22. lamaran ✌️

9 2 0
                                    

Kullul qulubi ilal habibi tamil
Wa ma'iyabidzalika syahidun wadalilu
Ahmmad-dalilu idza dzakartu muhammadan
Shorot dumu'ul asyqina tasilu

∆∆ typo bertebaran ∆∆

Sebulan berlalu. Banyak terjadi perubahan pada Syeh. Tidak lagi malas bangun, tidak lagi telat masuk kelas, tidak lagi kena hukuman, ya setidaknya seminggu terakhir ini.

Selama itu pula , Raihan nampak lebih sering berkunjung ke asrama pengajar, bertemu ustadz Handy, dan ustadz Anam. Entah mereka membahas apa, sesekali juga Raihan ikut ke ndalem bersama ustadz Handy.

Hari Kamis siang. Selepas solat dhuhur, ada 3 mobil memasuki pelataran pesantren. Nampak 2 keluarga itu turun dari masing masing mobilnya, tak lama kyai Salim lantas menyambutnya, menyuruh mereka masuk ke dalam.

Dengan tergesa Ning Ainun memanggil Jihan di kamarnya.

"Ada apa toh Ning? Sepertinya terburu buru sekali". Tanya Jihan yang melihat Ning Ainun terengah engah.

"Ada bapaknya mbak Jihan di ndalem. Katanya suruh kebawah sama Abah".

'bapak?' segera saja Jihan bersama Ning Ainun berjalan cepat ke ndalem.

Begitu masuk, sudah ramai orang. Ada para ustadz, orang tua Raihan, kyai Salim dan nyai Sidur, ada Gus hafidz juga, dan kedua orang tua Jihan. Jihan yang kikuk lantas duduk di sebelah ibunya.

"Hati manusia memang tidak ada yang lebih mengetahui selain Tuhannya. Begitupun dengan anugerah perasaan yang dimiliki. Tidak bisa terlepas oleh pengawasan Allah. Seseorang bisa saja berubah hatinya, karena Allah yang berkehendak. Allah yang membolak balikkan hati manusia". Tutur Kyai Salim.

Seorang santriwati menyuguhkan minuman teh dengan temannya.

"Monggo, diminum tehnya".

Para tamunya mengangguk, ada juga yang segera menyesap teh di cangkirnya.

"Ndhuk".

"Dalem kyai".

"Sejak seminggu yang lalu, mas Raihan berunding dengan Abah dan juga ustadz Handy. Baiknya menyatakan perasaan seperti apa kiranya. Lantas malah mengusulkan membawa rombongan kemari, karena kamu juga disini.

Ngapunten nggeh pak, Bu. Kami mengundang bukan maksud untuk merepotkan, tapi takut bila nanti kaget tiba tiba datang tamu tak diundang ke rumah, kan gitu to?"

Para hadirin terkekeh pelan.

"Nah, Monggo, diaturaken".

"Bismillah. Kedatangan kami kesini, yang pertama untuk silaturahmi, dan yang kedua untuk mengutarakan niat baik dari anak kami Raihan". Kata pak Yono, bapaknya Raihan.

"Bismillahirrahmanirrahim, dengan kesempatan yang baik ini, saya Raihan Aditya, bermaksud meminang putri bapak burhan dan ibu Fatimah untuk diri saya sendiri kepada Jihan Humaira". Tukas Raihan yang menyembunyikan raut kegugupannya.

"Masyaallah, kalau begitu, saya serahkan kepada Jihan keputusannya". Kata pak Burhan yang diangguki oleh istrinya.

Jihan menghela napas pelan "Sebelumnya maaf mas Raihan, bukan saya menolak dengan cepat tanpa memikirkan terlebih dahulu. Tapi Jihan sudah jatuh cinta kepada orang lain, hati Jihan sudah tertambat pada orang lain".

Seluruh tamu beserta Kyai Salim terkejut.

"Boleh saya tau kepada siapa?" Tanya Raihan dengan muka memerah menahan malu.

"Kepada mas Syeh Andhika Pratama, sahabat mas Raihan. Begitupun dengan sahabat saya Karin, dia sebenarnya mengagumi mas Raihan. Saya tidak ingin melukai hati sahabat saya dan diri saya sendiri dengan menerima apa yang tidak ingin saya terima".

Kecewa. Seperti itulah gambaran hati Raihan saat ini. Ia pikir ia sudah cukup mampu meluluhkan hati Jihan, ia pikir dengan segala yang ia miliki, bisa merebut hati Jihan.

Tapi, mengapa harus dengan sahabatnya yang bahkan dirinya jauh diatasnya? Astaghfirullah, untuk apa mengejar cinta dari anggapan yang salah? Bukankah kesombongan tidak akan membawakan hasil apapun?

Sore itu juga, Raihan berniat untuk kembali ke pesantren utama. Bersama bapak dan ibunya. Menjauh untuk bisa melupakan.

******

Keesokan harinya.

"Syeh, Syeh". Umar menghampiri Syeh yang duduk di depan kamar sembari membaca buku tentang khotbah Jum'at yang ia pinjam di perpus kemarin lusa.

"Apa?"

"Aku tau kenapa Raihan pindah kemarin".

"Kenapa emang?"

"Lamaran Raihan ditolak Jihan".

"Ooh. Hah? Jihan?" Syeh sontak menutup bukunya dan menatap Umar.

"Iya. Beneran deh. Tadi pas aku mau nanya ke ustadz Muafik di kantor, ustadz Anam lagi nyeritain tentang lamaran Raihan kemarin".

"Kok Raihan nggak ngomong ama gue si? Jadi selama ini cewek incarannya Raihan itu Jihan?".

"Iya. Kamu tau nggak dia di tolak karena apa?"

"Apa tuh?"

"Karna kamu".

To be continued

Dengan 1000 Nadhom Alfiyah, aku melamarmu (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang