TIGA PULUH EMPAT

11.6K 2.1K 143
                                    

Halo, semua. Mulai hari ini aku akan update cerita Ava setiap hari Jumat saja. Sebab hari Selasa aku mau pakai upload cerita baru. Semoga nanti kamu baca juga ya cerita baruku. Tetap dukung Ava dan Manal.

Love, Vihara(IG/TikTok/Karyakarsa ikavihara, WhatsApp 083155861228)

***

"Bawa saja motornya ke atas." Hari menyarankan. "Nggak perlu bayar Hardtop juga."

"Aku mau menikmati pemandangan bersama Ava, bukan stres nyetir. Ini rezekimu juga." Manal tertawa sambil menyerahkan uang kepada temannya.

Hari menolak. "Anggap saja hadiah perkenalan untuk Ava."

"Hmmm ... Kalau kamu tidak mau terima, nanti pas teman-temanku ke sini lagi, jangan harap aku akan meneleponmu." Manal mengancam dan memaksa Hari menerima uangnya.

"Hop in, Sweets." Manal membantu Ava naik ke Hardtop lewat pintu belakang sebelum menyusul naik dan menutup pintunya.

Angin yang berembus agak kencang dini hari ini membuat Ava menggigil.

"Dingin?" Manal menggenggam kedua tangan Ava dan memasukkan ke saku jaket.

Selama perjalanan, Manal membahas perbedaan harga tiket yang terlalu mencolok antara wisatawan domestik dan wisatawan manca negara. Bagimana mungkin wisatawan domestik membayar tidak sampai tiga puluh ribu rupiah, sementara wisatawan manca negara membayar hampir tiga ratus ribu rupiah. Pengemudi Hardtop berpendapat mungkin itu termasuk biaya izin membawa kamera-kamera besar, yang hasil rekaman atau tangkapan gambarnya bisa dikomersialkan.

***

Ava terengah saat meniti anak tangga menuju puncak Penanjakan. Pukul tiga pagi sekarang. Tempat ini gelap sekali. Tidak ada lampu sama sekali. Satu-satunya cahaya adalah dari senter di kepala Manal. Manal menggandeng tangan kanan Ava sambil bersumpah akan mengajak Ava jogging seminggu sekali. Menurutnya Ava tidak biasa bergerak jadi mudah lelah. Ketika kakinya sudah menginjak lantai teratas Penanjakan, Ava langsung menjatuhkan pantat, mengambil air minum dan membasahi kerongkongannya.

"Dasar lemah." Manal mengejek Ava.

"Sudah tahu aku lemah, kenapa kamu ngajak aku ke sini?" balas Ava dengan ketus. "Aku nggak suka jalan jauh."

"Wow!" Tetapi ketika menengadahkan kepala, Ava mendapati hamparan hitam langit malam dan taburan bintang di atas sana. Sangat indah sekali sampai Ava tidak bisa menggambarkannya. Tidak bisa berkata-kata. Langit tampak rendah. Tepat di atas kepala. Seolah Ava hanya perlu mengulurkan tangan untuk menyentuh permadani indah tersebut dan memetik satu bintang. Sungguh luar biasa ciptaan Tuhan. Tidak akan mungkin semua ini bisa ditemuinya di langit di kota.

Ava berdiri, demi bisa melihat langit dengan lebih baik. Tiba-tiba semua keluhannya saat menaiki tangga tadi terasa tidak masuk akal. Seharusnya Ava tahu, untuk bisa menikmati keindahan ini, maka dia harus melalui perjuangan terlebih dahulu.

"Terima kasih karena kamu sudah mengajakku ke sini." Ava berdiri dekat dengan pagar, yang membatasi tempat Ava berdiri dengan jurang di bawah sana, meghadap timur. Sebentar lagi satu keindahan akan terjadi dan Ava tidak ingin melewatkannya. Matahari terbit yang ditunggu oleh banyak orang di sini.

"Aku sudah bilang kamu akan menyukainya," kata Manal, penuh percaya diri. Manal memeluk Ava dari belakang. Kenapa Manal begitu yakin Ava akan menyukai semua pemandangan di sini? Karena setiap orang suka diajak stargazing. Stars are constant source of fascination and beauty. Terutama satu bintang yang ada di pelukan Manal ini.

Semestinya Ava melepaskan diri dari pelukan Manal. Tetapi kali ini Ava tidak ingin melakukannya. Sebab pelukan Manal menghangatkan, menenangkan dan menyenangkan. Ava menyandarkan punggung dan kepala di dada Manal. Hati Ava sibuk menimbang apakah ini saat yang tepat untuk meruntuhkan tembok yang membatasi dirinya dengan cinta. Cinta dari Manal. Apakah ini waktu yang tepat untuk memberi kesempatan bagi hatinya yang sudah tidak berbentuk, untuk berani kembali merasakan indahnya dicintai lagi. Ava menghela napas. Biarlah waktu yang menentukan nanti, Ava tidak ingin membuat keputusan sekarang.

Sepasang Sepatu Untuk AvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang