Chapter kelima; berdua
Candra melirik gadis dengan dress motif bunga yang turun dengan malu-malu. Candra sih sok bodo amat, minum teh yang tadi dia buat.
"oi, lu mesen paan si?" tanya nya saat melihat 3 kotak yang di bawa Saka. Mencoba untuk mencairkan suasana.
"kepo banget sih, nanti malem gue balik lagi" katanya tanpa menghiraukan reaksi Candra.
"anjing euy"
***
Bi Ati sedang membeli sayur gerobak yang memang lewat setiap pagi, para pembantu rumah tangga bisa mengobrol bebas sambil memilah sayur apa yang akan mereka sajikan untuk majikan masing-masing.
"eh iya loh, si neng Princess udah jarang ya kayaknya pesen barang yang dari hape itu" tanya salah satu teman bi Ati.
Bi Ati menoleh,wanita berdaster batik itu tampak terkejut , tangan nya menarik kacang panjang "kata siapa mbak, masih lo si neng mah." sanggahnya, pasalnya tadi pagi saja dia melihat beberapa kotak berwarna coklat di samping tempat tidur nona nya.
"loh, bukannya kurir paket sering nya mencet bel rumah depan mu iku loh ti, yang duda kaya" jelas teman bi Ati yang lainnya.
"bang cabe campur sekilo, korting 2 ribu nambah bawang" bi Ati menyodorkan cabai dan bawang lalu kembali menoleh "eh iya, si neng kan seharian kemarin main sama temennya, biasanya kalo ada barang mau dateng nitip mba, tapi emang kemaren ga ada kurir dateng sih"
"teh tolong dong kentang itu, mau liat saya" bi Ati menerima uluran plastik kentang "mungkin kotaknya masuk sendiri kali, kan si neng sering beli"
Ibu-ibu yang lainnya tertawa. Kembali sibuk memilih bahan makanan yang akan mereka olah untuk makan siang. Alhamdulillah untuk sarapan keluarga pak reza memilih makan roti tabur gula pasir saja.
Bi ati yang sudah memilih pun pamit undur diri "teh, bu. Saya duluan ya, si eneng kalo ga di bikinin energen suka ngambek sama saya" katanya.
"yaudah mba, semangat cari duit nya" balas yang lain.
"neng. Bangun neng, sekolah! Neng!" bi Ati mengetuk pintu kamar dengan keras, kebiasaan Saka memang mengunci pintu dari dalam padahal dia susah bangun pagi.
"neng! Udah jam 8 neng!" seakan tak menyerah bi Ati terus menggedor pintu ber cat merah marun yang tak kunjung terbuka.
"belum bangun bi anaknya?" tanya ayah Reza yang baru keluar kamar, dasi saja hanya tersampir di leher.kancing teratas pun belum dirapihkan, andai otak bi ati tidak segera menemukan kewarasan nya, bisa-bisa dia main maju kayak saka kemarin.
Melihat bi ati yang menggeleng pelan, bermaksud mengeyahkan fikiran ngawirnya. Ayah reva manangkap bahwa gelengan itu adalah jawaban dari pertanyaan nya barusan.
Memilih mendekati kamar sang putri, Ayah Reza mengetuk dengan mencoba membuka knop pintu "nak, Risaka. Ga mau sekolah. Saka?" panggil Ayahnya dengan suara bass khas-nya.
Dari dalam pintu terbuka, memunculkan Saka yang sudah lengkap dengan seragam dan tas di pundak nya "maaf ga denger, tadi Saka dikamar mandi" Saka menepuk perutnya memberi tahu dengan isyarat.
"Ayah, kata Candra Ayah dia udah ngasih ponsel ke mama, kok ga di kasih tau Aku nya?" tanya Saka.
Ayah saka menoleh, mengambil tas yang saka sampirkan di pundak kiri "di mama mu tuh, sengaja disimpan biar anak nya ga main hp mulu" jawab Ayah Reza santai.
"iiii ayahhh kok ga belain saka depan mamaaa" rengeknya kepada Ayah yang berjalan menjauh tidak ingin peduli, dengan cuek Ayah Reza meraih koran paginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] paket! || Lee Haechan
Ficțiune adolescențiSedikit menggelikan jika menyebut pertemuan pertama sebagai takdir, namun tanpa pertemuan pertama itu apa mungkin, aku dan kamu saling kenal dan berujung menjadi kita?