Bab 17

218 3 0
                                    

"Mbak, Pak Bayu atau Pak Andre?" tanya Sarah, pertanyaan itu sudah bersarang hampir jamuran di benaknya.

Mendengar pertanyaan Sarah, Mbak Designer malah tertawa seakan ada yang lucu dari pertanyaan tersebut. Sarah mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Pak Bayu sama Pak Andre itu sama. Satu nama beda orang," jawabnya masih dengan sedikit kekehan.

Sarah semakin bingung dibuatnya apa maksud dari kata-kata itu, satu nama dua orang? Tidak terbalik? Harusnya 'kan, dua nama satu orang, dong?

"Jadi, Pak Andre sama Pak Bayu itu beda orang, tapi nama mereka sama, wajah mereka juga hampir mirip, cuma beda warna kulit sama tinggi badan. Kalau Pak Andre putih tapi lebih pendek, sedangkan Pak Bayu kulitnya sedikit gelap tapi badannya tinggi." Mbak Designer mengambil barang-barang miliknya ke dalam kardus. "Mereka itu sahabat sejati. kembar beda bapak beda ibu, terus mereka tuh punya nama yang sama persis, mungkin kamu gak akan percaya, kalau kamu gak tahu sendiri, pasti kamu bakal bilang kalau Mbak itu mengada-ngada deh, karena namanya persis pake banget."

"Beneran persis? Kok bisa?" tanya Sarah. Jarang sekali ia menemui orang yang memiliki nama sama. Paling ia mengetahui nama yang sama hanya nama depan atau nama belakang saja. Atau wajah mereka yang sama dan nama yang hampir mirip. Aneh sekali jika nama mereka benar-benar sama. Apalagi mereka tidak memiliki hubungan keluarga. Atau mungkin kedua orang tua mereka sengaja. Baiklah Sarah tidak tahu.

"Iya beneran persis banget, gak ada bedanya sama sekali."

"Mungkin salah satu dari mereka ada yang hurufnya double, Mbak. Kayak Bayyu, Y nya ada dua? Atau mungkin huruf lain?" tanya Sarah lagi, ia benar-benar tidak percaya memang.

Mbak Designer sedikit tertawa. "Nggak ada, Sarah. Mereka emang punya nama yang sama, gak ada satupun huruf yang beda, setahu Mbak juga, huruf dari nama mereka gak ada double-double gitu, kayak apa yang kamu bilang tadi."

"Memang nama lengkap mereka apa Mbak? Aku jadi penasaran."

"Nama mereka itu Bayu Andrean." Mbak Designer mengambil kertas-kertas yang masih banyak.

Sarah membulatkan matanya mendengar nama lengkap itu. Bayu Andrean? Sepertinya tidak asing, tapi di mana ia mendengar nama itu?

"Pak Bayu itu bisa dibilang cuma cadangan Pak Andre. Tapi, cadangan bukan sembarang cadangan. Pak Andre sering banget ada kerjaan di luar kota, jadi Pak Bayu yang gantiin selama Pak Andre ada di luar kota. Setelah Pak Andre pulang, Pak Bayu bakal kasih semua pekerjaan itu sama Pak Andre lagi."

Sarah hanya diam mendengar penjelasan itu. Selalu ia cari di mana ia mendengar nama Bayu Andrean itu. Tidak asing, tetapi di mana? Aish! Itu membuat kepala Sarah pusing sangat.

"Oh iya, Pak Bayu sama Pak Andre sama-sama Dosen juga, loh. Keren 'kan?"

Sarah hanya mengangguk menjawab pertanyaan Mbak Designer itu. Tak terasa barang-barang Mbak Designer sudah rapih dalam kardus. Ia sudah siap pergi dari kantor ini. Ia berjalan dan berpamitan pada orang-orang di dalam ruangan itu, tangisan juga memenuhi ruangan itu.

Sarah yang baru saja kenal dengan beliau pun sudah merasakan kehilangan apalagi yang sudah lama bekerja dengannya? Tak terbayang bagaimana mana sedihnya 'kan?

Beramai-ramai pegawai kantor itu mengiringi Mbak Designer sampai di luar kantor. Uang pesangon miliknya juga diberikan oleh Pak Bayu, uang pesangon yang sangat banyak jumlahnya.

Sesudah yang lainnya berpamitan, kini giliran Sarah, Sarah memeluk Mbak Designer erat, terasa sekali perpisahan ini.

"Mbak, Sarah udah nyaman banget ngobrol sama Mbak. Kalau boleh, Sarah gak ngizinin Mbak buat resign dari sini. Kalau Mbak gak ada, siapa yang bakal ngajak ngobrol Sarah? Siapa yang mau jawab semua pertanyaan Sarah? Siapa yang mau ngobrol sama Sarah yang cerewet dan banyak tanya ini?"

Mbak Designer sedikit terkekeh lalu mengelus rambut Sarah pelan. "Banyak kok yang bakal nerima kamu, menjawab semua pertanyaan kamu. Kamu anak baik, cantik, sopan, pasti banyak yang mau berteman sama kamu, Sar."

"Padahal baru dua hari kita ketemu, Aku udah merasa nyaman banget sama Mbak. Kalau aja waktu bisa diulang lagi, mungkin Aku bakal ngelamar kerja lebih awal ke sini, biar bisa mengenal Mbak lebih jauh lagi. Aku aja gak rela Mbak pergi, apalagi karyawan yang udah dulu ngenal Mbak, pasti sakit banget."

"Terkadang kita memang harus merasakan perpisahan, agar kita bisa menghargai sebuah pertemuan."

"Kita dipertemukan secara tidak sengaja, tapi dipisahkan dengan sengaja. Perpisahan itu tidak adil banget 'kan?"

Mbak Designer lagi-lagi terkekeh. "Iya Sarah. Tidak ada yang mau bertemu dengan hari perpisahan, tapi hari itu nyata, dan kita harus melaluinya. Supaya kita bisa meraih hari esok yang lebih baik," ucap Mbak Designer.

"Tapi, mengapa perpisahan itu pahit, Mbak? Sarah gak suka rasa pahit."

"Namun, faktanya Pahit lebih baik dibanding manis. Nah, mungkin kita dipisahkan karena kita akan menemukan hal yang lebih baik."

Sarah benar-benar ingin menangis sekarang, ditambah suara klakson mobil yang membuat hatinya semakin sakit. Mobil yang akan menjemput Mbak Designer sudah datang, perpisahan itu akan dimulai sebentar lagi. Ia tidak akan melihat dan bertegur sapa lagi dengan Mbak Designer. Mbak Designer yang baik dan asyik diajak berbicara. Sarah betul-betul merasa perpisahan ini. Aneh juga, padahal ia baru bertemu dan mengenalnya. Sedangkan para designer di tempat kerjanya dulu, tidak sama sekali ia rasakan perpisahan saat dirinya pulang ke Indonesia. Apa mereka tidak pernah bertemu, hingga tidak merasakan perpisahan?

Semuanya berdadah-dadah ria saat Mbak Designer memasuki sebuah mobil berwarna putih di pinggir jalan sana, laki-laki yang datang menjemput Mbak Designer juga terlihat baik, sepertinya dia adalah calon suami Mbak Designer, Sarah harap mereka bisa menjadi pasangan yang samawa, do'a nya selalu terbaik untuk Mbak Designer. Sarah berdadah paling heboh di antara yang lain. Setelah Mbak Designer benar-benar pergi, semuanya kembali masuk ke dalam dan berkerja seperti semula.

Sedangkan Sarah masih setia memperhatikan Mbak Designer itu sampai benar-benar tidak terlihat lagi. Mbak Designer sangat baik, mungkin jika Sarah datang setelah Mbak Designer itu pergi, Sarah tidak akan mengerti apapun, ia tidak akan tahu siapa Pak Bayu dan siapa Pak Andre. Karenanya Sarah sekarang tahu, bahwa Pak Bayu dan Pak Andre adalah sama-sama pemilik nama Bayu Andrean. Nama yang sudah tidak asing di telinganya, tapi tidak bisa ia ketahui di mana ia mendengar nama itu. Apakah di tempat kerjanya dulu? Tapi, sepertinya ia mendengar nama itu di Indonesia dan belum lama. Semakin diingat malah semakin lupa, ish! Menyebalkan.

•••••••••••

Pilihan Omah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang