17

31 4 0
                                    

"Kau masih berdiri..
Kita masih di sini..
Tunjukkan pada dunia..
Arti sahabat..
Kau teman sehati..
Kita teman sejati..
Hadapilah dunia..
Genggam tanganku.."

Sebuah bus melaju di antara sekian banyak kendaraan roda empat di jalan tol menuju Bogor. Di dalam bus tersebut para remaja sedang bersenandung ria menikmati perjalanan mereka. Ada yang mengobrol ria, ada yang menikmati pemandangan, ada pula yang bercanda. Semuanya begitu menikmati perjalanan mereka.

"Boleh duduk disini? Di belakang berisik banget." ujar Reynaldi, ia menunjuk bangku kosong di sebelah Citra.

Citra hanya mengangguk. Ia begitu asik dengan dunianya, membaca serial novel kesukaannya.

Reynaldi duduk dengan begitu kikuk. Ia mengeluarkan ponsel pintarnya dari saku celananya. "Lo puasa hari ini?" tanyanya berusaha mencairkan suasana.

"Ya, puasa. Lo?" fokus Citra masih tertuju pada buku tebalnya.

"Sama, gue tidur ya. Kalo ada apa-apa bangunin aja." pesan Reynaldi sebelum memejamkan matanya.

Citra meletakan buku yang dibacanya tadi lantas menoleh menatap pemandangan di luar jendela. Ia menghembuskan nafas panjang. Wajahnya merona seiring dengan jantungnya berpacu cepat menimbulkan bunyi 'deg deg deg' yang untungnya hanya dapat di dengar olehnya. Citra melirik Reynaldi yang benar-benar terlelap di sebelahnya. Ketika gadis tersebut mengingat bahwa ia sedang menjalankan ibadah puasa wajahnya kembali dipalingkan menatap keluar kaca jendela. Sementara teman-temannya sedang mengobrol bercanda gurau, Citra tenggelam menuju alam mimpinya.

Tepat di belakang tempat duduknya adalah tempat duduk Natasha dan Ranea. Keduanya juga asik dengan dunia mereka sendiri. Ranea sibuk menggambar di sketch book nya sedangkan Natasha sedang menyaksikan kawan-kawannya yang lain yang sedang membuat lelucon. Natasha beranjak dari duduknya untuk melihat dua kursi di belakangnya. Tempat dimana Nisrina dan Marisa duduk.

"Woy" ujar Natasha. "Bosen banget nih gue"

Marisa menatap kawannya yang bertubuh kurus tersebut, "Kapan sih lo nggak bosen Nat?" ujarnya di akhiri tawa. "Eh sadar ga sih? Fandy liatin lo mulu tuh, menurut gue ya dia tuh suka juga deh sama lo."

Wajah Natasha perlahan merona, "Ah seriusan?" tanyanya sambil melirik ke arah Fandy. Dan benar saja ia melihat Fandy yang menatapnya sesekali. "Eh eh iya Sa benerannnn." gadis tersebut menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Udah deh jangan terlalu ngarep." celetuk Ranea. Ia berdiri dan menghadap belakang, "Dia kan punya mata dan kita ada di bus yang sama, jadi ya wajar dia liat lo, kecualiiiiii lo invisible alias ga keliatan."

Natasha menghembuskan napas panjang dengan wajah kecewa, "Iya juga ya, lagian Kak Irfan sempet bilang kalo dia pernah liat Fandy sama Denada jalan bareng." ujarnya lesu.

"Serius?" tanya Nisrina. "Tapi kok dia kayak mulai nerima lo ya, iya nggak sih? Sejak lo putus sama Kak Irfan."

Natasha menaik turunkan bahunya, "Gue juga nggak ngerti."

"Jadi... gue mau mulai lepas dia aja deh." lanjutnya. "Lagian kan gue punya kalian semua, itu lebih baik daripada punya pacar kan."

Nisrina, Marisa dan Ranea saling melempar senyum.

"No boys no cry." ujar Marisa.

Perjalanan mereka masih panjang. Kini Citra dan sebagian besar kawan-kawannya telah terlelap. Suasana di dalam bis begitu tenang. Pintu tol telah menyapa. Membuat laju bis melambat karena antrean mobil di depannya.

Mata Reynaldi mengerjap beberapa kali. Ia merasa pundak kirinya sedikit pegal. Ia menoleh dan mendapati seorang gadis yang terlelap bersandar pada pundaknya

Teman Masa GituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang