Di tempat ini, di tempat pertama aku menemukanmu, kembali kudatangi tempat ini, tapi aku sendirian 🎵🎶
Virgoun ft maudy ayunda
∆∆ typo bertebaran ∆∆
Hari Senin pagi. Ustadz Handy, ustadzah Dela dan sisterlillah tengah berada di lobi pesantren utama, pondok pesantren Al Huda.
Pendiri pesantren ini adalah Kyai Haji Saleh almarhum, yakni abah nya Kyai Salim. Dan sekarang di ambil alih oleh putra sulung alias kakak pertama Kyai Salim yakni Kyai Haji Maksum, sedangkan Kyai Salim sendiri mendirikan pondok pesantren cabang dari pesantren utama, yakni pesantren tempat Jihan belajar, pesantren Al falah.
"Oh iya ndhuk. Tadi bawa buku titipan Gus Nur kan?" Tanya ustadzah Dela pada Jihan yang duduk di sebelahnya.
"Nggeh Us. Mau di ambil kah?"
"Iya. Tolong ya. Di mobil ada mas Nashir juga, bilang aja mau ambil buku".
"Karin ikut antar ya Us".
"Boleh ndhuk. Tolong ya".
Setelahnya Jihan dan Karin menuju parkiran yang tidak jauh dari lobi. Menuju mobil milik pesantren.
Dok dok...
"Eh, mbak Jihan. Gimana?" Tanya mas Nashir yang menurunkan kaca jendela mobil.
"Mau ambil buku titipannya Gus Nur mas, di taruh di mana ya?" Tanya Jihan.
"Di bagasi ndhuk. Bentar tak ambilkan." Segera mas Nashir keluar dari mobil, membukakan pintu bagasi dan mencari buku titipan Gus Nur.
"Ini, bukunya. Ini juga punya Jihan to?" Mas nadhir menyerahkan buku bersampul oranye kepada jihan.
"Ooh iya mas" Jihan menerimanya.
"Itu buku apa toh? Kok di tempatnya Gus Nur?" Tanya Karin.
"Buku ini rangkuman pelajaran kelas Aliyah. Kebetulan pengajarnya Gus Nur, jadi beliau minjem buku saya buat ngajar".
"Ooh. Udah kan ndhuk?"
"Udah mas. Syukron, kami pamit, assalamualaikum". Jihan dan Karin pun kembali ke lobi. Ternyata ustadzah Dela dan lainnya tidak ada di sana. Alhasil, Jihan bertanya pada salah seorang Santriah yang lewat.
"Mbak, rombongan yang tadi di lobi kemana ya?"
"Afwan mbak. Ana kurang tau, ooh, mas Raihan!" Panggilnya pada seseorang di belakang Karin dan Jihan, agak jauh.
Yang di panggil sontak menoleh dan mendekat.
"Opo dek?" Tanyanya datar pada Santriwati itu.
"Ini mbaknya nanya, rombongan yang tadi di lobi kemana? Mas Raihan dari tadi disini to? Pasti tau lah?",
"Ooh. Ke madrasah sebelah masjid itu mbak. Katanya mau daftar ulang lomba". Jawabnya menunjuk jauh tujuan dari Jihan dan Karin.
"Syukron mas, kami pamit, assalamualaikum". Jihan menarik tangan Karin yang mematung memandangi santriwan didepannya.
Raihan hanya menggelengkan kepalanya acuh, 'gimana, katanya nanya, berani natap lawan bicaranya walaupun sedikit aja enggak. Malah temennya yang dari tadi hampir mimisan liat aku'. Gumam raihan begitu melihat 2 orang asing itu menjauh.
'Dia cantik dan sopan. Dari pesantren mana ya?'
*****
Sampailah Jihan dan Karin di ruang pendaftaran ulang lomba. Celingukan mencari ustadzah Dela yang ternyata sedang duduk dengan Dinda di teras masjid.
"Ustadzah, di cariin malah disini" Kata Karin merenggut.
"Afwan Rin. Ustadz Handy minta buru buru kesini , tadi udah ditelpon sama Gus Hafidz".
"Suruh buruan balik kan us? Karin bilang juga apa tadi. Harusnya kita langsung kesini aja, nungguin apa coba di lobi, cuman duduk doang. Nggak disuguhi air minum lagi, masih mending kita sabar " Jihan mengikut lengan Karin pelan. Sedangkan ustadzah Dela sudah memandangi Karin dengan tatapan yang tidak suka.
"Lambe mu Rin, nggak ada saringannya." Sahut Dinda yang duduk di dekat ustadzah Dela.
"Oh iya Us, ini titipannya Gus Nur mau di kemanakan?" Tanya Jihan yang masih membawa buku buku titipan.
"Oh, sekalian ke kantornya aja yuk. Saya titipin sama ustadzahnya aja".
"Karin sini aja deh. Capek".
"Siapa juga yang ngajak kamu.", Timpal Jihan.
"Auk lah capek. Geser Din. Hayati lelah".
"Ayuk Han ."
Ustadzah Dela dan Jihan pun menuju kantor pesantren yang ada di sebelah lobi kedatangan.
Alamak, kenapa santriwan tadi justru tampak mengekori mereka dari lantai 2 gedung madrasah di samping masjid itu? Mengaguminya kah? Siapa? Ustadzah Dela? Atau justru, Jihan?
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengan 1000 Nadhom Alfiyah, aku melamarmu (Revisi)
Ficção AdolescenteCerita ini menceritakan tentang kehidupan seorang santriwati yg memiliki keunggulan luar biasa dibanding santriwati lainya. Dia banyak membuat laki-laki dari kalangan pesantren jatuh cinta padanya, karena kecantikan, kecerdasan, serta kesholihahanya...