10

0 0 0
                                    

Happy Reading 

   Lagi-lagi aku pulang larut malam karena lembur buat kejar bonus. Tapi tetap saja, kerja bagai kuda tapi penghasilan tak sebanding dengan energi yang terbuang. 

   Aku mencoba untuk tetap bertahan di sini minimal sampai kontrak kerjaku habis. Masalah mencari pekerjaan kuserahkan pada Tuhan. Bulan Ramadhan tinggal menghitung minggu lagi, dan uang simpananku masih sedikit jika ingin pulang kampung. Kemungkinan lebaran tahun ini aku tidak pulang ke daerah kelahiranku untuk berkumpul dengan keluargaku di sana. 

   “Ca, kamu jagain Kayla ya! Jangan sampai ia nangis kalau nangis pasti ntar kamu juga yang pusing. Bunda ke pasar dulu.” 

   Kayla adalah anak tunggal ia selalu dimanja, apa-apa harus diturutin jika menolak kemauannya maka ia akan melempar barang-barang disekitarnya juga akan memukulkan benda-benda di sekitarnya pada kita. Pada hal ia telah masuk sekolah dasar tapi kelakuannya masih seperti balita.

   “Kak, Key mau jajan antarin ya!” perintahnya padaku.

   ‘Kecil-kecil udah main perintah aja apalagi udah gede.’ 

   Kebiasaan orang tua terlalu memanjakan anaknya sangatlah berisiko terhadap perkembangan anaknya di masa depan nanti. 

   “Udah hampir setahun di sinikan neng?” tanya pedagangnya padaku. 

   “Iya, Bu__” belum sampai aku menjawab pertanyaan si ibu pedagang Kayla langsung menarikku dengan kuat yang mengakibatkan aku terjungkal. 

   “Maaf Bu. Lagi bawel Kaylanya,” ucapku tak enak pada si ibu pedagang. 

   Seluruh orang di sekitar perumahan sini sudah biasa dengan tabiat Kayla. Jadi, jika Kayla bersikap seperti itu mereka sudah memakluminya.

   Dulu di masa aku masih pengangguran. Banyak warga di sekitar yang mengira aku pengasuh Kayla. Karena kemana-mana Kayla bersamaku. Pertama kali mendengarnya aku sakit hati, cuma mau bagaimana lagi? Mungkin inilah takdir yang harus ku lewati. 

   “Kak, kenapa orang-orang suka nanya-nanya mulu sih sama kita?” tanya Kayla padaku. Ia tidak sadar apa ia juga suka nanya-nanya juga. Dasar gak pernah ngaca apa? 

   “Gak tau,” jawabku singkat padanya membuat dia cemberut.

   “Kak, kenapa mereka suka nanya-nanya?” ulangnya padaku. Inilah paling tidak aku suka jika libur kerja. Malas banget aku berhadapan dengannya. Kadang jika libur, aku suka beralasan aku sakit kadang aku juga pura-pura tidur jika dia menghampiriku. 

   “Mereka cuma nanya Kayla. Bawel banget sih kamu,” jawabku judes padanya membuat dia mau menangis. 

   “Kak Risa nakal, aku aduin kakak sama ayah.” ia berlari sambil menangis dengan kuat sehingga membuat warga di sekitar perlu menutup telinga jika berpapasan dengannya. 

   Membosankan, itulah hari-hari yang aku lewati jika di rumah. Menjaga Kayla sama saja dengan menjaga puluhan balita. Mending menjaga puluhan balita menurutku. Jika mereka menangis kita hanya perlu membuat wajah lucu lalu tangis mereka pun berhenti. Kalau Kayla yang ada dia malah nangis kejar sampai letih lalu ia merengek untuk dibelikan mainan baru setelah mendapatkan apa yang dia mau ia berhenti menangis. 

TBC

Mengejar Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang