Hari biasa dengan perasaan yang tak biasa

147 53 14
                                    

Chapter enambelas; Hari biasa dengan perasaan yang tak biasa.

Jum'at pagi setelah pesta ulang tahun Nara, Saka berangkat menggunakan bus. Syukurlah pagi ini si jamal tidak lewat dan menawarkan tumpangan.

Salahkan saja si berengsek Nara itu. Karna acara dansa sialan nya semalam, Saka jadi tidak bisa tidur! Masih terngiang bibir lembut Candra yang bergerak pelan diatas bibirnya.

"Mikir apa dih Sakaaaa! Elo jangan jadi cewe mesum okey? Jangan!" katanya memeringati diri sendiri.

"Tapi ya mikir masa bibir gue di kenyot gitu aja" geramnya jadi menghentikan langkah "Si abu itu udah kelewat batas. Gue harus protes!"

Saka berbalik, padahal tinggal naik tangga sudah sampai ke kelas. Dia menuju parkiran tempat Candra biasa berkumpul dipagi hari.

Berpapasan dengan Abraham yang membawa sepelastik minuman. Abraham menyapa "Ngapain Sa? Nyari candra?"

Saka memegang tali tas nya, mengulum bibir. Menatap Abraham dengan mata bulatnya "Apaan? Mau gua panggilin aja?" tanya Abraham polos.

Bukannya menjawab, Saka malah berlari kabur. Meninggal kan Abraham yang menatapnya heran. Dia melangkah menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu

"Oi can. Saka tadi nyari lo" ucapnya dengan menyodorkan minuman jatah Candra. "Nyari gua?" tanyanya memastikan.

Abraham duduk disamping Jajang, membuka botol isotonik nya. "Iya, tadi ketemu gua di belokan koridor tuh. Pas gua ngomong mau gua panggilin aja apa gimana, dia malah kabur. Gua rasa dia ga mau gua ngasih tau lo" katanya santai.

"Kenapa elo ember banget, udah tau Saka ga mau ketemu Candra" kata Jajang sambil menonyor pelan kepala Abraham.

"Gua peka kali. Si saka minta gua kejar kan?" dengan tampang bego Abraham menatap Jajang bangga.

Candra terkikik pelan. Menyedot minumannya. Senja yang memang tidak bisa menahan emosi nya segera memiting leher Abraham. "Anak goblok gini yang kemaren izin ke gua mau bawa Adek gua?" Kata Senja teringat saat sore-sore Abraham kerumah untuk izin membawa adiknya bersama ke pesta malam nanti, dan tentu saja, sebagai abang yang baik Senja tidak mengizinkan nya.

"Ampun Ja ampun, gua kecekek. Woi nafas! Gua ga bisa nafas oon!" Abraham menepuk lengan Senja yang melingkari lehernya. Bukannya berhenti Senja malah makin mengeratkan pitingannya "Mati aja anjir"

"Kesel gua" ujar El sambil melangkah menjauh "Ji, ayo. Gua anter kekelas"

Lelaki kurus tinggi yang sedang menatap perkelahian abang kelasnya jadi menoleh "tunggu El" Aji berlari dengan tangan menenteng tas bekalnya.

Pemuda itu berhenti, menunggu Aji yang berlari dengan kerepotan "Siniin tas mu" Aji melepas tas gendong nya, mengangsurkan padal El yang menanti. "Ga berat kan bang? Tau ga sih? Masa Aji hari ini pelajaran fisika" adu nya dengan meminum es susu.

El mengangguk dengan wajah tersenyum, mengusak gemas poni sang adik yang tak bisa diam. Terus bercerita tentang betapa pelit nya guru fisika itu tentang membagi nilai.

***

Saka terengah. Memeluk pilar gedung dengan wajah menekuk. Ginama gue bakal jalani hari kalo gini! Sialan si Candra itu.

Menghentak kecil dengan bibir merengut maju. Saka yang sibuk mengumpati Candra tak sadar kini jadi tontonan beberapa siswa.

Lelaki dengan ransel merah di pundak itu tadi nya tidak ingin peduli pada kerumunan ramai itu, namun matanya menangkap seseorang yang dikenalnya sedang merengek kecil sambil memejamkan mata. Tak sadar dia jadi pusat perhatian.

[✔️] paket! || Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang