Bab 31

111 4 0
                                    

Teriakan-teriakan sudah menggema dalam kamar yang di tempati oleh Once dan Sarah. Hari ini ia benar-benar beruntung sekali, tidak sia-sia ia datang ke kantor hari ini, walaupun tidak ada pekerjaan untuknya. Sarah juga sudah menceritakan perjuangannya mendapatkan nomor itu. Once ikut meringis mendengar cerita Sarah, apalagi saat Marvel menggagalkan semua rencananya, tapi sangat-sangat beruntung sekali. Marvel yang memberikan nomor itu pada Sarah secara cuma-cuma.

"Lo udah di save balik sama Pak Bayu?" tanya Once.

Senyum Sarah seketika luntur. Disave kembali tidak ya? Semoga saja iya, tapi? Sarah menatap Once lesu. "Tapi, pas tadi gue chat dia, cuma di read gak dibales," ucap Sarah dengan suara merendah.

Once seakan bingung dibuatnya. Entahlah, Once harus ketawa atau tidak sekarang.

"Haaaa Sarah, ya kali cuma di read?" tanya Once dengan suara lemas. Bentar-bentar, ini Sarah loh, masa pesannya cuma dibaca sih?

Sarah mengangguk lemah. Nasibnya memang malang, tidak pernah mencintai laki-laki setelah orang yang ia sayangi pergi. Pergi untuk selamanya, mungkin. Karena, dia berbohong dia bilang akan datang setelah Sarah bisa mengucapkan huruf R dengan benar. Nyatanya sampai sekarang tidak ada kabar tentangnya.

Once menepuk pundak Sarah pelan, Once tahu apa yang sedang ada dipikiran Sarah. Pasti gadis itu sedang memikirkan bagaimana caranya agar nomor miliknya disave kembali oleh Pak Bayu. Apakah tugasnya terlalu berat? Tidak-tidak, tugas ini tidak berat. Karena bagaimana Sarah bisa dekat dengan Pak Bayu, sedangkan Sarah-nya saja tidak disave kembali oleh Pak Bayu. Ya, kan?

"Sar, gue ngasih tugas kayak gini tuh, buat kebaikan lo juga. Gue kasian kalau cinta lo gak dilihat sama Pak Bayu," ucap Once

Sarah menatap Once lesu. "Gue tahu kok. Ya emang harus. Nomor gue harus disave balik sama Pak Bayu. Tapi, gimana caranya?"

Once menggeleng tidak tahu. Sarah berdecak lemah, bagaimana sih Once ini? Dia yang memberikan tugas, tapi dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya.

"Gue bingung lah." Sarah menarik selimutnya, lalu menutup mata. Berharap pagi nanti akan ada kabar gembira untuknya. Entah itu kabar apa, yang terpenting kabar gembira. Ya, itu harapan Sarah malam ini.

••••••••

Suara ponsel yang sedari tadi bersatu dengan charger itu terus menggema. Gadis yang baru saja mencuci tubuhnya itu, tergesa-gesa keluar dari balik pintu kamar mandi. Siapa yang menggangu malam hari seperti ini? Ia membenarkan anduk yang diikat di kepalanya sembari berjalan mendekati ponselnya yang berdering.

Tidak ada nama terpampang di sana. Nomor tidak kenal? Nomor siapa? Siapa yang berani menyebar luaskan nomornya ini? Jika, penelpon ini tidak memiliki kepentingan, sudah ia pastikan penyebar nomornya itu akan menua di dalam sel, lihat saja.

Gadis itu menjawab panggilan. Beberapa detik tidak ada suara di balik ponselnya. Karena penasaran, ia memulai terlebih dahulu, panggilan itu.

"Hallo," sapanya pada penelpon.

Terdengar deheman dari balik ponsel. Gadis itu mengerutkan keningnya, apa maksud dari penelpon misterius ini?

"Saya sedang di Bandung. Kamu mau bertemu dengan saya, 'kan? Temui saya besok! Jangan ganggu atau menghantui lagi teman-teman saya."

Ucapan penelpon itu mampu membuat sang gadis diam membisu. Apakah ini pria yang selama ini ia cari? Gadis itu tidak menjawab ucapan penelpon, ia malah melirik sebuah poto di meja yang sama dengan ponselnya saat ini.

Poto dua sejoli yang sangat bahagia di balik salju. Poto itu bertuliskan nama Bayu Andrean dan Clarissa Vitaloka. Gadis itu, gadis yang tak lain adalah Clarissa, ia segera mengukir senyuman, saat ia benar-benar percaya jika yang menelponnya malam-malam seperti ini adalah Andre.

"Cla?"

Clarissa menatap lagi ponselnya. "Iya, Andre? Ini Andre, 'kan?" tanya Clarissa dengan nada bergetar.

"Iya, ini saya. Kamu mau bertemu dengan saya, 'kan?"

"Iya, Andre. Aku mau ketemu kamu," jawab Clarissa cepat.

"Oke, temui saya di Bandung, besok! Tempatnya bakal saya sharelock," ucap Andre.

Betapa bahagianya Clarissa sekarang, ia sangat girang karena suara itu bisa ia dengar lagi. Walaupun suaranya begitu dingin dan tidak ada sedikitpun bumbu manis dinadanya.

"An .... "

Nut ... nut ... nut ....

"Dre ...." melanjutkan ucapannya yang terpotong dengan suara merendah.

Clarissa menatap ponselnya, panggilan itu sengaja diputuskan secara sepihak oleh Andre. Dengan cepat Clarissa memencet lagi tombol panggil, tapi hasilnya nihil, nomor tersebut sudah tidak bisa dihubungi.

Clarissa menatap nomor tanpa nama itu nanar. Apakah secepat itu Andre melupakannya? Selama tiga tahun bersama, Andre bisa melupakan semuanya hanya dalam sekejap mata? Apakah tidak ada lagi kata-kata manis untuknya? Tidak ada lagi sikap hangat darinya. Clarissa benar-benar mengutuk dirinya sendiri karena telah membuat kesalahan hingga se-patal ini, tapi kapan dan di mana ia melakukan kesalahan itu? Ia akan menanyakan semuanya pada Andre besok, ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.

Di lain tempat, Andre yang baru saja menutup teleponnya itu memejamkan mata untuk beberapa saat. Keputusan ini sudah sangat baik dan sudah sangat matang ia pikirkan. Ia tidak ingin Bayu terus dihantui oleh Clarissa, Bayu harus fokus menjaga Sarah.

Andre tidak mau terjadi apa-apa pada Sarah. Apapun akan ia lakukan demi gadis titipan Omah itu. Sebenarnya munafik jika ia bilang tidak kecewa pada Sarah, gadis itu membohonginya, dia berjanji akan menunggu tetapi nyatanya dia menghilang seperti abu.

Andre memang mengingkari janjinya saat itu, Andre sudah mendapatkan pesan dari Sarah jika Sarah sudah fasih menyebutkan huruf R. Akan tetapi dirinya tidak bisa pulang dan bertemu dengan Sarah, dikarenakan, ia harus melanjutkan SMA di luar negeri, cita-citanya sejak dulu.

Sebenarnya Andre sudah menempati janjinya walaupun terlambat. Saat kuliah, ?Andre memutuskan untuk menyambung di Indonesia tepatnya di ITB. Ia bertemu dengan Rian, dan berteman sangat baik, walaupun Andre harus lulus lebih dulu dibandingkan Rian. Andre sempat datang ke rumah itu, rumah di mana ia dipisahkan dengan Sarah saat kecil. Sayangnya ia tidak bertemu dengan Sarah, karena gadis itu sudah pergi ke Italia untuk mengejar cita-citanya.

Saat kedatangan dirinya, sangat disambut dengan sangat meriah oleh Omah dan keluarga Sarah. Dari saat itulah, Omah meminta Andre untuk menjaga Sarah. Andre tentu saja langsung bersedia, Sarah adalah teman masa kecilnya, jadi jika hanya menjaga itu pasti akan ia lakukan sekalipun Omah tidak memintanya. Hari semakin berjalan, Omah memutuskan untuk menjodohkannya dengan Sarah.

Permintaan pertama Omah, harus ia kabulkan. Tetapi Sarah? Gadis itu tetap tidak ingin pulang dan menikah dengannya. Dia lebih senang tinggal jauh dari keluarga. Malam itu, Andre merasakan bahwa Clarissa gadis yang baik, sejak saat itu juga Clarissa menjadi kekasihnya.

Andre sudah buta, saat sedang bersama Clarissa, bayangan tentang Sarah hilang begitu saja dari pikirannya. Andre sudah terlanjur nyaman dengan Clarissa, walaupun ia tahu jika Clarissa mantan dari Bayu.

Pilihan Omah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang