Bab 27

131 3 0
                                    

Kini Sarah sudah sampai di depan pintu ruang kerja Marvel. Baru saja akan ia ketuk, suara dari dalam menghentikan pergerakannya. Sepertinya Marvel sedang menelepon seseorang orang. Oh Tuhan, Sarah ingin tahu sedikit, boleh? Baiklah, ia akan mendengarkan sedikit pembicaraan mereka.

"Iya Bapak Bayu Andrean, astaga. Gue bakal jaga Sarah kayak adik gue sendiri. Saking cintanya lo sama dia sampe segininya. Mangkanya langsung bilang, jangan dipendem mulu!"

Deg! Sarah mengerjap 'kan matanya berkali-kali. Apa yang dikatakan oleh Marvel tadi? Bayu Andrean? Jadi, Pak Bayu menyukainya? Astaga, apakah ia tidak salah mendengar? Semoga saja tidak. Sarah membuka lagi lebar-lebar kupingnya untuk mendengarkan obrolan mereka lebih lanjut. Tapi, sepertinya mereka sudah mengakhiri obrolannya. Ish! Tak suka!

Sarah mengubur niatnya untuk menemui Marvel sekarang. Sepertinya pembahasan tentang apa yang ia dengar tadi lebih menyenangkan. Lagipula ia sudah yakin pasti Marvel akan menerima Once, Marvel tidak punya pilihan lagi, ia harus menemukan designer besok. Sedangkan mencari designer dengan lulusan S1 itu tidak mudah.

Sarah beranjak dari tempatnya berdiri sekarang. Tapi, baru beberapa langkah, suara Marvel menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badan dan melihat ke arah Marvel. Marvel bertanya untuk apa Sarah datang ke sana. Merasa tidak kurang sopan jika menjawab dengan jarak jauh, Sarah berjalan mendekati Marvel.

"Gapapa kok, Kak. Sarah cuma mau memastikan kalau Kakak nerima Once di kantor," ucap Sarah. Semoga saja iya!

Tapi? Marvel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mirip seperti orang-orang yang sedang kebingungan. Apa yang sedang Marvel pikirkan, sebenarnya?

"Saya bingung, Sarah." Satu kalimat yang keluar dari mulut Marvel, menggambarkan dengan tingkahnya.

"B-bingung? Why?" tanya Sarah, kalau seperti ini Sarah juga jadi ikut bingung.

Marvel menghela nafas panjang. Mencoba menenangkan diri sebelum mengatakan apa isi kepalanya kepada Sarah.

"Once bukan lulusan S1, dan kamu 'kan tahu kriteria pertama kantor kita adalah lulusan S1. Terus bagaimana?"

"Kakak gak usah bingung. Aku juga bukan lulusan S1, kakak tahu itu 'kan? Tapi, aku bisa bekerja di sana."

"Itu beda Sarah."

"Di mana letak perbedaannya, kak? Aku dan Once benar-benar memiliki takdir yang sama," kata Sarah.

"Saya tidak bisa menyembunyikan dua identitas sekaligus. Saya juga tidak tahu apa yang akan terjadi jika suatu saat nanti, identitas kamu diketahui oleh Pak Andre."

"Kakak jangan khawatir, Pak Bayu pasti bakal nerima Once, walaupun dia bukan lulusan S1. Karena, waktu itu dia pernah bilang sama aku, kalau dia bakal nerima semua pendidikan. Asalkan karyawan itu mau melanjutkan pendidikannya sampai S1. Dan yang aku juga Once lakukan itu adalah syarat dari Pak Bayu, 'kan?"

Marvel mengerutkan keningnya bingung. Apakah benar Bayu mengatakan itu pada Sarah? Siapa yang menyuruhnya mengatakan itu? Sejak kapan dia memiliki syarat untuk karyawan yang belum lulus S1? Dia akan menanyakan hal itu besok pada Bayu.

"Kak, percaya deh Pak Bayu pasti bakal nerima Once. Daripada kakak harus cari designer lain?"

"Kalau Bayu tidak nerima? Eh, maksud saya Pak Bayu," ucap Marvel. Tidak sopan sekali ia menyebut nama atasannya di depan Sarah? Walaupun Bayu adalah temannya, tapi tetap saja di mata Sarah, Bayu adalah atasan Marvel, yang harus dihormati.

"Aku yang bakal bilang sama dia. Dengan hasil yang sangat bagus itu, Pak Bayu gak akan bisa nolak, Kak. Aku bakal nunjukin hasil baju buatan Once sama Pak Bayu," ujar Sarah.

Pilihan Omah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang