29

4 1 1
                                    

Matahari sudah tidak terlihat lagi di langit kota istimewah, bulan pun sudah bertengger indah dengan cahaya temaramnya. Malam ini akan menjadi malam terakhir Natasha dan kawan-kawannya menghabiskan waktu di Jogja setelah melaksanakan prosesi wisuda tadi pagi. Masih dengan perasaan senang dan lega, Ranea menemui Citra yang sudah menunggunya di salah satu meja di restaurant hotel. Temannya itu menunggunya serta yang lainnya bersama Reynaldi yang saat ini duduk di sebelahnya.

Ranea berjalan cepat menghampiri dua sejoli tersebut, "Berduaan aja?" tanyanya sambil duduk di salah satu kursi yang mengitari meja bundar di hadapannya.

"Iya, gue kira lo bareng sama yang lain ke sini." Jawab Citra, "Si Nisrina, Marisa, sama Natasha mana?"

Ranea mengendikan bahunya, "Nggak tau tuh, tadi sore sih gue sempat liat Natasha pergi, terus belom liat lagi sampe sekarang. Mungkin makan di luar bareng temen-temen ekskulnya."

"Eh ngomong-ngomong, kalian masih inget si kaka kelas yang dulu deket sama Natasha gak sih?" tanya Reynaldi tiba-tiba.

Citra menoleh pada kekasihnya itu, "Inget lah, kenapa emang dia?"

Reynaldi yang sempat sibuk dengan ponsel pintarnya pun meletakkan ponsel pintarnya di atas meja, pandangannya terarah bergantian pada Citra dan Ranea, "Tadi pagi gue kayaknya liat dia deh, orangnya tinggi putih kan? Rambutnya kayak agak ikel gitu?"

Citra dan Ranea spontan melebarkan mata, "Jangan-jangan dia nyamperin Natasha!!!!" seru Ranea heboh.

"Lho?" ujar Reynaldi, "Emang masih?"  mata Reynaldi menatap Citra dan Ranea bergantian.

Citra menggelengkan kepalanya, "Setau kita sih udah enggak ya. Padahal baru kemaren lho kita ngomongin dia, eh bener kejadian dong disamperin ke sini, bucinnya kebangetan anjir tuh laki."

"Lagi ngomongin siapa sih?" tanya Nisrina yang baru saja bergabung dengan mereka.

"Eh Nis, " sapa Citra. "Ini kita lagi ngomongin si Kak Irfan, Rey bilang dia liat Kak Irfan tadi pagi."

Nisrina pun sama terkejutnya dengan kedua temannya – Ranea dan Citra. "Jadi si Kak Irfan nyamper ke sini? Demi apa???"

"Ya gue masih nggak yakin sih itu dia atau bukan, tapi kalo dari perawakannya ya mirip." Jawab Reynaldi selaku saksi dari keberadaan Irfan – yang mungkin memang benar adanya.

"Tapi kayaknya iya deh, soalnya Natasha juga nggak ada kan dari tadi sore?" tanya Nisrina memastikan, "Dan anehnya Marisa juga nggak ada lho."

"Waduh... waduh.. gimana tuh ceritanya?" tanya Ranea balik, "Gimana kalo kita makan dulu aja gengs? Gue laper nih."

"Iya gue juga laper, yaudah pesen dah." Timpal Citra.

"Ekhhemm.." deham Toni, "Geng Eksoh gue boleh gabung ga? Partner in crime gue menghilang nih soalnya."

"Duduk aja." Ujar Reynaldi. "Emang Fandy kemana?" tanya Reynaldi yang bisa langsung mengetahu siapa orang yang dimaksud oleh Toni, mengingat sejak ia bergabung menjadi murid di SMK Laskar Pratama ia selalu bersama Fandy.

Toni tampak berpikir sejenak, berusaha menebak kemana kah sobatnya itu pergi, "Gue nggak tau lagi dia pergi kemana. Makan dulu aja guys, gue tuh kalo laper jadi bego."

÷÷÷÷÷

Matahari belum sepenuhnya muncul di ufuk timur, tapi Natasha sudah membuka matanya sedari tadi. Rambut panjangnya masih basah usai keramas dan mandi pagi yang membuatnya terlihat semakin segar. Pakaian casual sudah melekat rapih di tubuhnya. Kaus navy berlengan panjang dipadukan dengan hoodie abu-abu, skinny jeans hitam, dan sneakers abu-abu. Hijab hitam sudah ia siapkan di atas ranjangnya yang cukup berantakan. Sementara semua barang bawaannya sudah tertata rapih di dalam koper dan tas ranselnya.

Teman Masa GituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang