19

0 0 0
                                    

Happy Reading 

   Hidup setelah tamat SMA adalah masa-masa yang menentukan bagaimana masa depan kita nanti. Bagi yang kuliah, itu jalan mereka menuju kesuksesan. Sedangkan bagi yang bekerja, itu adalah masa-masa yang akan mendewasanya. Mereka perlu beradaptasi dengan perubahan dalam hidup mereka. 


   Pertama kali mencari kerja merupakan masa-masa yang paling sulit. Apalagi pada masa sekarang pencari kerja lebih banyak dari pada lowongan yang tersedia. Pengangguran ada dimana-mana, bahkan tingkat kriminal pun ikut meningkat di masa ini. 


   Aku berharap dengan melepaskan pekerjaanku yang sekarang aku bisa mencari pekerjaan yang memiliki gaji lebih dari pekerjaanku yang lalu. 


   Berangkat dari rumah menuju ke pasar johar di Karawang membuatku merasakan rasa yang sama saat aku pertama kali tiba di Garut. Rasa kurang nyaman selama di perjalanan menambah kegundahanku. 


   “Ca, seandainya kamu tidak mendapatkan pekerjaan di sana jangan malu menghubungi Om atau bundamu! Biar kami yang akan menjemput kamu.”


   “Iya, Om.” jawabku dengan nada lemah. 


   “Jika tidak nyaman di rumah bibimu kamu bisa ngekost nanti bila sudah dapat kerja. Tapi jika belum dapat kerja dinyaman-nyamankan aja ya Ca. Namanya juga tinggal di rumah orang,” ucap Om Afif suami bunda Nia yang kujawab dengan senyuman kecil. 


   “Ini kamu yang minta ke Karawang loh. Bukan Om atau bunda yang usir.” ucap bunda Nia.


   “Iya, Bun. Lagian jika aku kerja di sana kapan aku bisa ngirim uang ke rumah? Gaji di sana cuma bisa buat aku sendiri Bun. Bundakan tau, niat aku kerja tuh buat ngebantu ayah sama mama. Nih, buat pulang kampung aja kemarin gak ada,” ucapku. 


   “Kamu banyak yang sabar di sana nanti. Kamu kan udah ada pengalaman waktu pertama kali cari kerja hampir setengah tahun kamu nganggur. Jadi di sana banyak bersyukur aja Ca. Nikmati saja prosesnya, siapa tau hasil tidak mengkhianati usaha,” ujar bunda Nia menasehatiku. 


   Tak terasa kami sudah sampai di Pasar Johar Karawang. Anak bibi Cici bang Arya telah menunggu di sana. 


   Bang Arya tersenyum padaku. Meski kurang akrab dengannya tapi aku berusaha untuk mengakrabkan diriku dengannya. 


   “Lama nunggunya Bang?”


   “Gak juga Ca. Yuk Om, Tan mampir ke rumah,” ajak kak Arya dan kami pun mengikutinya. 


   Inilah babak baru dalam kisahku. Baru di mulai tapi sudah terasa sulitnya. Beradaptasi di tempat baru itulah yang menyulitkanku nanti. Tapi perjuangan yang sudah setengah jalan ini tidak akan kusia-siakan. Aku akan berjuang sampai auman singaku dapat menakuti oleh orang-orang. 

TBC

Mengejar Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang