BAB 41

99 3 0
                                    

Bayu menatap Sarah, dia tahu apa yang ada dalam pikiran Sarah sekarang. Semakin Sarah merasa seperti itu, semakin Bayu tersenyum karena merasa misinya berhasil. Bayu sengaja membawa gadis itu ke mari semata-mata hanya untuk mengingatkan sesuatu pada gadis ini.

Andre pernah menceritakan hal tentang gadis ini, termasuk tempat-tempat yang menjadi kenangan untuk keduanya. Salah satu tempat tersebut adalah mall ini, dulu Andre dan Sarah pernah datang ke mall ini saat liburan. Ketika liburan mall ini menjadi tempat incaran mereka.

Sama seperti yang Bayu pikirkan. Di pikiran Sarah hanya ada laki-laki itu saat melihat mall ini. Apalagi saat melihat pemandangan-pemandangan luar yang tak pernah rubah sedikitpun. Mall yang menjadi sejarah di hidupnya itu sudah tak lagi ia injak sejak kepergian laki-laki yang tak kunjung datang lagi itu.

Bayu memegangi tangan Sarah, segera Sarah menatap Bayu. Dan menghilanglah bayangan-bayangan masa lalunya.

"Ayo masuk!" Sarah mengangguk sebagai jawaban.

Mereka melangkahkan kaki masuk ke dalam, tatapan Sarah masih traveling ke seluruh penjuru mall ini, dalamnya sudah lumayan berubah, tidak ada lagi rumah balon dan toko Barbie di depan sana. Padahal itu menjadi tempat favorit Sarah saat dulu.

Setelah mendapatkan kursi, Sarah duduk bersama Pak Bayu. Pak Bayu memberikan buku menu pada Sarah, sembari bertanya akan makan apa. Sarah kembali teringat dengan masa lalunya saat Pak Bayu bertanya sembari memberikan buku menu itu, mengapa nada suaranya sama seperti orang di masa lalunya?

"Mau pesan apa?" Sarah masih saja terdiam, Bayu mencoba menyadarkan Sarah dari lamunannya. "Sar!"

"Iya?" tanya Sarah setelah bangun dari lamunannya.

"Mau pesen apa?"

Sarah menatap buku menu itu. "Eum."

Belum juga Sarah memilih, buku menu tersebut sudah ditarik kembali oleh Pak Bayu. "Samain aja ya, mbak," ucapnya pada pelayan.

Lagi dan lagi Sarah dikejutkan dengan tingkah Pak Bayu yang ... sama seperti dia. Dulu, saat makan bersama dia juga bertingkah seperti itu, bertanya mau makan apa, tapi saat Sarah akan memilih, dia malah mengatakan 'samain aja'.

Tak lama kemudian makanan sudah datang. Pak Bayu sudah menyantap makanannya, tetapi Sarah masih saja diam memperhatikan gerak-gerik Pak Bayu. Pak Bayu yang merasa dirinya diperhatikan segera menatap kembali Sarah.

"Kenapa lihatin saya? Kamu gak makan?" tanya Pak Bayu.

Sarah menggeleng. "Sarah belum mau makan, Pak," jawab Sarah refleks. Pak Bayu menatap Sarah bingung. "Eh, maksudnya saya, Pak. Maaf, tadi agak ngeblank," sambung Sarah, yang merasakan kesalahan dalam ucapannya.

Pak Bayu mengangguk. "Gak apa-apa, kamu terbiasa dengan sebutan itu? Yaudah, pake aja. Saya lebih suka orang yang menjadi dirinya sendiri," ucap Bayu.

Sarah tersenyum canggung. Sifatnya juga sama, mengapa jadi seperti ini?

"Saya suapi ya." Pak Bayu mengambil alih sendok di piring Sarah dan mengambil makanan milik Sarah. "Buka mulutnya!" suruhnya.

Dengan refleks Sarah membuka mulutnya dan memakan makanannya dengan disuapi oleh Pak Bayu. Momen-momen seperti ini semakin dia rindukan, akhir-akhir ini ia tidak pernah lagi merasakan hal seperti ini. Jadi, rindu dengan Bunda.

••••••

"Iya, gue lihat sendiri Bayu ngajak Sarah keluar, katanya mau makan," ucap Marvel pada ponselnya.

"Berdua aja?" tanya seseorang di balik telepon.

"Iya Andre! Astaga," geram Marvel.

"Lo gak nanya apa alasannya sama Bayu? Soal tadi aja gue malu banget, udah marah-marah ternyata alasan dia logis banget."

"Ya gue udah nanya sih, dan jawaban dia katanya mau buat Sarah kembali ke masa lalunya, gitu. Tapi, gue gak tahu itu bener atau nggak," ujar Marvel.

Terdengar decakan dari balik ponsel. "Udahlah, gapapa. Kita lihatin aja apa yang bakal dia lakuin, percaya aja deh sama dia. Lagian selama ini juga apa yang dia lakukan selalu bener 'kan?" tanya Andre.

Marvel juga terlihat berpikir. Benar juga, Bayu memang tidak bisa diremehkan atau dipandang sebelah mata, apapun yang ditangani oleh Bayu selalu berjalan dengan lancar dan sukses. Mungkin ini juga akan berhasil. Lihat saja nanti.

"Eum, by the way, tadi gue lihat Clarissa di kantor. Abis ngapain?" tanya Marvel yang tadi tak sengaja melihat Clarissa keluar dari kantor.

"Clarissa?" tanya Andre.

"Iya. Kayaknya dia udah ketemu sama Bayu deh, tapi gak tahu," ucap Marvel.

"Kenapa gak lo tanya sama orangnya langsung?" tanya Andre.

"Gue lagi sibuk, mangkanya gak sempet nanya. Sama Bayu juga gue kelupaan, coba lo tanya sendiri deh sama Bayu," saran Marvel.

Andre mengangguk. Baiklah, dia akan bertanya pada Bayu nanti malam. Karena sekarang pekerjaannya masih lumayan banyak.

"Terus, matanya juga agak bengkak gitu si Cla, kayak abis nangis gitu. Jalannya kenceng banget lagi, kek mau ke tempat arisan," ujar Marvel memperjelas apa yang dia lihat.

Andre langsung berpikir tentang tadi, mungkin Clarissa menangis karena ucapannya, tapi mengapa dia datang kepada Bayu?

"Terus hubungan lo sama dia gimana, Ndre? Masih digantung?" tanya Marvel.

"Gue udah putusin dia!"

"Tapi, si Cla nya kan gak mau. Lo gak bisa mutusin hubungan hanya di satu pihak, lo menjalani hubungan karena kesepakatan berdua dan berpisah pun harus kesepakatan berdua juga."

"Tadi pagi gue udah ketemu sama dia, gue udah ngomong baik-baik dan dia terima. Jadi, kami putus atas kesepakatan berdua," ujar Andre.

Marvel mengangguk paham. "Gue tahu apa yang buat Clarissa nangis hari ini. Pasti karena udah ketemu sama lo," tebak Marvel.

"Nggak juga. Katanya lo sering lihat Cla nangis, walaupun dia gak ketemu gue," jawab Andre. Sebenarnya tebakan Marvel seratus persen benar.

"Ya intinya sama aja. Nangis gara-gara lo. Biasanya kan dia nangis karena gak bisa menghubungi lo, dan sekarang dia nangis karena ketemu sama lo." Marvel memberikan kesimpulan.

"Terus gue harus gimana? Gue kabarin nangis, gak gue kabarin nangis juga. Serba salah banget hidup gua."

"Berarti dia sungguh-sungguh cinta sama lo. Ganteng doang, tapi bego! Itu lo!" caci Marvel.

Andre menghela napas panjang. Benar juga apa yang dikatakan oleh Bayu hari itu, paling malas debat dengan Marvel karena tidak pernah menang.

"Ya gimana lagi, orang gue dijodohin sama Sarah? Masa gue ambil dua-duanya?" tanya Andre.

"Oh no! Satu cewek cukup! Karena cewek itu ribet, kalau lo punya dua nanti jadi ribet-ribet. Mending gak usah!" saran Marvel.

"Yaudah!"

"Yaudah!"

Dreet

Sambungan keduanya terputus. Sesingkat itu perpisahan mereka, tidak mengucapkan salam atau apapun. Terlihat sekali tidak ingin mengalah satu sama lain.

Pilihan Omah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang