12. memandangmu 😉

15 2 0
                                    

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
Karna pancaran ketenanganmu

∆∆ typo bertebaran ∆∆


Selesai upacara tadi, peserta lomba menuju stan nya masing masing dan bersiap menuju aula. Dan di aula ini sudah terisi seluruh peserta, dewan juri dan juga para saksi .

Riuh suara suporter lomba LCC di gedung aula itu. Sudah ada di depan sana, 10 meja dengan 3 kursi dalam 2 baris. Di hadapannya terdapat 5 meja dan kursi juri, serta di sebelah kanan moderator dan mc,  di sebelah kirinya ada papan tulis besar. Suporter? Tentu saja ada di barisan belakang juri.

"Nah, di babak pertama ini, akan di berikan 10 soal essay. Yang mana akan ditentukan 5 pemenang yang akan masuk ke babak kedua. Soal akan kami tampilkan di layar lcd berikut, dan di jawab dalam waktu 2 menit persoal. Para peserta silakan tentukan notulis pertim".

"Sudah?"

"Sudah".

"Soal pertama".

Dari layar nampak muncul pertanyaan dan juga menit waktu. Para peserta sibuk memikirkan dan mencatat jawaban.

30 menit. Lembar kerja di kumpulkan kepada dewan juri.

"Baiklah, sembari menunggu dewan juri mengoreksi. Boleh dong ta'aruf santri peserta? Boleh ya?. Kita mulai dari pesantren utama. Silakan mas". MC, menyerahkan mic-nya pada seorang santriwan di pojok kanan.

"Assalamualaikum. Nama saya Raihan Aditya, bersama rekan saya Ahmad 'Umar dan Azkri Syahid, dari pesantren utama Al Huda". Katanya menunjuk kedua rekan timnya.

"Ganteng Han". Karin menyenggol lengan Jihan yang duduk di tengah.

"Fokus Rin , nanti kamu yang perkenalan ya". Kata Jihan ikut berbisik.

"Dinda aja Din". Lempar Karin.

"Jihan aja deh".

"Nah, selanjutnya, ada ukhty cantik. Silakan".

Dinda nampak menyenggol lengan Jihan cepat, bersyarat untuk segera tampil.

Jihan pun berdiri dan menerima mic yang di sodorkan oleh MC acara.

"Assalamualaikum, nama saya Jihan Humaira, rekan tim saya Dinda Kusuma dan Karin Fanisyah, dari pesantren Alfalah". Jihan menyerahkan mic-nya dan duduk kembali.

'ooh, Jihan' batin seorang santriwan yang sedari tadi nampak menunggu sekali momen ini. Percaya atau tidak, sebenarnya perkenalan ini tidak ada dalam skrip acara, namun santriwan ini yang mengusulkan pada MC tadi, agar tidak bosan saat menunggu  juri mengoreksi.

*****

Raihan POV

Namanya Jihan. Dia cantik, cerdas pasti karena, nggak sembarang santriwati yang bisa ikut lomba LCC yang super ketat ini. Tadi juga dia dengan serius membisikkan jawaban pada temannya Dinda yang sangat cepat menulis.

Dan ternyata dia dari pesantren cabang Alfalah. Ini sih namanya di dekatkan pada jodoh, kkkk. Semoga saja seperti itu.

"Ngalamunin opo to?" Sahabatku Umar menyenggol lenganku. Iya, kami sedang dalam perjalanan menuju aula, selepas solat dhuhur tadi.

"Ngagetin aja kamu. Lewat depan apa samping?" Tanyaku yang hampir sampai di pertigaan jalan menuju aula.

"Depan aja". Jawabnya. kami berjalan belok ke kanan dan~

Brakkk!

Astaghfirullah, nabrak santriah to.

"Maaf ya mbak saya tidak senga~ja" lihatlah siapa yang aku tabrak tadi. Ia dengan segera mengutip buku yang jatuh, sedangkan temannya mengomel.

"Lain kali kalo jalan liat liat dong, kan jadi jatuh semua buku~nya". Dia terdiam begitu melihatku. Tak berkedip sama sekali.

"Maaf ya. Biar saya bantu". Kataku yang melihatnya mengambil buku terakhir dan berdiri dengan anggunnya.

"Tidak perlu, terima kasih".

"Saya minta maaf".

"Tidak apa". Katanya dengan senyum tipis.

"Kami duluan, assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam". Jawabku mengekornya pergi dengan temannya itu. Cantik sekali dilihat dari dekat. Astaghfirullah, ada apa denganku? Ish.

"Ngalamun!" Denganku pada Umar yang masih mengekor santriah tadi.

"Karin cantik ya Han". Katanya.

Pletak!

"Wes, halunya nanti.". Kataku kemudian melanjutkan berjalan, eh tapi, aku melihat mini diary bersampul merah marun dengan tali pita untuk sekatnya. Milik siapa?

Tertera Jihan Humaira
Melihat buku orang tanpa ijin, dosa
Kalau dosa masuk neraka
Mau? Saya antar pake kereta ekspress

Aku terkekeh geli, 'dia lucu juga' gumamku.

To be continued

Dengan 1000 Nadhom Alfiyah, aku melamarmu (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang