15

29 3 1
                                    

Hai readers ku tersayang~^^ aku balik lagi bawa cerita ini...hayo siapa yang kangen sama akuuuu >< sorry ya karena lama nggak publish lagi soalnya aku moody an banget buat nulis lagi. Specially ada beberapa hal yang bikin aku awalnya nggak bisa dan nggak mau lanjutin cerita ini, tapi berhubung banyak yang nungguin cerita ini jadi aku usahain banget biar nggak moody an lagi 😉, soo langsung aja ya happy reading.

Don't forget tap the ★

÷÷÷÷÷

Sudah satu minggu seluruh murid kelas sepuluh dan kelas sebelas diliburkan karena kakak kelas mereka sedang melaksanakan Ujian Sekolah.

Di hari Senin yang cerah ini upacara bendera tetap di laksanakan. Hari ini Pak Raharjo lah yang menjadi pembina upacara. Guru Bahasa Indonesia tersebut membuat pidato yang begitu panjang. Entah berapa anak yang mendengarkan ucapannya. Karena nyatanya kebanyakan peserta upacara hanya berpura-pura mendengarkan. Sayangnya guru senior yang terkenal mesum tersebut tidak peka terhadap bagaimana bosannya para murid mendengar celotehannya meskipun celotehannya berbobot.

Begitu upacara selesai seluruh peserta upacara bergegas kembali ke kelas mereka masing-masing dan menanti jam pelajaran pertama di mulai. Itu pun jika sang guru sedang rajin dan mau mengajar. Faktanya di sekolah tersebut lima puluh persen waktu yang di seharusnya dapat digunakan dengan baik untuk kegiatan belajar mengajar malah digunakan para murid kelas sepuluh untuk bermain-main dan tidur.

Pagi ini tidak ada kesempatan bagi Citra dan teman-teman sekelasnya untuk melanjutkan tidur mereka. Mereka harus mengejar waktu demi mengerjakan pekerjaan rumah dari Bu Ayu. Salah seorang guru perempuan yang masih muda. Banyak murid laki-laki yang menyukainya. Selain wajah cantiknya, ia juga memiliki bentuk tubuh yang bagus. Namun tentu saja tak ada gading yang tak retak.

"Pegel dahh tangan gue." keluh Natasha, "Bu Ayu ngasih tugas nggak kira-kira." lanjutnya.

"Makanya jangan pacaran mulu." celetuk Marisa. "Tugasnyakan udah dari minggu lalu di kasih."

Natasha meletakan pulpen gelnya, "Truss.. Kenapa lo juga masih ngerjain tugasnya sekarang?"

"Udah apa lo berdua berantem aja, kerjain buruan!" tegur Nisrina.

"Gue seminggu kemaren juga nggak ketemu sama sekali sama Kak Irfan, kontaknya sengaja gue block biar dia ga hubungin gue mulu, biar dia bisa belajar yang bener." ujar Natasha menjelaskan.

Ranea mengangkat kepalanya menatap Marisa dan Natasha. Kedua temannya itu, meskipun mereka terlihat dekat namun jika mereka membahas mengenai Irfan pasti nada bicara keduanya berubah. Mereka akan saling berkata dengan ketus.

Biarlah itu urusan mereka, pikirnya. Ranea melirik ke sudut belakang kelas. Di dekat jendela yang mengarah ke lapangan utama. Seorang laki-laki sedang menyelesaikan tugasnya sambil mendengarkan musik melalui earphone nya. Sesekali kepalanya bergerak mengikuti nada. Hari ini dia menyendiri, berbeda dari biasanya.

Surat kecil yang Ranea dapatkan seminggu yang lalu, mungkinkah pengirimnya adalah Toni? Tapi ia tau jika itu bukan tulisan tangan Toni. Lalu siapa?

Marisa menyenggol lengan Ranea, "Woy, ngelamun aja lo. Mikirin apa?"

Ranea menggeleng, "Nggak mikirin apa-apa, nggak penting juga."

÷÷÷÷÷

"Ton nih es teh spesial buatan 'bunda' Sri" ujar Bu Sri, cengiran khasnya membuat Toni tersenyum kecil.

Bu Sri duduk di kursi di hadapan Toni, "Kenapa Ton? Kayaknya hari ini kurang semangat gitu, biasanya malah nggak bisa diem."

Teman Masa GituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang