BAB 47

54 3 0
                                    

Marvel berdecak kuat, dia berdiri duduk tak ada henti. Panggilan teleponnya tak kunjung ada jawaban. Ke mana penerima panggilannya itu?

"Oke, sekali lagi. Kalau gak diangkat juga, gue samperin ke Bandung, lu!" monolog Marvel. Dia mengklik lagi tombol panggil pada kontak bernama Andre.

Hanya suara 'nut' 'nut' 'nut' saja yang terdengar. Hingga 60 detik berlalu, tetap tidak ada jawaban dari balik telepon. Marvel melihat ponselnya nanar, mengapa saat genting seperti ini dia malah tidak mengangkat panggilan ini? Dasar!

Baiklah, Marvel menyerah sekarang, masa bodo dengan dia yang tidak mengangkat teleponnya, padahal ini demi kebaikan dia juga. Marvel menyimpan ponselnya dan beralih pada berkas-berkas kerja miliknya.

Tak sampai lima menit, ponsel Marvel berdering. Terpampang nama Andre di sana, dengan segera Marvel menjawab panggilan itu. Dia akan mencaci Andre nanti, lihat saja.

"Dari mana aja lo? Gue teleponin dari tadi kagak diangkat-angkat, so seleb lo!" caci Marvel setelah sambungan teleponnya terhubung.

"Maaf, gue banyak kerjaan. Mau apa emang?" tanya Andre.

"Jangan nanya dulu. Gue belum puas caci maki lo. Kesel gue sama lo yang ngartisnya melebihi guru. Emang lo siapa? Presiden?"

Andre hanya diam bergeming mendengarkan cacian dari Marvel. Sebenarnya itu hal biasa dan tidak Andre masukkan ke dalam hati.

"Hallo! Lo kok diem aja sih?"

"Ya gue harus jawab apa?" tanya Andre pelan.

"Yaudah lo gak usah jawab!" ucap Marvel nge-gas.

"Salah lagi kan gua," kata Andre memelas. "Udah deh, intinya lo mau apa nelepon gue? Gue lagi sibuk, banyak kerjaan! Kalau lo gak ngomong mau apa, gue matiin nih teleponnya," ancam Andre.

"Njir, mainnya gituan lu," decak Marvel.

"Ya, mangkanya cepet, ngomong!"

"Oke, gue mau ngasih tahu lo soalan penting pake banget. Mau denger gak?" tanya Marvel sok misterius.

"Gue matiin aja deh," ucap Andre yang sudah geram dengan tingkah Marvel.

"Eh, jangan dulu anjir. Sini, gue ceritain. Jadi, tadi pagi Sarah berangkat bareng Bayu ke kampus!"

Tidak ada jawaban dari Andre, Marvel yakin pasti dia shock. Setelah ini pasti dia akan marah-marah karena tidak memberitahu masalah ini dari tadi, padahal dia sendiri yang tidak mengangkat teleponnya darinya.

"Hallo, Ndre? Gimana kabar ini, panas banget kan?" tanya Marvel.

"Terus?"

Marvel membelanggakan matanya. Terus? Apa dia bilang? Terus? Apa tidak ada respon lain, selain terus dengan nada datar?

"Woi, Sarah berangkat bareng Bayu," ulang Marvel.

"Ya terus, masalahnya di mana?" tanya Andre dengan nada yang sama datarnya.

"Ya masalah, Bayu berangkat ke kampus bareng Sarah, lo gimana sih? Mereka jalan berdua loh, cuma berdua," jelas Marvel.

"Itu suruhan gue!"

Marvel lagi-lagi membuka matanya lebar-lebar. "What? Lo gila apa gak waras sih? Kok lo bisa nyuruh Bayu jemput Sarah? Lo gak takut gimana-gimana? Coba lo bayangin gimana kalau .... "

"Udah ya, Mar. Gini, gue percaya sama Bayu, udah deh lo jangan bikin gue negatif thinking aja. Oke? Gue tahu niat lo baik, makasih udah selalu ngasih kabar sama gue tentang perkembangan Sarah. Gue banyak pekerjaan, bye!"

Pilihan Omah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang