TIGA PULUH DUA

13K 2.4K 379
                                    

BACALAH INI DULU! INI PENJELASAN PENTING! Di bab Perkenalan, aku sudah menjelaskan bahwa terserah kamu kalau mau menghubung-hubungkan cerita ini dengan ceritaku yang sudah kamu baca: Geek Play Love dan The Danish Boss. Tapi satu yang pasti, saat menulis cerita Sepasang Sepatu Untuk Ava, aku tidak mencocokkan timeline atau setting tempat, atau sebagainya dengan Geek Play Love dan The Danish Boss. Aku mendaur ulang nama-nama tokoh sebab aku susah cari nama tokoh lain.

Mengenai kota tempat tinggal Ava dan Manal, kamu bayangkan dan simpulkan sendiri saja. Aku tidak pernah menyebut kota tempat tinggal tokoh dalam (hampir) semua buku-buku yang kutulis.Bab ini dan beberapa ke depan nanti nanti kugunakan untuk merekam kenangan. Aku menuliskan pengalaman pribadiku di sini--tapi melalui kacamata Ava dan Manal--karena kenangan ini berharga untuku dan orang yang berarti dalam hidupku. Lututku sudah pernah dioperasi, jadi aku nggak bisa mengulang kenangan tersebut. Aku nggak bisa jalan jauh, nggak bisa naik tangga yang banyak. Biarlah lewat cerita ini aku mengulangnya. Ini kan enaknya jadi penulis, aku tidak perlu foto-foto tapi aku bisa menggambarkannya dengan hidup. Semoga kamu juga sama sepertiku, bisa menemukan cara unik untuk merekam kenangan.

Semoga kamu sehat dan bahagia selalu.

Love, Vihara(IG/TikTok/Karyakarsa ikavihara, WhatsApp 0831 5586 1228)

***

Bakar-bakaran ini adalah acara rutin yang diadakan Manal. Yang diundang teman-teman akrab Manal di kantor. Fasa, Pandu, Rian, Arman, dan Alen. Ditambah siapa saja anggota tim Manal pada saat itu. Biasanya Dinar dan Kana juga hadir. Siapa saja yang datang diperbolehkan membawa pasangan. Ava diundang karena menurut Manal, Ava sudah termasuk teman dekatnya. Yang paling dekat.

"Aku nggak tahu kalau Tana juga datang. Dia nggak bilang apa-apa, padahal tadi kami sempat chat. Kalau kamu bilang Tana diundang, aku bisa bareng sama dia berangkat ke sini." Ava tidak menyangka akan mendapati sahabatnya di sini.

"Aku nggak mengundang Tana. Tapi aku nggak keberatan dia di sini."

"Aku juga nggak keberatan. Tapi dia datang sama siapa. Geser kenapa, sih? Jangan dekat-dekat." Ava kembali mengingatkan Manal agar duduk agak jauh darinya.

"Kalau kamu mau dapat banyak uang, kamu bisa ikut taruhan. Mereka semua sedang bertaruh apa aku akan dicampakkan lagi atau berhasil menikah sama kamu," kata Manal tepat saat Arisa dan Kira membawa hasil panggangan Pandu ke meja di depan mereka.

Mulut Ava menganga lebar saking kagetnya. Lucu sekali. Manal sampai ingin mencium Ava saat ini juga. Tidak peduli kalau sedang banyak orang di sini.

"Kalian taruhan?" Ava bertanya kepada semua orang yang kini mengerubuti meja.

"Aku dan Kira bertaruh kamu dan Manal menikah." Arisa menyeringai.

"Aku juga." Tana membentuk tanda victory dengan telunjuk dan jari tengah.

"Aku ikut taruhan." Ava mengeluarkan dompet dari tas. "Berapaan? Aku yakin aku dan Manal nggak akan menikah."

"Hei!" Manal langsung menarik kepala Ava ke arahnya lalu mencium bibir Ava di depan semua orang. Ciuman yang panjang dan dalam. Sampai Ava terengah dan lupa kalau seharusnya dia malu karena ciuman mereka ditonton banyak orang. "Jangan bicara begitu!"

Semua orang tertawa melihat tingkah Manal dan Ava.

"Manal!" tegur Ava tidak suka. "Jangan bikin malu."

"Itu hukuman karena kamu ingkar janji. Kamu bilang kamu mau memberiku kesempatan. Mengatakan kita nggak akan menikah itu sama dengan menutup kesempatan untuk kita berdua." Manal duduk kembali di kursinya.

"Kapan aku ngomong begitu?" Seingat Ava, Ava tidak pernah berjanji akan memberi Manal kesempatan.

"Dulu." Manal menjawab sekenanya.

Sepasang Sepatu Untuk AvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang