26

12 3 0
                                    

Jalan beraspal menuju gedung sekolah masih basah, dapat terlihat ada beberapa genangan air di sana-sini. Hujan mengguyur kota Jakarta lagi tadi pagi. Meskipun begitu, mentari sudah meninggi dengan cukup terik. Puluhan remaja berseragam putih abu-abu memasuki gedung sekolah. Ada yang berwajah ceria, datar, ada pula yang masih ingin melanjutkan tidur lelapnya.

Natasha berjalan sendirian, sesekali ia di sapa oleh teman ataupun adik kelasnya. Begitu sampai di kelas, ia menyapa teman sebangkunya, Adit.

Diletakannya di atas meja tas ransel serta almamater yang dibawanya, "Hari ini ada try out lagi kan?" tanya Natasha seraya duduk di kursinya.

Dengan mata yang masih fokus pada buku catatannya, Adit meng'iya'kan pertanyaan Natasha. "Nggak berasa ya, sebentar lagi UN." Adit menutup buku catatannya. "Abis itu lulus deh."

Natasha mengangguk, "Perasaan baru naik kelas ya, ehhh udah mau UN aja." Ia menghela nafas panjang. "Ke kantin yuk," lanjut Natasha mengajak Adit. "Gue belom sarapan nih."

"Ayok deh, gue juga pengen minum yang anget-anget." Adit beranjak dari duduknya, hingga Natasha harus sedikit mendongak untuk melihat wajah teman sebangkunya itu.

Keduanya berjalan menuju kantin sambil mengobrol. Suasana Kantin pagi itu lumayan ramai. Rupanya banyak murid yang juga ingin membeli makanan ringan untuk mengganjal perut mereka sebelum upacara bendera hari ini dilaksanakan. Di antara kerumunan remaja tersebut, Natasha masih juga dapat mengenali aroma parfum Fandy. Benar saja, pemuda tersebut sedang mengantri untuk membeli gorengan yang baru saja matang. Sementara itu ada pula Marisa, Nisrina dan Inez berada di belakangnya. Natasha menoleh, dalam hatinya ia berharap mereka tidak menyadari keberadaannya.

"Nih teh anget manis punya lo." Adit menyodorkan segelas teh hangat yang masih mengepul uap di atasnya. "Duduk dulu aja yuk." Adit menarik sedikit bagian lengan baju Natasha, mengajaknya menuju tempat duduk yang kosong.

"Gue mau tanya deh, boleh?" tanya Adit begitu tubuhnya mendarat di kursi kayu. "Lo lagi marahan sama Marisa apa gimana?" tanya Adit setelah sebelumnya mendapat jawaban 'iya' dari Natasha.

Lagi-lagi Natasha menghela nafas panjang, "Salah paham aja sih menurut gue. Gue belom cerita kah?" tanya gadis tersebut yang hanya dijawab dengan sebuah gelengan dari Adit.

"Jadi tuh, sekitar seminggu yang lalu kayaknya, gue sama Marisa main ke rumah Kak Irfan, ada Kak Jonathan sama Kak Putra juga tuh. Tiba-tiba Marisa pulang duluan, katanya ada janji sama abinya. Tapi ternyata bukan karena itu dia pulang duluan. Ternyata alasannya karena kak Irfan kasih tau ke Marisa tentang rencana dia untuk ngajakin gue balikan. Terus sejak hari itu gue ngerasa hubungan gue sama dia agak renggang aja gitu. Gue pun nggak berani buat ngomongin soal ini sama dia." Jawab Natasha.

Adit mengangguk paham, "Terus Kak Irfannya gimana?" tanyanya sebelum menyeruput minuman hangatnya.

Natasha menghela napas panjang, " Gue udah berusaha hubungin dia, tapi dia kayak ngilang gitu aja. Nggak paham gue tuh sama dia." Natasha menyeruput teh hangat miliknya.

"Mungkin dia butuh waktu," Ujar Adit. "Ya dia pasti sedih kan Nat setelah sekian kali lo tolak." Natasha hanya menaik turunkan bahunya mendengar itu. "Emang ya, lo itu hobi banget nolakin cowo." Ledek Adit.

Natasha mengernyitkan dahinya kesal, "Apaan sih? Kesannya gue laku banget anjirrr." ujar Natasha kesal. "Ya gue kan nolak karena ada alasannya Dit."

"Sebegitunya ya lo ninggiin perasaan lo ke Fandy Nat." Adit lagi-lagi menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Geleng-geleng mulu lo kayak ayam lagi celeng." Ledek Natasha, "Lagian kok jadi ngebahas Fandy sih?" Natasha mulai kesal. Ia beranjak dari duduknya, "Udah ah gue mau ke lapangan sekarang aja." Ia berjalan cepat meninggalkan Adit.

Teman Masa GituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang