Halo. Sebelum kamu menikmati perjalanan cinta Ava dan Manal lagi, aku ingin meminta tolong agar kamu mendukung novel-novelku dengan cara:
1. Membacanya di apk iPusnas, gratis dan legal. Kamu membacanya gratis tapi aku tetap mendapatkan royalti atas cerita yang kamu baca.
2. Membacanya di apk Gramedia Digital. Hanya dengan membeli Fiction Premium Package Rp 34.300,- kamu sudah bisa baca semua bukuku di sana dan ribuan judul lain.
3. Mendapatkannya di toko buku di seluruh Indonesia. Atau di Shopee/Tokped ikavihara
4. Membeli di Google Playbooks
Menulis cerita perlu biaya dan aku menutupi biayanya dari buku-buku yang sudah terbit--kalau ada yang beli/baca kalau di iPusnas. Supaya aku bisa menulis cerita lagi seperti Ava ini yang bisa dibaca di sini. Terima kasih.
Love, Ika Vihara(IG/TikTok/Karyakarsa ikavihara, WhatsApp 083155861228)
###
Pukul tiga sore Ava baru tiba di rumah. Setelah mampir ke rumah Hari di Wonokitri, Ava dan Manal berlama-lama duduk makan rawon. Perjalanan pulang semakin lama karena Ava berkali-kali minta berhenti. Untuk ke toilet gara-gara kebanyakan minum es teh manis. Saat Ava menutup pintu depan, setelah Manal menciumnya dua kali tadi di teras rumah, suara Tana terdengar dari dapur.
"Mbak Ava!" Addie berlari menyambut Ava saat Ava masuk ke dapur.
"Baju Mbak kotor, Sayang." Ava tertawa dan menjauhkan tubuh Addie. Antusiasme Addie ... Ava menggelengkan kepala, seperti mereka baru bertemu setelah sepuluh tahun berpisah. Bukan semalam saja.
Ava mendekati kursi Linda dan mencium pipi ibu tirinya.
"Gimana jalan-jalannya, Sayang?" tanya Linda.
"Bikin capek, Ma."
"Hai." Tana yang duduk menghadap meja dapur sambil mengunyah pisang goreng melambaikan tangan sambil menyeringai.
Ava mengirim WhatsApp kepada Tana tadi, meminta Tana menginap di rumah Ava malam ini. Karena Ava sudah tidak sabar ingin menceritakan semua detail perjalannya bersama Manal kepada sahabatnya.
"Nggak hujan?" tanya Linda lagi saat Ava duduk di sampingnya.
"Nggak hujan. Musim kemarau ini. Cuma pegel semua badanku." Pantat Ava kebas setelah duduk lama di motor.
"Awww, masa jalan-jalan sama yayang capek." Tana mengolok Ava.
"Apaan sih, Tan? Aku mandi dulu. Jangan ngobrol aneh-aneh sama Mama." Setelah minum air dingin, Ava berjalan ke kamar.
"Mandi? Lebih penting cerita dulu." Tana ikut masuk ke kamar Ava dan melemparkan diri ke tempat tidur. Perlengkapan menginap milik Tana sudah ada di lantai kamar.
Ava melepas jaket dan melempar ke keranjang cucian. Tadi Ava sempat protes kepada Manal, yang memaksa Ava mengenakan jaket berkendara. Sebab jaket itu—jaket pemberian Manal—membuat gerah. Sedangkan Ava benci sekali berkeringat. Meskipun angin di jalan cukup kencang, tapi tetap tidak bisa menyejukkan tubuh Ava. Dengan tegas Manal menjawab lebih baik sedikit berkeringat, daripada pakai jaket yang tidak tepat, tapi menaggung risiko banjir darah kalau terjadi apa-apa di jalan.
Sambil mengganti baju yang berat karena pasir dan debu, dengan pakaian rumahan, Ava menceritakan semua yang dikatakan Manal kepadanya. Sama persis.
"Bikin iri deh. Romantis banget...." Tana mendesah.
Ava memutar bola mata. Demi Tuhan, anak ini sudah punya pacar. Kenapa masih iri saja. "Ajak Fasa buat jalan-jalan sana."
"Paling nggak, Manal ada usaha buat milih lokasi yang istimewa untuk menyatakan cintanya kepadamu. Nggak seperti Fasa. Di halaman belakang rumah Manal dia memintaku jadi pacarnya. Bayangin ya, kalau aku pre-wedding terus mau foto di tempat kenangan kami berdua. Masa iya aku nyewa halaman rumah Manal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sepatu Untuk Ava
RomanceDari penulis The Dance of Love dan Right Time To Fall In Love: Pemenang Penghargaan The Wattys 2021 kategori Romance *** "Sepatu yang kuberikan tadi, aku tidak ingin kamu memakainya. Pakai kalau kamu sudah siap untuk melangkah ke dalam hidupku. Siap...