EMPAT PULUH SATU

12.2K 2.3K 144
                                    

Helo, kalau aku absen upload, berarti aku sakit atau ada keperluan lain yang nggak bisa kutinggalkan :-) Jangan lupa tinggalkan komentar untukku yaa....

Love, Vihara(IG/TikTok/Karyakarsa ikavihara, Whatsapp 083155861228)

***


Setelah hilang rasa terkejutnya, Manal bergegas menyusul Ava keluar. Namun Ava sudah telanjur masuk ke dalam taksi, yang langsung meluncur cepat membelah jalanan. Jalan utama yang biasanya dikeluhkan macet setiap jam makan malam—karena banyaknya deretan rumah makan—ternyata tidak bisa menahan laju taksi yang ditumpangi Ava. Tanpa masuk kembali untuk pamit kepada orangtuanya, Manal langsung memacu Sheila ke rumah Ava.

"Ava belum pulang. Bukankah Ava makan malam bersama keluargamu?" Linda, yang membuka pintu, menyuruh Manal duduk di kursi rotan putih di teras, bertanya dengan dahi berkerut.

"Betul, Tante. Hanya saja Ava tiba-tiba lari keluar setelah mengenalkan ayahnya kepada kami." Dengan ringkas Manal menceritakan kehadiran ayah Ava di sana.

"Ayahnya?"

"Tadi ayah Ava ada di restoran yang sama."

"Laki-laki itu benar-benar," gumam Linda sambil menggelengkan kepala. "Apa ayah Ava datang sendiri?"

Manal diam tidak menjawab. Baru beberapa waktu yang lalu Ava memberi tahu Manal bahwa perceraian kedua orangtuanya sudah terjadi, apakah sekarang Manal harus membawa berita buruk kepada seorang wanita yang sedang melewati salah satu masa tersulit dalam hidupnya, pascabercerai? Bahwa mantan suaminya sudah punya teman kencan baru? Oh, God, Manal tidak akan tega melakukannya.

"Maafkan sikap Ava, Manal. Hubungan Ava dan ayahnya ... belakangan sedang tidak baik. Tante sudah memberi Ava pengertian, supaya sedikit melunak menghadapi ayahnya ... tapi itu sulit, karena ayah Ava juga tidak berusaha ... supaya dihormati anak-anaknya. Kemunculan ayahnya secara tiba-tiba, yang sudah lama tidak dia temui, mungkin mengagetkan. Jadi Ava bersikap seperti itu. Sampaikan juga permintaan maaf kami kepada orangtuamu.

"Ava senang sekali diundang ke acara ulang tahun ibumu. Sejak tadi malam dia sibuk mengemas kado dan memilih baju apa yang akan dipakai. Ada banyak perubahan dalam diri Ava semenjak dekat denganmu. Ava sedang memerlukan banyak cinta, dan selain dari kami di sini, Ava mendapatkannya darimu dan orangtuamu.

"Beberapa waktu lalu Ava dekat dengan teman laki-laki, tapi keluarga laki-laki itu tidak bersikap baik kepada Ava. Jadi Ava sangat menghargai penerimaan keluargamu. Tante tahu karena Ava bercerita. Tante berani menjamin Ava ... meninggalkan makan malam kalian bukan karena tidak menghormati orangtuamu, Manal. Tapi karena Ava tidak ingin terlihat bersama ayahnya. Tante akan menelepon Tana. Mungkin Ava di sana."

"Biar saya saja, Tante." Manal mengeluarkan ponsel dari saku celana dan langsung mencari nomor telepon Tana. Betul. Selain keluarganya, Ava sangat memercayai Tana. Besar kemungkinan Ava sedang bersama Tana saat ini.

"Tante lihat HP dulu di dalam, siapa tahu Ava mengabari." Linda masuk ke rumah.

Setelah mengangguk kepada ibu Ava, Manal mengetuk-ngetukkan jari di atas lututnya. Tidak sabar menunggu Tana menjawab panggilannya. Manal harus mengulang tiga kali sebelum terdengar sahutan di seberang sana.

"Halo?"

"Ava di situ, Tan?" Manal langsung bertanya.

"Iya. Tapi kurasa kamu jangan ke sini. Ava ... dia perlu waktu untuk sendiri."

"Aku nggak bertengkar sama Ava, Tana. Ava nggak perlu menghindariku. Aku hanya ingin melihatnya dan memastikan dia baik-baik saja." Manal ingin menjadi orang yang bisa menawarkan rasa aman kepada Ava. Apa pun yang dirasakan Ava—takut, cemas, bahagia, dan sebagainya—Manal ingin Ava mendatanginya. Bukan mendatangi Tana.

Sepasang Sepatu Untuk AvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang