04

0 0 0
                                    

Happy Reading 

   Sepulang sekolah, aku mampir kerumah temanku buat mengerjakan tugas kelompok. Sebelumnya aku sudah meminta izin pada orang tuaku. Aku masih ingat insiden saat aku kelas satu dulu. 

Flashback 

   Hari itu hari minggu, aku berangkat kerumah temanku setelah azan zuhur. 

    “Ma, Aca pergi kerja kelompok Ma.” 

    “Ya, hati-hati bawa motornya jangan ngebut!” pesan mamaku saat aku salaman. 

   Aku membawa motor dengan santai sesekali melafalkan ayat-ayat pendek. Aku berhenti dirumah Nadin.

    “Assalamualaikum, Nadin yuk berangkat!” Nadin keluar sambil membawa alat-alat buat ngerjain tugas kelompok kami. 

   Nadin membawa motorku dengan ngebut menuju rumah Sinta. Jarak rumah Nadin dengan rumah Sinta cukup dekat mungkin sekitar setengah kiloan. 

    “Ta, pinjam hape donk. Aku mau ngabarin mama kalo pulang malam,” ucap Nadin lalu Sinta pun memberikan hapenya. 

    “Ca, kamu gak mau ngabarin mama kamu kalau pulang malam?” tanya Sinta padaku. 

    “Gak Ta, ntar mamaku jadi khawatir kalau aku bilang mau pulang malam.” 

    “Kabarin aja mama kamu Ca, ntar tambah khawatir mama kamu di rumah kalau kamu gak ngabarin.” perkataan Nadin membuatku tertegun sementara waktu. Lalu aku tetap melanjutkan mengerjakan tugasku menghiraukan firasatku.  

   Kami bisa sampai malam mengerjakan  tugas belum selesai-selesai juga karena tadi siang kami sibuk becanda dan setelah mendengar azan maghrib baru kami bergegas membagi tugas agar cepat selesainya. 

   Sinta yang tugasnya telah selesai pergi berselencar kedunia maya. Aku dan Nadin masih sama-sama sibuk mencari opini sama faksa ditugas kami.

    “Ca, kata Sira mama kamu nyariin kamu ke rumahnya. Mama kamu tadi nangis-nangis cari kamu Ca,” mendengar perkataan Sinta membuat jantungku berdetak kencang. 

    “Ta, bilang sama Sira buat ngabarin ke mamaku kalau aku bakal pulang.” aku bergegas untuk pulang. “Ta, aku pulang dulu ya. Nad, cepatan!” mendengar perkataanku Nadin pun berlari menyusulku keluar. 

   Setelah mengantar Nadin ke rumahnya, aku pun membawa motorku dengan kecepatan diatas rata-rata. Jantungku terus saja berdetak makin cepat, aku terus melafalkan ayat suci Al-Quran untuk meredakan rasa gelisahku. Mamaku bisa tau rumah Sira, karena Sira anak dari kepala kampung di desaku. Juga aku sudah bilang ke kedua orang tuaku ‘kalau ada apa-apa cari aja Sira, biar nanti Sira yang ngabarin ke aku atau kalau Siranya gak ada biar orang tuanya nanti yang bilang ke Sira dan Sira bakal nyampein ke aku.’

   Sesampainya aku di rumah, aku melihat mama menungguku di dekat pintu begitu juga dengan ayah dan adikku. 

    “Assalamualaikum,” ucapku.

    “Waalaikumsalam,” jawab kedua orang tuaku juga adikku. 

    “Kak, mama cari kakak tadi nangis-nangis di rumah kepala kampung. Trus kaki mama tadi sampai luka, aku sama ayah dimarahin juga tadi sama mama.” mendengar perkataan Amel adikku membuatku tambah merasa bersalah pada mama. Harusnya tadi aku mendengarkan perkataan Sinta sama Nadin untuk memberi kabar pada orang tuaku. Bener kata orang, penyesalan itu selalu datang diakhir.

***

   Mengingat insiden tersebut membuatku tau betapa sayangnya orang tuaku padaku. Juga membuatku tau jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang baru tadi pagi terlontarkan dariku. 

   Aku amat bersyukur terlahir dari keluarga yang amat menyayangiku. Meski dalam materi aku kurang mampu, tapI dalam kasih sayang aku amatlah kaya. Terkadang memang orang tuaku sering kali berselisih perkara uang seperti tadi pagi. Tapi jangan salah, akulah sebagai anak yang bertugas membuat orang tuaku kembali berbaikan.

    “Ca, tugas yang tadi udah selesai?” mendengar pertanyaan April membuatku pura-pura mengerjakannya. 

    “Belum, ini Aca masih ngerjainnya nih.” alasanku pada April dan aku pun melanjutkan mengerjakan tugasku.

    “Iya deh Ca, Nta percaya. Iya kan Var, Pril?” tanya Sinta pada teman yang lainnya dan mereka pun menjawab sama. 

   Ya, sekarang aku sudah menginjak bangku kelas dua SMA. Aku dan Sinta masuk kekelas unggul yaitu MIPA 1, kami masih jadi teman sebangku dan rencananya nanti sampai tamat kami bakal tetap jadi teman sebangku. Karena biasanya, kelas dua itu udah dipermanenkan data siswanya sampai tamat nanti. Yang berarti, sampai kami lulus kami akan sama-sama berjuang bersama baik suka maupun duka.

***


TBC

Mengejar Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang