Bab 9

283 3 0
                                    

"Hah? Gila! Menikah atau Kuliah?" Once terlihat sangat shock mendengar penjelasan ku.

"Iya! Gimana dong? Kasih saran, kek," kataku sedikit ngegas.

Once menatapku lekat, "Gimana kalau lo ambil kuliah, aja?" Aku langsung memukul kepalanya menggunakan botol plastik yang sudah kosong.

Terdengar suara decakan darinya. "Lo gila? Gue selesai D3 aja tiga tahun lebih. Kalau gue lanjut sampe S3, otomatis gue balik lagi ke awal. Iya kalau S3 gue cuma tiga tahun, kalau lima tahun gimana?" tanyaku kesal. Once tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Ya itu lebih bagus. Jadi, semakin lama kuliah, semakin males dosen itu nunggu lo, dan dia bakal nikah sama cewek lain, selesai deh ceritanya. Tamat!"

"Terus gue jadi perawan tua gitu? Enak aja, gak mau lah!"

"Ish!" Kali ini Aku yang Once pukul menggunakan botol tadi. Aku meringis sakit, ternyata sakit juga dipukul oleh botol itu. "Ya lo juga bisa nikah nanti, Sarah! Lo gak harus S3, kalau bukan nikah sama Dosen itu."

"Tapi, Nce! Kalau akhirnya gue nikah sebelum lulus, kenapa gue gak nikah sama dia aja, coba? Ngapain gue lama-lama kuliah tapi gak lulus? Ide lo kurang jauh, Nce!"

Once menatapku dalam, Akupun sama. Setelah agak lama, Once melepaskan tatapan itu. "Bodolah! Terserah lo aja. Mau gimana kek!" Once menyerah. Argh! Bagaimana sih?

"Once, kok lo gitu sih. Ini kan salah lo juga!" ucapku. Oke, ini adalah senjata ku sekarang, Once akan merasa bersalah saat ingat waktu itu.

"Jangan kayak gitu dong, Sar! Gue jadi berdosa banget waktu itu."

"Ya mangkanya bantuin cari solusi!"

"Yaudah lo nikah aja deh sama dosen itu! Udah, selesai deh ceritanya! Lo gak perlu kuliah, lo juga gak perlu pusing-pusing mikirin kerjaan, gak perlu takut jadi perawan tua di kampus, udah! Gimana?"

"Lo kira nikah gampang apa? Gue pasti bakal dikekang sama dia. Gue gak boleh ke sini ga boleh ke sana. Ga boleh beli ini gak boleh beli itu. Harus makan yang ini, minum yang ini. Argh! Pasti semuanya serba teratur. Tau sendiri lo, kalau gue paling gak suka diatur-atur." jelasku. Sudah terbayang bagaimana kehidupanku jika menikah dengan Dosen itu.

"Kalau menurut gue emang nikah paling mendekati sempurna. Coba kalau kuliah, lo harus berpikir buat belajar, skripsi, belum tugas-tugas yang lain, lo gak bisa menjaga tubuh lo, tau sendiri gimana lezatnya makanan kantin kampus. Terus, lo gak bisa bagi waktu buat karier lo, belum juga lo kepikiran Dosen itu. Toh, nanti ujung-ujungnya lo bakal tetep nikah kan sama dia?"

Benar juga ucapan Once. Tapi, apakah Aku siap menjadi seorang istri? Sepertinya Aku belum siap. Masak saja Aku belum bisa selezat masakan Bunda. Cuci piring juga masih dipilah-pilih takut merusak kuku. Argh! Pusing!

Once mengambil selembar kertas beserta pulpen di laci meja. Ia menuliskan nama Sarah dua di ujung kertas. Dan menuliskan dua nama Dosen di ujung kertas yang bersebrangan dengan nama Sarah.

"Nih! Lo tinggal pilih, mau jalan yang mana. Pertama." Once membuat garis lurus tanpa belokan di nama Sarah sampai nama Dosen itu. "Yang gampang seperti ini. Atau?" Once membuat garis yang sangat berbelok-belok di nama Sarah sampai nama Dosen yang lainnya. "Atau yang ini? Jalan yang sulit! Lo mau sekuat apapun kuliah, ujung-ujungnya bakal tetep nikah sama Pak Dosen. Jadi, ngapain lo kuliah? Mending langsung nikah aja!" Oh, jadi itu yang dimaksud Once, Aku mengerti. Tapi? Apakah ia sanggup? Hmmm, Aku tidak tau sekarang!

•••••••


Menikah - Kuliah
Menikah - Kuliah
Menikah - Kuliah
Menikah - Kuliah

Itulah kalimat yang sedari tadi menyarang di kepalaku. Aduh! Apa iya Aku harus memilih untuk menikah? Benar kata Once, mau selama apapun Aku Kuliah, ujung-ujungnya pasti akan tetap menikah juga.

Aku meremas ponsel yang aku genggam sekarang. Nomor milik Pak Bayu sudah dikirim oleh Bang Rian. Kini, Aku sudah berada di room chat Pak Bayu. Apa yang akan Aku jawab sekarang? Menikah atau Kuliah? Kepalaku mulai pening sekarang.

Menikah! Aku memilih untuk menikah, Pak!

Terlalu agresif, Aku hapus lagi pesan yang baru saja Aku ketik.

Sepertinya menikah adalah jalan terbaik, Aku memilih untuk menikah!

Tidak-tidak! Terkesan seperti Aku yang ingin segera menikah dengan mahkluk itu. Aku menghapus lagi pesan di balik papan ketik itu.

Aku memejamkan mata lalu mengirim pesan dengan singkat.

Menikah!

Setelah mengirim pesan, Aku langsung menyembunyikan ponselku, karena nomor itu centang dua abu-abu, berarti sedang online. Aku membuka mata lebar-lebar saat mendengar suara ponselku yang menandakan pesan masuk, itu pasti dari Pak Bayu. Aku segera membukanya, penasaran dengan jawaban miliknya.

Maap, Bayu Andrean sedang tidak ada di tempat. Tinggalkan pesan anda yang akan diberikan pada Bayu. Ia akan membalasnya nanti.

Fak! Itu adalah jawaban dari bot. Parah sekali Dosen ini, baiklah mungkin dia sedang sibuk sekarang. Tidak apa-apa jika ia selalu sibuk, sampai tidak ada waktu untuk melihat chat dariku. Malu sekali rasanya. Argh! Aku menutup data seluler dan mematikan ponselku. Ia akan mendapatkan jawaban dari pesannya besok. Pasti Dosen sibuk seperti dia akan slow respon, apalagi untukku yang bukan siapa-siapa nya.

'dreet dreeet'

Aku mengalihkan pandanganku pada pukul ponsel yang berbunyi. Aku melihat nama Once yang berada di sana, dengan cepat Aku mengangkat panggilan itu.

"Hallo Nce!"

"Sar! Lo udah ambil keputusan? Lo bakal nikah sama dosen itu?" tanya Once dengan nada khawatir.

"I-iya, gue udah kirim pesan ke nomor dosen itu."

"Yaudah gapapa. Gue cuma mau kasih tau kabar dari Mirna! Lo tau kan si Mirna? Yang kemarin dijodohin sama emak bapaknya, Sar!"

"Iya-iya gue inget, kenapa emang?"

"Dia udah jadi janda anjir. Katanya suaminya main tangan, selingkuh lagi, ih ngeri. Gue takut itu terjadi sama lo Sar, soalnya sama-sama dapet jodohin."

"Hah? Gimana sih Nce? Gue jadi takut nih," bimbangku. Once membuatku benar-benar takut.

"Lo udah kenal sama Dosen itu? Lo kenal keluarganya?" tanya Once, sudah jelas jawabannya adalah tidak. "Gue kasih saran mending lo tanya-tanya dulu tentang dia. Soalnya si Mirna kena KDRT Sar. Ih, awalnya emang manis, tapi ternyata astaga, selingkuh, KDRT lagi." Mendengar itu Aku jadi merinding jangan sampe itu terjadi padaku.

Aku segera menyalakan data seluler dan banyak notif WhatsApp masuk salah satunya adalah dari nomor tidak dikenal. Itu pasti dari Dosen.

'tut tut tut'

Sambungan telepon Sarah dan Once mati. Sarah membulatkan matanya saat melihat tidak ada satu batang pun sinyal di ponselnya saat ini. Argh! Menyebalkan!

Pilihan Omah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang