5

24 5 0
                                    

I know we're not together, but you're the one.
You make my body twist like a poison.
Yes, part of me want to have you.
But it seems too good to be true

÷÷÷÷÷

"Ya selamat pagi temen-temen, hari ini kita akan membicarakan tentang event pertama kita semester ini yaitu Hari Guru," ujar Jonathan yang duduk di antara Putra dan Anggi. "Jadi kita udah punya konsep buat event ini, dan hari ini gue akan jelasin lagi secara singkatnya aja, abis itu kita lakuin pembagian panitia sekaligus tugasnya kalo ada yang kurang jelas bisa langsung tanya.." Lanjutnya.

Jonathan pun mulai menjelaskan konsep event yang dimaksudnya. Ruang Aula yang mereka gunakan terasa hening ketika Jonathan menjelaskan konsep event tersebut. Hanya ada suara Jonatan yang terdengar sementara yang lainnya terdiam mendengarkan.

Sementara itu Marisa diam-diam menatap punggung bidang Irfan yang duduk di bangku di depannya. Marisa merasa beruntung dapat mengenal Iren, gadis bertubuh gendut itu rupanya cukup dekat dengan banyak kakak kelas. Selain ramah, sifat hebohnya membuat ia mudah dekat dengan siapapun. Berbeda dengan Natasha dengan tampang judesnya, ditambah dengan sifat pendiamnya yang membuat orang segan untuk mendekatinya bahkan untuk sekedar sok dekat dengannya. Namun setelah banyak menghabiskan waktu dengan Natasha, Marisa sudah paham betul kekonyolan kawannya yang tersimpan di balik tampang pendiamnya.


Anggi sang sekretaris OSIS baru saja membacakan list panitia. Kini semua anggota organisasi tersebut berkumpul sesuai dengan posisi mereka masing-masing untuk membicarakan tugas mereka. Sementara itu Marisa merasa senang karena ia mendapat posisi sebagai penanggungjawab lomba futsal bersama Dito, setidaknya ia satu tim dengan orang yang dikenalnya. Kebahagiaannya berlipat ganda karena Irfan mendapat posisi sebagai kordinator lomba. Hal itu membuat Marisa dapat berbicara dengannya meski sekedarnya saja.

"Wihh lo jadi penanggungjawab futsal? Hmm semangat ya dedek kecil" ujar Irfan pada Marisa yang sedang berdiskusi dengan Dito.

Tanpa disadari oleh Irfan, Marisa terlonjak kaget. Terlebih saat ini tangan kanan Irfan berada di bahu Marisa, dan gadis itu hanya bisa mematung.

"Oh iya Dit bola futsalnya tanyain ke Pak Slamet—guru olahraga— ya soalnya yang bola yang biasa dipake sama anak futsal udah jelek banget, kayaknya sih mau dibeliin yang baru lagi"

"Oke kak ntar gue tanyain" jawab Dito.

Irfan melangkahkan kaki panjangnya menuju segerombolan orang dimana terdapat Natasha di antaranya. Ia duduk di dekat Natasha sambil berpura mengecek apa yang sedang dilakukan gadis tersebut.

"Nat jadi apaan?" Tanyanya.

"Jadi orang kak" jawab Natasha asal sambil menuliskan sesuatu pada selembar kertas HVS.

Irfan memutar kedua bola matanya, "ya masa jadi dedemit,"

"Tuh tau"

"Maksudnya jadi panitia apa?" Tanyanya lagi.

Natasha meletakkan pulpen yang digenggamnya tadi dan menatap Irfan, "penanggungjawab lomba basket bareng Kak Dimas"

"Hmm ciee satu seksi sama cogan" Irfan berusaha membuat suatu topik pembicaraan dengan Natasha.

"Biasa aja sih, Kak Irfan ga ada kerjaan ya?" Tanya Natasha.

"Nggak ada," jawab Irfan "kenapa?"

"Bantuin dong Kak buat bagan lombanya," pinta Natasha "kata Kak Dimas dia mau ngajarin bikinnya tapi ga tau tuh dia malah pergi"

'Makasih banget loh Dim ternyata hobi keluyuran lo ada gunanya buat gua, keluyuran aja sono  yang jauh jangan balik-balik' ujar Irfan dalam hati.

Teman Masa GituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang