Happy Reading
Semalaman penuh aku menangis dalam diam. Ucapan mama masih terngiang-ngiang di kepalaku. Mendengar nada bicaranya yang terdengar lirih membuatku sedih.
Tidak memberi kabar saja mama sudah kecewa padaku. Apalagi jika aku mengatakan kalau aku gak bisa pulang nanti. Apa mama akan memahamiku?
Dalam doaku, aku memohon pada Allah untuk diberikan jalan keluar dari masalahku. Saat-saat seperti ini aku selalu membutuhkan tempat mengeluarkan keluh kesahku. Dan doalah tempatku menyampaikannya.
Setelah berdoa tiba-tiba saja tekadku menjadi kuat untuk menelpon kembali orang tuaku. Mungkin ini yang dinamakan keajaiban dalam doa.
“Assalamualaikum,” ucapku pelan.
“Waalaikumsalam kak. Mau bicara sama Mama?” tebak adikku.
“Ya, Dek. Kemarin mama marah banget pasti sama Kakak sampai mutusin sambungan telpon,” ucapku dijawab kekehan oleh adikku.
“Gak, kak. Mana mungkin mama marah sampai segitunya,”
“Trus menurut kamu, kenapa mama mutusin sambungan telpon kalau gak marah?”
“Sebenarnya bukan mama yang mutusin sambungan telpon kak. Tapi telponnya sendiri yang mati karena baterai HP habis kak,”
jawaban adikku membuat rasa legah dalam diriku. Semalaman penuh aku berpikir mama marah besar padaku tapi ternyata itu karena baterai HP adikku yang habis.
“Tuh, kenapa kamu gak nelpon lagi pas HP kamu udah ada baterainya?” tanyaku dengan nada kesal padanya.
“Gak usah marah-marah Kak. Itu perintah langsung dari mama, ‘Biarin aja ntar kakak kamu nelpon lagi Mel. Biar dia kira Mama marah besar.’ itu kata mama padaku.”
“Mama dimana sekarang?”
“Mama sama ayah gak di rumah kak. Katanya tadi mau jenguk kakek habis kecelakaan.”
“Kakek kecelakaannya parah?”
“Gak Kak cuma lecet-lecet dikit,” jawab adikku.
“Ya, udah. Ntar kamu telpon Kakak ya! Kalau mama sama ayah udah pulang.”
“Sip kak. Tapi jangan lupa beliin pulsa,” teriaknya padaku.
“Pulsa? ntar pas kamu cuci baju banyak mah,” candaku.
“Ihhhhh... Kakak mah gitu. Itu namanya busa kak bukan pulsa,” balas adikku sebal.
“Liat aja ntar,” ucapku.
“Benaran ya Kak. Kalau pulsaku bakal diisi. Kalau gak datang pulsanya, gak bakal aku angkat telpon dari Kakak.”
“Iya... Iya.... Udah dulu ya. Kakak mau berangkat kerja!” ucapku lalu memutuskan sambungan telpon.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Takdir
General FictionSeorang gadis yang bermimpi dapat mengangkat derajat kedua orang tuanya. Ia berharap dengan keberangkatannya ke pulau Jawa dan meninggalkan pulau Sumatera ia bisa mengubah takdir hidupnya. Jika perlu ia rela menyebrangi lautan dari negara satu ke ne...
