Semua kursi yang tertata di ballroom sudah terisi oleh para remaja berbalut kebaya dan jas rapih. Suasana suka cita menyelimuti ruangan tersebut. Medali berlambangkan logo resmi Laskar Pratama menanti untuk dikalungkan pada semua calon alumni yang hadir. Pujian dan doa telah terlontar dengan halus dari seorang Guru Agama – Pak Jay – di atas podium kaca yang berada di atas sebuah panggung kecil di sisi kanan panggung utama. Waktu perlahan tapi pasti membawa mereka pada inti acara tersebut, pemberian sertifikat kelulusan dan sebuah medali berlambang SMK Laskar Pratama yang terpasang pada secarik kain berwarna merah-putih.
Penutupan acara wisuda pun disambut sorak bahagia pada murid yang kini sudah sah menjadi alumni. Lantunan music klasik yang mengiri jalannya acara wisuda pun telah digantikan dengan music up beat, membuat suasana suka cita makin merebak ke segala penjuru ruangan. Beberapa spot foto telah di penuhi oleh para remaja narsis yang ingin mengabadikan momen haru tersebut.
Natasha bersama teman-teman sekelasnya sudah mengabadikan momen bersama mereka. Meski begitu masih ada beberapa temannya yang berbondong berfoto ria bersama. Natasha pun turut mengabadikan momen tersebut dengan mengambil beberapa menit rekaman di ponsel pintarnya. Tangannya membawa kamera ponselnya bergerak ke kiri dan ke kanan, merekam segala hal jenaka, aneh, mengesalkan, dan tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata. Hingga kamera ponselnya menangkap sosok Fandy Aristyo sedang bercanda gurau bersama kawan-kawan sekelasnya.
Sudah beberapa kali Natasha melihat Fandy berpakaian rapih dengan kemeja, rompi, dasi, ataupun jas. Tapi kali ini pemuda tersebut terlihat berbeda. Fandy mungkin memang tidak memikili paras yang se-elok Irfan, ia juga tidak tinggi. Ia hanyalah pemuda biasa, tidak begitu rupawan, tapi anehnya Natasha bisa jatuh cinta sedalam itu, menanti selama itu hanya untuk mendapati perasaannya terbalaskan. Mungkinkah sekarang ada kemungkinan perasaannya sudah terbalaskan? Ia pun tidak yakin betul.
Dengan lesu Natasha berkata, "Gue pengen deh foto sama Fandy, Dit." ujarnya pada Adit yang sedang berdiri di sebelah kanannya.
Adit dengan setelan jas navynya pun menoleh, ia bisa langsung mendapati Natasha menatap Fandy dengan sedikit harap di matanya. "Ya bilang lah Nat, gue yakin dia mau kok lo ajak foto." ujar Adit. "Apa mau gue bilangin?"
Dengan sigap Natasha meraih lengan Adit, "Jangan Dit, gue malu."
Adit menghela napas panjang, "Nat.." digenggamnya kedua tangan kecil temannya itu, "Lo ga tau kan kapan lagi bisa punya kesempatan kayak gini? Anggap aja ini hari terakhir lo ketemu sama dia."
Natasha hanya terdiam sambil menatap sepatunya. Beberapa kali ia mengambil nafas begitu dalam sebelum mengangkat dagunya lagi, menatap wajah Adit yang memang lebih tinggi darinya. "Gue tetep malu sih Dit.. tapi yaudah lah ya... . gue ga mau overthinking besok karena nyesel."
Adit mengangguk pasti, "Lo tunggu di sini aja, gue yang samperin dia." ujarnya sebelum berjalan dengan langkah pasti menghampiri Fandy.
Dua menit berikutnya Natasha berdiri bersanding dengan Fandy di salah satu spot foto di ruangan tersebut. Tangan kiri Fandy sudah bertengger di bahu Natasha seraya keduanya tersenyum ke arah kamera digital milik Sicillia. Beberapa detik kemudian tangan Natasha lah yang bertaut pada lengan Fandy. Foto pertama dan terakhir bersama Fandy yang tidak disangka dapat terwujud jua karena bantuan Adit. Tak bisa dipungkiri Natasha sangat senang, sepertinya ia tidak akan lupa bagaimana tangan hangat Fandy menggenggam tangannya, bagaimana senyum Fandy ber-iringan dengan senyumannya, bagaimana rasa hangat yang tersalur saat ia berada begitu dekat dengan Fandy, bahkan irama nafasnya pun ia tak akan lupa.
"Cium lah Dy!!!!" seru Rendra yang turut menyaksikan foto bersama Fandy dan Natasha – beberapa teman Fandy pun turut menyorakinya, menuntut adanya adegan cium-mencium yang mungkin saja akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Masa Gitu
Teen FictionIni cerita tentang gue dan keempat sahabat gue. Cerita masa kini yang nantinya akan jadi masa lalu yang berharga. Cerita tentang kehidupan sekolah kita, permusuhan, pertemanan, cinta, dan mimpi. ~Citra Lusiana Kata orang masa-masa sma itu masa yang...