sambil berjalan menuju mejanya, kelas sedang ramai jadi tak terlalu mendengar gumaman nya itu.
Lain lagi dengan Mahardika yang sejak tadi memerhatikan , dia melirik Saka yang melewati mejanya, ponsel di tangan nya terlihat hancur, Mahardika berdiri mencekal tangan Saka "ponsel lu kenapa?"
Saka tertarik pelan, sangat terkejut Sebenernya karna tadi sedang sibuk memikirkan alibi kepada orang tua nya. Dia berjingkat sedikit mundur karna jaraknya terlalu dekat dengan Mahardika "ah, ini" tangannya mengangkat ponsel menunjuk layar depan yg rusak parah. "jatuh,tadi kelempar sempet kena pilar gedung, jadi gini deh. Mati total nih"
Mahardika mengambil alih ponsel Saka, menelitinya bolak-balik, tidak ada harapan di service pun akan sama mahalnya dengan beli hp baru, "kudu beli baru ini mah sa, lagian kenapa jalan ga hati-hati sih?"
Saka mempoutkan bibirnya, seketika menjadi kesal saat mengingat tadi, karna kabel headset nya yg kusut dan sibuk mencari lubang bawah ponselnya, dia tak sadar di arah berlawanan ada Candra yang berlari buru-buru kearahnya, saka menghela nafas mengambil kembali ponsel retaknya "disenggol orang, gue nya juga kaget sih jadi reflek lempar hp"
Mahardika menyerahkan ponselnya, menatap benda naas itu lama, kemudian "besok beli hp baru, sama gua Sa"
Saka mendelik, tak terima dengan usulan Mahardika. "gak lah mang lu ngapain, kagak kagak" tolaknya segera.
Baru ingin menjawab, Sasa tiba-tiba datang di antara Mahardika dan Saka. Dengan senyum misterius.
"lepas kaleeee, kayak mau nyebrang aja gandengan tangan"
Anak sekelas yg tadi nya sibuk masing-masing kini menoleh, melihat Mahardika yang refleks melepaskan cekalannya pada tangan Saka. Juga Saka yang mengkerut malu-malu memukul Sasa.
'APE TUU'
'WADUH MAMAS MAHABARATA YA, MAIN NYA WUUUZZZ'
'ADUDUDU PACAL PACALAN NIEHH'
Dan berbagai ucapan sampah lainnya.
Saka segera mendunduk menarik Sasa keujung, kemeja milik mereka, "duluan ma" pamitnya pelan, takut ada yg mendengar dan jadi heboh kembali.
Mahardika mengangguk, kembali duduk di kursinya, sambil memikirkan berapa kira-kira harga ponsel bagus itu.
Dimejanya, Saka sibuk mengadu pada Sasa perihal ponsel nya "Sa, ini gimana kalo gue ga bisa belanja lagi, dih nyebelin banget ya tu orang, manaan banyak barang gue yg masih di jalan, kemaren gue liat ada bantal unicorn gitu Sa, lucu banget gilaa"
Sasa mengangguk sambil menyeruput susu milo di kotaknya, "kata lu dia tetangga lu kan sa?" tanya nya.
"hooh, depan rumah gue, ya rumah dia Sa. Ini gimana gua bilang ama bokap nyokap gue anjir, ancur parah ini sih" Saka memencet-mencet gemas ponselnya yang dia geletakan saja di meja,
"buang aja lah, rusak gitu"
"sayang ege baru beli ini, 2 tahun lalu"
Sasa menonyor pelan kepala Saka "lama lah itu gimana sih"
"ya gimana anjir, nyaman gua"
Sasa hanya bisa memutar bola mata melihat Saka yang merengek seperti kehilangan mainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] paket! || Lee Haechan
Novela JuvenilSedikit menggelikan jika menyebut pertemuan pertama sebagai takdir, namun tanpa pertemuan pertama itu apa mungkin, aku dan kamu saling kenal dan berujung menjadi kita?