Katanya, harta yang paling berharga adalah keluarga. Sahabat juga.
∆∆ typo bertebaran ∆∆
Author POV
Terhitung 2 Minggu pasca Dinda tau bahwa ustadz Handy melamar sahabatnya, selama itulah Dinda seolah menghindari Jihan. Cemburu? Iya. Dinda pikir Jihan menerima lamaran ustadz tercintanya, Dinda pikir Jihan tidak memberitahunya karena Jihan menerima pinangannya.
Berkali kali Jihan meminta bantuan Karin untuk bisa bicara berdua dengan Dinda. Baik itu selepas kelas selesai, saat di kamar mandi hendak mengantri mandi, selepas hafalan, maupun saat dikamar sedang sepi, hanya mereka bertiga.
Namun seolah marah, Dinda tidak mau menerima alasan apapun untuk dipertemukan berdua dengan Jihan. Hatinya masih sakit atas apa yang dia dengar bukan dari sahabatnya sendiri. Mungkin sebab inilah Dinda juga jarang mengikuti pembahasan materi LCC dengan ustadz Handy.
Dan akhirnya Jihan meminta tolong pada ustadzah Dela untuk masalahnya kali ini. Sebab menurutnya ini sudah terlalu lama.
Sore itu Jihan dan Karin menemui ustadzah Dela selepas mengaji ashar, masih ada waktu sejam sebelum Maghrib, dan mereka memanfaatkannya untuk bertemu ustadzah Dela di serambi masjid.
"Assalamualaikum us" sapa Jihan dan Karin bersamaan. Mereka kemudian menyalami ustadzah Dela yang membawa Quran kecil.
"Duduk ndhuk. Tak nyimpen qurannya dulu sebentar" kata ustadzah Dvela untuk kemudian pergi meletakkan qurannya di lemari masjid.
"Ini mau mbahas apa? Materi LCC udah sama ustadz Handy to?" Kata ustadzah Dela begitu duduk di hadapan Jihan dan Karin.
"Saya mau minta tolong us" tukas Jihan.
"Minta tolong? Kalian ada masalah? Boleh tau ini tentang apa?"
"Jadi begini us, 2 Minggu yang lalu ustadzah Handy meminang saya di ndalem. Lusanya Dinda tiba tiba mendiamkan bahkan menghindari saya sampai sekarang us. Saya sudah meminta tolong Karin untuk membantu saya berbicara dengan Dinda, tapi Dinda selalu menghindar. Sampai sampai saya bingung, gimana caranya bicara sama Dinda". Tutur Jihan dengan mata yang berkaca kaca.
Bukankah jika 3 hari saja tidak bertegur sapa tidak boleh karena sama saja memutus tali silaturahmi. Lalu bagaimana dengan kasus ini?
"Mmm , saya bisa bantu apa Jihan? Mempertemukan kalian dengan ustadz Handy dan Dinda?"
"Apa bisa Us?"
"InsyaaAllah bisa. Nanti saya bilang kan ke ustadz Handy, Karin tolong nanti bilang ke Dinda nggeh."
"Kapan itu us? Sekarang?" Tanya Karin.
"Mmm, Jihan maunya kapan?"
"Lebih cepat lebih baik Us".
"Baiklah. Waktu Maghrib masih lumayan banyak, Jihan tunggu sini dulu, saya panggilkan ustadz Handy, dan Karin tolong panggil Dinda nggeh. Bilang saja disuruh saya".
"Iya Us. Karin pamit duluan ya, assalamualaikum". Karin kemudian beranjak pergi memanggil Dinda.
"Tunggu sebentar ya Han". Kata ustadzah Dela menepuk pelan pundak Jihan kemudian pergi.
Jihan menunggu di serambi mushola seorang diri. Mengamati langit yang mendung dan menggelap karena hampir senja. Ia kemudian menatap awan yang menggantung dengan sendu.
'semoga bisa lekas membaik ya Nda, aku rindu'.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengan 1000 Nadhom Alfiyah, aku melamarmu (Revisi)
Novela JuvenilCerita ini menceritakan tentang kehidupan seorang santriwati yg memiliki keunggulan luar biasa dibanding santriwati lainya. Dia banyak membuat laki-laki dari kalangan pesantren jatuh cinta padanya, karena kecantikan, kecerdasan, serta kesholihahanya...