Happy Reading
Hari ini aku datang kesekolah pagi sekali, belum ada satu siswa pun yang datang kecuali penjaga sekolah yang bertugas membuka pintu. Mataku menerawang menatap ke papan tulis, air mataku tidak mau berhenti mengalir. Tadi pagi di rumahku kembali terjadi pertengkaran hebat antara orang tuaku. Masalah cekcok mereka selalu sama yaitu perihal uang, uang, dan uang. Orang tuaku hanya berpendidikan rendah, mereka hanya tamatan sekolah dasar. Jadi, cara berpikir mereka pun masih pendek. ‘Tamatan SMA saja kamu nanti itu udah beruntung, tidak usah terlalu berharap untuk meraih gelar sarjana.’ perkataan orang tuaku terngiang-ngiang dikepalaku.“Ya Tuhan, kapan hidup Aca dapat berubah? Kadang Aca berpikir, engkau itu sudah tidak adil dengan Aca. Engkau selalu memberi teman-teman Aca kebahagian dan Aca kapan?” tangis piluku memenuhi ruangan kelas. Tanpa sadar ternyata sudah ada temanku yang lain memasuki ruangan kelas.
“Ca, kenapa nangis? Ada masalah? Ayo cerita sama Ita! “ Dita membuka tasnya lalu memberikan sebungkus tisunya.
“Gak Ta, tadi cuma kepikiran sama novel yang baru Aca baca. Ita kan tau kalau Aca mudah baper jadi ya gini deh,” jawabku beralasan pada Dita dan syukur Dita percaya.
“Iya deh, Ita percaya. Lap tuh, ingus sama air matanya ntar keliatan sama yang lain Ca. Ntar dikira Ita yang bikin nangis, “ ucap Dita dan aku pun meraih selembar tisu.
“Ta, ada kaca?” tanyaku pada Dita dan Dita pun memberikan kacanya padaku. Aku merapikan jilbab yang sudah berantakan kesana kemari akibat aku menangis tadi. Mata sembab, hidung merah, bedak habis plus bau napasku bau jadinya gara-gara dehidrasi.
Dita pergi kekelas lain, dan aku pun mengeluarkan buku tulis. Buku itu tempatku untuk mengeluarkan segala keluh kesahku.
Ya tuhan, kenapa hidup itu butuh perjuangan? Kenapa harus kami orang kecil yang merasakan pahitnya Pengorbanan? Kenapa tidak mereka saja! Pada hal mereka yang mendapatkan manisnya hidup di dunia.
Ya tuhan, jadikan hamba mu ini dapat melalui ini semua. Jadikan suatu saat nanti hambamu ini dapat menjawab setiap pertanyaan yang telah hambamu ini lontarkan padamu. Hamba tau, hamba termasuk orang yang tidak sabaran, masih kurang bersyukur, dan masih banyak lagi kekurangan hambamu ini.
Aku membaca berulang-ulang tiap goresan tinta penaku, dan aku sadar aku masih banyak memiliki kekurangan. Seandainya nanti, aku mendapat jawaban dari tiap pertanyaan yang telah kulontarkan pasti aku akan amat bersyukur. Karena tidak mungkin suatu peristiwa terjadi tanpa suatu alasan. Dan Allah pasti telah menakdirkan suatu hal pada hidupku.
‘Baik buruknya sesuatu Allah lah yang lebih tau dari pada manusia, mungkin Allah telah menyiapkan kejutan demi kejutan dimasa depan nanti. Jadi, syukuri saja apa yang ada sekarang dan berusahalah jika ingin adanya perubahan' ceramah di waktu bulan ramadan teringat olehku. Membuatku kembali meneteskan air mata. Berulang-ulang aku mengucapkan istighfar sambil menangkupkan tangan di dadaku.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Takdir
General FictionSeorang gadis yang bermimpi dapat mengangkat derajat kedua orang tuanya. Ia berharap dengan keberangkatannya ke pulau Jawa dan meninggalkan pulau Sumatera ia bisa mengubah takdir hidupnya. Jika perlu ia rela menyebrangi lautan dari negara satu ke ne...