Happy Reading
Perkataan Monik selama di telpon kemarin masih menjadi buah pikiran sehingga membuatku tidak bisa tidur semalaman penuh yang mengakibatkan keesokan paginya saat aku bercermin ada mata panda di kedua mataku.
Saat bekerja di pabrik pun pikiranku masih berkelana kemana-mana. Mata mengantuk, jadwal kerja penuh, mendadak pusing pun menyerangku kepala rasanya berputar-putar hingga aku jatuh terduduk di atas lantai yang dingin.
“Risa kamu kenapa?” tanya Brian padaku.
“Yan, bawa Risa istirahat. Aku beli air dulu,” ucap Briana cepat.
Semua karyawan mengerubungiku tapi hanya beberapa orang yang benar-benar khawatir
padaku. Atasanku mengizinkanku untuk pulang dan rehat beberapa hari di rumah.
Brian membawa motor dengan pelan karena joknya diisi penuh olehku dan Briana yang memangkuku dari belakang.
“Kamu kenapa bisa sakit Ca?” tanya Briana.
“Iya, biasanya aja imun kamu paling kuat dibanding kami. Kami pada flu kena hujan. Nah, kamu jangankan flu virus aja takut nyerang kamu karena keganasan kamu saat marah.” ledekan Brian hanya kujawab dengan dengusan.
“Namanya juga sakit. Mana tau aku alasannya jika tau aku mending kuhindari sebelumnya,” jawabku jutek dengan nada lemah.
“Sakit aja masih bisa jutek kamu Ca. Jangan-jangan kamu bohongan sakitnya ya,” ledek Briana.
“Dasar kembar, sama-sama usil pula tuh. Udah jangan ngomong lagi aku tambah pusing jadinya,” ucapku lalu menutup mata karena tak tahan dengan sakit yang melanda.
“Ca jangan tutup mata. Ntar kamu tertidur kami yang repot ngangkat kamu,” ucap Brian yang melirikku dari spion motornya.
“Hmmm,” jawabku.
Sesampainya di rumahku mereka menurunkanku dengan hati-hati dari jok motornya.
“Ca jangan lupa makan obat sama istirahat yang banyak yang!” ucap Briana khawatir padaku.
“Iya, Makasih banget ya karena kalian khawatir sama aku. Hati-hati di jalan, Yan bawa motornya jangan ngebut!” pesanku pada mereka dan dijawab oleh Brian dengan jempol.
“Kak Risa kenapa cepat pulang kerjanya?” tanya Kayla padaku saat aku masuk.
“Kakak gak enak badan, jangan ganggu ya! Kakak mau istirahat dulu,” titahku padanya sebelum masuk kamar.
“Ca kamu sakit apa?” tanya bunda Nia.
“Cuma butuh istirahat kok Bun.”
“Ya udah, kalau butuh apa-apa ntar panggil Bunda aja.”
“Sip Bun,” jawabku lalu memejamkan mata untuk tidur.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Takdir
General FictionSeorang gadis yang bermimpi dapat mengangkat derajat kedua orang tuanya. Ia berharap dengan keberangkatannya ke pulau Jawa dan meninggalkan pulau Sumatera ia bisa mengubah takdir hidupnya. Jika perlu ia rela menyebrangi lautan dari negara satu ke ne...
