25

10 3 1
                                    


Hari natal dan tahun baru telah berlalu. Tahun 2018 mulai melaju perlahan tanpa henti. Hujan masih saja datang setiap hari. Natasha masih diliputi kesedihan serta malu atas pernyataan cintanya tempo hari, ia benar-benar bertekad yang kesekian kalinya untuk mengakhiri kisahnya dengan Fandy. Tapi masih saja ada begitu banyak rasa khawatir yang berdatangan tak mau pergi.

Hingga sampailah hari ketika Natasha harus kembali bersekolah. Takdir seolah memaksanya bertemu dengan Fandy, lagi, lagi, lagi, dan lagi. Ujian demi ujian menuju kelulusan telah dilalui para murid kelas 12. Hingga akhirnya kini tersisa uji kompetensi dan ujian nasional.

Seorang pemuda berkaki jenjang dan berkulit putih pucat duduk di sebuah kursi kayu panjang di koridor sekolah. Memandangi murid-murid SMK Laskar Pratama berlalu-lalang di depannya, remaja-remaja berseragam pramuka yang entah mengapa wajahnya terlihat begitu tua.

"Kak Irfan!" Sapa Nisrina yang baru saja keluar dari dapur pastry dan melihat Irfan duduk sendirian.

"Hai!" sapa Irfan balik lantas tersenyum, "Marisa mana?" tanyanya setelah menyadari Nisrina sendirian. Biasanya Marisa selalu bersamanya.

"Lagi di perpustakaan, ini aku mau kesana, mau bareng?" tanya Nisrina.

"Duluan aja, gue masih nunggu temen sih, katanya mau kesini, tapi belom dateng." Jawab Irfan.

"Oke deh, duluan ya Kak." Pamit Nisrina.

Begitu sampai di perpustakaan dan memastikan bahwa Bu Siska tidak ada disana, Nisrina memberitahu pada teman-temannya ―Marisa, Natasha, Citra, dan Ranea― tentang keberadaan Irfan di sekolah. Marisa terlihat begitu antusias mendengarnya, sedangkan Natasha hanya tersenyum.

Pintu perpustakaan terbuka, seorang wanita paruh baya berperawakan pendek gemuk berjalan masuk lantas menutup pintu. Ia berjalan pelan menuju meja dimana Nisrina dan kawan-kawannya sedang berkumpul.

"Kalian masih disini ternyata." Ujarnya, Ia duduk di salah satu kursi yang kosong, "Nggak pulang? Besok udah uji kompetensi kan?" tanya Bu Siska.

"Iya Bu, besok kita udah uji kompetensi, doain ya bu semoga ujiannya lancar." Ujar Marisa.

Pintu perpustakaan terbuka lagi, "Jangan di doain Bu Siska!" seru seorang pria paruh baya yang juga merupakan guru di SMK Laskar Pratama. " Di kutuk aja Bu, biar manjur... lebih cepet dikabulinnya sama Tuhan..." ujarnya sambil menengadahkan kedua tangannya di udara.

"Pak Abdurahman ini ada-ada aja." Ujar Bu Siska.

"Pokoknya Abi mau kutuk kalian, biar sukses ujiannya ya anak-anak abi... supaya lulus nilainya bagus-bagus, kan abis lulus sekolah Abi bisa dapet cucu kembar sebelas cowo semua, ya kan?" ujar Pak Abdurahman, kedua telunjuknya mengacung membuat angka sebelas.

"Ihh Abi emang kucing, sekali melahirkan sebelas." Ujar Citra protes.

"Yaa kali aja kan, pokoknya permintaan Abi cuma satu, Abi minta cucu kembar sebelas cowo semua." Candanya lagi, diakhiri senyuman khasnya yang selalu menampilkan deretan giginya.

Bu Siska beranjak dari duduknya, ia berjalan menuju meja kerjanya. Sementara Marisa dan keempat kawannya―Nisrina, Citra, dan Natasha― masih betah duduk ditempat mereka sambil menikmati udara dingin dari pendingin ruangan sambil membaca beberapa buku. Lagi-lagi pintu ruangan dingin tersebut terbuka. Bu Siska beranjak dari duduknya lagi seraya menghela napas panjang.

"Heeeee!" serunya lantang, wajah galaknya tergantikan dengan senyuman manis begitu melihat siapa yang baru saja memasuki perpustakaan, "Kalian ini lho... kok ya tambah ganteng-ganteng begini sih???"

Teman Masa GituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang