Bab 16

231 4 0
                                    

Hari ini tidak ada mata kuliah. Sarah sudah di kantor sejak pagi, ia membuka beberapa kertas milik designer yang berisi lukisan-lukisan baju yang amat cantik. Jika melihat gambar-gambar seperti ini, ia jadi teringat pada Once, gadis itu juga suka menggambar seperti ini.

Sarah membuka-buka kembali buku itu. Terbayang di benaknya, mengapa Once tidak menjadi designer saja? Sarah ingat betul saat masa kuliah dulu, Once membuatkannya baju yang sangat cantik, karena budget yang tidak memungkinkan untuk membeli baju yang mewah, akhirnya Once memutuskan untuk membuatnya sendiri, sebagai kado ulang tahun Sarah. Mereka memang salah mengambil jurusan kuliah, tapi Jurusan Hubungan internasional bisa membuat keduanya tertarik, entah dari segi mana.

Gadis itu juga tidak bekerja apa-apa. Hanya di rumah membantu Tante Uni. Sarah sepertinya memiliki ide yang bagus, ia akan mengatakan itu pada Marvel, agar dia bisa mengembangkan bakat terpendam dari seorang Once. Once memang anaknya tidak ingin diulik, padahal dirinya memiliki banyak bakat, dalam seni lukis, memadukan warna yang bagus, dari itu pakaian-pakaian yang ia pakai tidak pernah bertabrakan warna, simple tapi enak dilihat.

Sarah banyak tau tentang perusahaan ini dari designer itu. Dia sudah bekerja sama dengan perusahaan ini hampir lima tahun. Sarah juga jadi tau tentang Marvel, ternyata Marvel salah satu pegawai yang sangat dihormati di sini, ia adalah satu-satunya orang yang dipercaya oleh Pak Andre.

Sarah jadi tahu, kenapa ia bisa masuk ke perusahaan dengan pegawai yang berpendidikan tinggi ini dengan sangat mudah tanpa kendala sedikitpun, walaupun dirinya hanya lulusan D3 yang sekarang sedang menempuh pendidikan S1. Tanpa interview, tanpa seleksi, tanpa apapun, Sarah bisa masuk ke sini jalur cepat.

Sarah selalu insecure saat ditanya lulusan apa, Sarah selalu menjawab jika dirinya lulusan S1 dan sekarang sedang kuliah S2. Karena, itu suruhan Marvel, guna mencegah adanya kesirikan pegawai lain. Marvel takut pegawai-pegawai lain iri pada Sarah karena hanya lulusan D3 bisa masuk ke perusahaan ini, sedangkan mereka harus menyelesaikan dulu kuliah minimal S1 baru bisa bekerja.

"Mbak, Pak Bayu mau ke sini," kata seseorang yang baru saja datang. Ia memberitahu designer yang saat ini sedang berbincang seru dengan Sarah.

Designer itu berdiri dan pergi keluar meninggalkan Sarah, baru saja Sarah akan bertanya kenapa, Designer itu sudah angkat kaki dengan cepat. Ada apa dengan dengan Pak Bayu? Penyakit kepo Sarah kumat sekarang, rasa ingin tahunya tentang Pak Bayu muncul seketika. Tanpa basa-basi lagi, Sarah berdiri dan akan pura-pura melintas untuk sedikit menguping pembicaraan Pak Bayu dan Mbak Designer itu.

Saat sampai di pintu, ia langsung melihat Mbak Designer yang tengah berbicara dengan seseorang di dekat tangga. Laki-laki berjas hitam, dan tinggi, Sarah duga laki-laki itu adalah Pak Bayu. Laki-laki itu membelakangi Sarah sehingga menyulitkan Sarah untuk melihat wajahnya.

Berkali-kali Sarah berdecak karena laki-laki itu terus menghadap membelakanginya. Seperkian detik, akhirnya Sarah menemukan ide untuk melihat wajahnya tanpa harus sembunyi-sembunyi. Sarah memang takut untuk bertemu Bos di sini, ia takut ditanya-tanya tentang pendidikan, tapi ia tidak bisa menahan untuk melihat laki-laki bernama Pak Bayu itu.

Sarah dengan segera masuk ke dalam untuk mengambil lembaran kertas berisi gambar milik Mbak Designer itu. Ia berniat untuk bertanya hal yang tidak penting sekarang. Hanya untuk melihat Pak Bayu, setelah itu ia akan pergi dan tidak akan bertanya lagi.

Setelah memegang kertas itu, Sarah segera beranjak menemui mereka. Sebelum melangkah lebih dekat, Sarah menatap keduanya terlebih dahulu lekat di ambang pintu. Sudah siap, Sarah langsung berlari mendekati mereka.

Karena sasaran utamanya adalah melihat Pak Bayu jadi Sarah langsung menatapnya, baru bertanya pada Mbak Designer. Pandangan keduanya menyatu, Sarah ingat-ingat tidak dengan Pak Bayu begitupun Pak Bayu. Sepertinya mereka pernah bertemu tapi di mana? Pak Bayu dan Sarah sama-sama mengerutkan kening mereka, seakan sedang meningkat sesuatu.

"Sarah?"

Sarah langsung membalikan badannya dan melihat Mbak Designer yang memanggilnya. Ah, ia baru ingat jika alasannya kemari adalah untuk menanyakan sesuatu pada Mbak Designer. Sarah langsung menjelaskan di mana letak yang akan ia tanyakan pada Mbak Designer, saat Mbak Designer menjelaskan, pikiran Sarah malah terfokus pada laki-laki di sampingnya yang tak lain adalah Pak Bayu. Sarah juga risih dengan tatapan Pak Bayu yang terus menerus menatapnya. Aish! Mengapa seperti ini?

"Paham?" Sarah langsung terfokus kembali pada Mbak Designer, yang sudah menjelaskan panjang lebar.

Sarah mengangguk sebagai jawaban bahwa dirinya sudah paham, walaupun tidak sedikitpun ia mendengarkan penjelasan itu. Tidak penting juga. Setelahnya Sarah langsung berpamitan, ia segera berjalan meninggalkan keduanya. Tapi, Sarah tahu betul jika Pak Bayu masih memperhatikan dirinya.

"Pak."

Langkah Sarah terhenti saat Mbak Designer memanggil Pak Bayu. Kepo nya sekarang menambah, apa yang sedang dibicarakan oleh Mbak Designer dan Pak Bayu? Itulah pertanyaan yang bersarang di kepala Sarah saat ini.

"Saya mohon maaf, tapi saya harus benar-benar resign dari sini. Saya meminta resign karena murni keputusan saya, saya akan memulai hidup baru setelah menikah, dan calon suami saya tidak mengizinkan saya untuk bekerja setelah menikah nanti," kata Mbak Designer yang masih bisa terdengar jelas oleh Sarah.

Pak Bayu menghela nafas pendek. "Itu keputusan kamu, saya tidak bisa berkata apapun lagi, silahkan lakukan apa yang menurut kamu baik."

Sarah yang sudah sangat lancang menguping itu, segera berlari menjauh dari mereka, takutnya disangka tidak sopan, ya walaupun iya.

Setelah mengatakan itu Pak Bayu berjalan menjauh dari Mbak Designer, begitupun dengan Mbak Designer yang berjalan mendekati ruangan.

Melihat Mbak Designer yang masuk, Sarah langsung duduk membuka-buka lembaran berisi gambar milik Mbak Designer. Sarah menatap kedatangannya sampai duduk di dekatnya.

"Mbak maap, tadi Sarah gak sengaja denger sedikit pembicaraan Mbak sama Pak Bayu," ucap Sarah pelan. Mbak Designer terlihat mengerutkan keningnya. "Mbak mau resign, dari kantor ini?" tanyanya.

Mbak Designer terlihat tersenyum. "Iya Sarah," jawabnya singkat.

Sarah mengerutkan bibirnya. "Sarah baru aja masuk, Mbak udah keluar."

"Memangnya kenapa, Sarah? Gak ada hubungannya kok sama kamu. Mbak resign dari sini karena Mbak mau menikah Minggu depan, calon suami Mbak gak ngizinin Mbak lagi buat kerja. Jadi, Mbak harus resign dari sini, walaupun itu berat juga, soalnya Pak Andre baik banget, dia gak pelit soal gaji, bisa dibilang dia juga orangnya royal. Pantes aja sih, syarat utama buat masuk ke kantor ini itu harus minimal lulusan S1. Dia pernah bilang, kalau dia mau menghargai gelar S1 itu dengan nilai yang sangat tinggi."

Sarah terpesona dengan Pak Andre hanya dengan penjelasan singkat dari Mbak Designer ini. Ia hampir saja lupa, ia akan menanyakan sesuatu ini pada Mbak Designer. Jangan sampai lupa, jika lupa ia tidak akan tahu jawaban dari pertanyaannya ini. Hanya mbak Designer lah yang bisa menjawabnya, Sarah sudah percaya pada Mbak Designer ini. Ia yakin jika Mbak Designer tidak akan membicarakan hal ini pada orang lain.

Pilihan Omah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang