Bab 35

107 3 0
                                    

Andre menggeleng kuat. Ia tidak mampu mendengar itu, dia tidak salah. Andre lah yang salah.

"Aku yang salah, iya?" tanya ulang Clarissa.

Andre menggeleng lagi dan lagi. Ia belum mampu mengucapkan sepatah katapun.

"Aku yang salah, Ndre? Jawab, aku yang salah, 'kan?" tanya Clarissa, dengan nada yang lebih tinggi.

"Tidak, Cla. Kenapa kamu keras kepala? Saya bilang saya yang salah, kenapa kamu terus mengatakan kamu yang salah? Perlu berapa kali saya ulang, kalau di sini saya yang salah!" jawab Andre cepat.

Clarissa semakin menangis histeris. "Aku yang datang dan buat kamu nyaman. Seharusnya aku gak perlu hadir di hidup kamu. Seandainya, aku gak pernah datang, pasti kamu gak akan pernah mengecewakan Omah Rani." Dengan nada yang tersengal-sengal, Clarissa dengan berani menatap Andre lekat. "Di sini aku salah, Ndre. Aku salah!"

Andre memegangi kedua tangan Clarissa. "Nggak, Cla. Ini murni kesalahan saya, harusnya saya tidak terpikat dengan kamu, atau seharusnya saya jujur dari dulu pada kamu, saya yang salah. Kamu gadis baik," ucap Andre.

"Aku yang salah, mangkanya aku yang dihukum. Kamu ninggalin luka di hati aku, aku udah merasa dihukum atas perbuatan aku sendiri. Aku perempuan paling bodoh, karena terlalu percaya sama kamu."

Andre menghela nafas kasar. Gadis ini memang sangat keras kepala. Mengapa dia malah menyalahkan dirinya sendiri sekarang?

"Temuin aku sama calon tunangan kamu. Aku mau minta maaf sama dia atas keteledoran aku ini. Aku mohon!"

Andre menggeleng cepat, ia menolak keras permintaan Clarissa. Mana bisa ia menemukan Clarissa dengan Sarah. Takut-takut nanti Clarissa malah bertengkar dengan Sarah.

"Why? Kenapa, Andre? Aku pengin banget ketemu sama dia! Tolong temuin aku sama calon tunangan kamu, please!"

Andre terus menggeleng tidak mau. Andre masih dalam pendiriannya, yang tidak mau mempertemukan Sarah dengan Clarissa. Sebaik-baiknya seorang wanita pasti akan marah saat dirinya merasa dipermainkan. Sama seperti yang terjadi dengan Clarissa saat ini, perasaannya sudah dipermainkan oleh Andre, dan Andre yakin Clarissa pasti akan melakukan sesuatu pada Sarah, dan Andre tidak ingin itu terjadi.

"Saya bakal sampaikan permintaan maaf kamu ke dia," kata Andre.

"Apakah itu sopan, Andre? Apakah meminta maaf melalui seseorang atas kesalahannya sendiri, itu sopan?"

Andre menggeleng, memang tidak sopan. Tapi, ini demi kebaikan bersama juga.

"Gak usah ya, Cla. Saya belum menceritakan ini pada calon tunangan saya dan Omah Rani. Saya takut jika tiba-tiba kamu datang dan meminta maaf, mereka akan bingung dan merusak semuanya. Jika waktunya sudah tepat, akan saya pertemukan kalian," ucap Andre, memberikan saran.

"Oke!" Cla berdiri dari duduknya. "Segera kabari aku jika waktu itu sudah datang. Selamat menjalani hidup baru, Andre."

"Kamu juga. Saya yakin, kamu pasti akan menemukan sosok laki-laki yang lebih baik dari saya."

Cal mengangguk-angukan kepalanya. "Ya. Terima kasih sudah pernah singgah!"

"Sebaliknya juga."

"Aku permisi!" Clarissa langsung melangkahkan kakinya keluar dari sana. Air matanya sempat jatuh sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat tersebut.

Andre menatap kepergian Clarissa sendu. Apakah tadi dirinya terlalu keras? Terlalu egois, atau terlalu munafik? Semoga semua ucapannya sampai ke hati Clarissa, sehingga Clarissa bisa melepaskannya dengan lapang dada.

Andre harus cepat kembali, ia memiliki banyak pekerjaan sekarang. Urusan dengan Clarissa sudah selesai, semoga saja Clarissa tidak menghantui Bayu lagi. Andre mengambil tas kantor miliknya, lalu keluar dari sana.

••••••

Once membulatkan matanya mendengar ucapan dari Sarah. Once kira Sarah tidak mendapatkan hukuman, ternyata iya, dia tidak mendapatkan hukuman di kampus, tapi mendapatkan hukuman di kantor nanti. Malang sekali anak ini.

Sarah terus menghela nafas kasar. Bagaimana ya, apakah dia masih ingin melanjutkan untuk mencintai Pak Bayu? Ingin rasanya menyudahi saja, tapi hatinya terus memberontak agar terus mencintai. Ish! Ketidak seimbangan yang haqiqi sekali.

"Terus jadinya gimana nih, lo?" tanya Once. Sarah berdecak, mendengar pertanyaan itu. Sudah jelas Sarah tidak tahu bagaimana tapi dia terus bertanya seperti itu. Apakah tidak ada pertanyaan lain?

"Gini aja deh, Sar. Gimana kalau lo cuti aja? Lo bisa izin ke Kak Marvel kalau lo gak bisa datang ke kantor hari ini. Ya 'kan?"

Sarah langsung menggeleng tak setuju. "Lo gila apa gak waras? Ketauan banget kalau gue menghindar dari hukuman, ege!" tegas Sarah.

"Ish! Ya gapapalah, Sar. Daripada lo dapet hukuman dari Pak Bayu? Hari ini doang lo minta cuti."

"Kalau gue milih lari. Mungkin hari ini akan selamat, gimana dengan hari-hari ke depan? Lo bisa jamin, kalau Pak Bayu bisa melupakan apa yang terjadi hari ini?" tekan Sarah.

Once menghela nafas pendek. Benar juga, jika lari dari kenyataan, mungkin hari ini akan berhasil, tapi untuk hari-hari besok? Pasti Pak Bayu tidak melupakan itu dan akan menanyakannya lain waktu.

"Ish! Lagian, ngapain lo berdiri di depan kelas tadi? Udah tahu Pak Bayu bakal dateng jam delapan, eh lo malah berdiri kek nungguin tukang gorengan!"

Sarah memutar bola matanya malas. Once tidak akan mengerti maksud darinya, ish! Lagian mengapa ia harus berkhayal akan berakhir bahagia sih? Harusnya dia memang tidak melakukan hal paling memalukan tadi, itu akan menjadi yang terakhir. Tidak boleh terulang lagi, cukup sekali seumur hidup. Ya! Sekali seumur hidup, jangan lebih.

"Woi, Boneng! Gua nanya, lu malah diem kek kagak dikasih makan empat abad lu!" Once memukul lengan Sarah pelan, saat pertanyaannya tidak direspon oleh Sarah.

"Ish, Once. Mati dong gue gak dikasih makan empat abad," ucap Sarah.

"Ya kagak bakal matilah. Orang lu kagak dikasih makan racun."

Sarah tertawa garing mendengar lawakan Once yang sangat-sangat tidak lucu itu. "Lu kira gue bakal hidup selama itu? Ngarang lu berlebihan!"

"Ya gapapa, kali! Namanya juga fiksi," bela Once.

Sarah mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu siang. Jam satu ia harus  pergi ke kantor, tapi mengapa rasanya malas sekali? Ish! Ini semua gara-gara Pak Bayu, yang akan memberikannya hukuman. Penasaran juga sih, sebenarnya hukuman apa yang akan diberikan oleh dosen plus Bos itu?

Apakah Pak Bayu tidak kasihan padanya? Ia harus kuliah yang membuang banyak tenaga dan pikiran, lalu dilanjutkan dengan bekerja, dan sekarang akan mendapatkan hukuman? Oh ayolah, Pak Bayu. Sarah yakin dia pria yang sangat baik dan tidak akan setega itu pada Sarah.

"Udah jam setengah satu. Tante Uni pasti udah mau pergi. Yuklah kita keluar, lo mau ke kantor, 'kan?"

Sarah mengangguk lemah. Bagaimana ini? Apakah dia mengikuti saran Once saja, agar tidak masuk kerja sekarang? Tapi, itu sama saja menabung hukuman. Baiklah, ia akan pergi ke kantor dan menerima hukuman apapun dari Pak Bayu.

Once menghabiskan minumannya. Lalu berdiri, diikuti oleh Sarah yang mau tidak mau pergi ini.

Pilihan Omah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang