21

12 2 1
                                    

Nisrina baru saja keluar dari ruangan dokter. Hari ini ia tidak berangkat sekolah karena sedang sakit. Ia dan sang mama pergi ke klinik di daerah Kemang. Memang jaraknya cukup jauh dari rumahnya tapi ia selalu berobat di klinik tersebut sedari dulu.

Kini Nisrina hanya perlu menanti sang apoteker memanggil namanya untuk memberikan obat-obatan. Ketika sedang menunggu, pintu klinik terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya berhijab syar'i. Dari cara berpakaiannya saja Nisrina bisa menilai bahwa ia adalah salah satu penduduk perumahan elit di Kemang. Tidak seberapa lama dua orang lagi memasuki klinik tersebut, keduanya duduk sementara wanita paruh baya yang tadi sedang mendaftar di loket pendaftaran.

Nisrina melirik dua orang yang baru saja masuk klinik. Begitu menyadari siapa merea, Nisrina buru-buru menutupi setengah wajahnya menggunakan masker dan sebisa mungkin membuat dirinya terhalang oleh tubuh sang mama.

Wanita paruh baya tadi menghampiri kedua anak muda yang duduk berdampingan tersebut, "Bunda udah daftarin nama kamu, paling sebentar lagi udah dipanggil sama dokternya." Ujarnya.

"Iya Bunda." Ujar Haikal.

Seorang gadis yang tidak Nisrina kenal memberikan sebuah botol stainless yang sepertinya berisi air hangat, "Minum dulu nih Kak."

NIsrina mengernyit mendengar kata 'Kak' keluar dari bibir gadis cantik tersebut. Jadi gadis itu adalah adiknya Haikal.

"Nisrina Ayuriza" panggil sang apoteker.

Nisrina dan mamanya beranjak dari kursi lalu berjalan menuju apoteker tersebut. Telapak tangan Nisrina yang telah basah karena keringat dingin menggenggam tangan lembut sang mama.

"Ma ayok ma cepetan aja pulangnya." Bisiknya.

Sang mama dengan sedikit kerepotan mengeluarkan dompet dari tas yang dibawanya, "Iya sebentar dulu Nis ini kan mau bayar dulu."

Sementara itu di sisi lain ruangan tersebut, Haikal sedari tadi sudah menyadari keberadaan Nisrina. Diam-diam ia melirik gadis berkacamata tersebut. Walau setengah wajahnya tertutup masker Haikal masih dapat mengenalinya. Ia tak menyangka akan bertemu dengan Nisrina disini.

"Tuan Haikal Raufian, silahkan masuk." Ujar seorang suster mempersilahkan Haikal untuk memasuki ruang dokter untuk diperisa.

Setelah mendapatkan obat dan membayar biayanya, Nisrina dan sang mama pun pergi dari klinik tersebut. Sehingga ketika Haikal selesai diperiksa oleh dokter, ia tak menemukan Nisrina lagi.

~~+~~

Ranea masih asyik bermain dengan ponselnya ketika sebuah pulpen mengetuk kepalanya.

"Aduh!" serunya.

Toni sang pelaku hanya tertawa mengejek sebelum duduk di kursi di hadapan Ranea. "Bentar lagi kita pkl, lo nggak ada kesan dan pesan buat gue?"

"Ngapain sih pake kesan dan pesan, alay lo." Ejek Ranea.

"Yehh kok alay sih, ntar kangen loh sama gue. Yakin lo 6 bulan nggak ketemu sama gue trus nggak ada rasa kangen sama sekali? Gue sih nggak yakin." Ujar Toni.

Ranea memandang Toni kesal, "Denger ya kalau emang ada yang harus gue kangenin itu ya pastinya bukan lo, gue juga ga ada niatan bakal kangen sama lo."

"Ohh gitu, trus kalo ke pengagum rahasia lo itu gimana? Lo bakal kangen sama itu orang?" Tanya Toni.

"Ya pasti lah, secara ya dari cara dia nyusun kata-katanya aja tuh udah keliatan kalo dia itu tipe cowo yang romantis dan lembut gitu." Rena tersenyum membayangkan sosok pengirim surat-surat yang sering diterimanya.

Teman Masa GituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang