Lapangan sekolah elit tersebut begitu ramai dengan para murid baru. Di hari Rabu yang cukup terik ini, Alvi dan Natasha sedang memperkenalkan kegiatan pramuka kepada para adik kelas mereka. Sementara itu keempat teman Natasha sedang duduk di koridor dekat lapangan menyaksikan Natasha berbicara di depan lapangan.
"Lo nggak ikutan Sa?" tanya Ranea seraya memakan kripik singkong yang dibelinya.
Marisa menggeleng, "Gue kan udah nggak ikutan, lagian itu tuh yang ngomong di depan cuma Natasha sama Alvi doang soalnya kan emang mereka ketuanya, kalo gue ikutan gue juga ogah ngomong di depan gitu."
"Mau ke kelas aja nggak? Panas bangt nih." ajak Nisrina.
"Ke kelas boga aja yuk, yang adem. Kelas kita kan panas Nis." ujar Marisa.
"Yuk lah."
Keempat gadis tersebut berjalan menuju kelas boga. Marisa memerhatikan dapur dimana Irfan dan kawan-kawanya melaksanakan praktek. Irfan selalu terlihat tampan ketika mengenakan jass cook nya. Suasana sekolah benar-benar terasa berbeda tanpa Irfan. Biasanya setiap berpapasan dengannya Irfan selalu menjahilinya, atau sekedar memanggilnya 'anak kecil'. Bukan hanya Marisa yang merindu, karena diam-diam Nisrina pun merindukan Haikal. Meski tak banyak interaksi antara ia dan Haikal, tetap saja ia rindu. Apa iya Nisrina akan jatuh hati pada laki-laki lain sementara perasaanya begitu teguh pada Haikal.
Begitu sampai di kelas, keempat gadis tersebut duduk di depan kelas. Sesekali teman sekelas Citra dan Ranea menyapa, termasuk Reynaldi. Entah mengapa wajah Citra langsung merona begitu Reynaldi menyapanya. Padahal mereka sudah menjalin hubungan, tapi masih saja semuanya terasa seperti mimpi bagi Citra.
Ranea menghela napas melihat tingkah temannya itu, "Kapan gue bisa begitu."
"Sama." timpal Marisa dan Nisrina kompak.
"Kita mah apa ya Sa." ujar Nisrina pasrah.
Marisa mengangguk, "Eh tapi yaudah sih ngapain juga galau mulu, kalo jodoh juga dateng sendiri."
"Iya bener. Kayak Kak Candra aja dateng mulu kan kesini." ujar Ranea.
Nisrina melirik Ranea, "Hehh conggg Kak Candra kesini kan jemput sepupunya dan sepupunya itu temen kita, jadi ya jelas kita jadi sering ketemu."
"Ihh kalian kok gitu sih sama gue." ujar Ranea kesel.
"Lo juga kalo kita lagi nge-halu suka gitu njirr." ujar Marisa.
"Haii gengsss!!" sapa Sicil yang baru datang bersama Nabila. "Lagi apa nihh?" tanyanya.
"Lagi ngobrol-ngobrol aja nih, lo nyari Inez kan pasti? Ada tuh di dalem." ujar Ranea.
"Tau aja lo, eh kalian nggak liat si Natasha lagi pidato di bawah?"
"Enggak ah panas di bawah." ujar Nisrina.
"Iya sih emang. Yaudah ya gue ke dalem." ujar Sicil.
÷÷÷÷÷
Suasana Kantin tak begitu ramai meski telah jam istirahat. Mungkin karena para murid baru di wajibkan membawa bekal masing-masing. Natasha sempat berterima kasih pada Bu Jul karena ia dapat menikmati suasana Kantin yang tenang ini. Sambil menunggu pesanan mereka diantar, Natasha dan keempat temannya berbincang-bincang.
"Nat ada degem nggak Nat?" tanya Nisrina.
"Degem? Apaan tuh?" tanya Natasha.
"Dede Gemes, masa nggak tau sih lo." jawab Marisa.
Natasha ber-oh ria lantas berkata, "Yaa ada lah beberapa. Di kelas yang jadi tanggung jawab gue anak cowo nya ganteng-ganteng lumayan, gampang di atur lagi. Jadi nggak berasa capeknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Masa Gitu
Teen FictionIni cerita tentang gue dan keempat sahabat gue. Cerita masa kini yang nantinya akan jadi masa lalu yang berharga. Cerita tentang kehidupan sekolah kita, permusuhan, pertemanan, cinta, dan mimpi. ~Citra Lusiana Kata orang masa-masa sma itu masa yang...