BAB 52

56 3 0
                                    

Sarah berjalan dengan langkah gontai, setiap langkahnya selalu dikelilingi oleh banyak pertanyaan. Apa salahnya? Di mana letak kesalahannya? Kesalahan apa yang dia perbuat hingga, Pak Bayu menyuruhnya pergi seperti tadi? Memang terdengar lembut ucapannya, tapi terasa seperti mengusir oleh Sarah.

"Perhatian deh."

Ucapan manis yang terkahir dilontarkan Pak Bayu itu, terus mengelilingi kepala Sarah. Mengapa dia mudah sekali berubah pikiran? Mulanya baik, tapi beberapa detik kemudian sikapnya menjadi dingin.

Terbesit lagi oleh Sarah, saat Pak Bayu menarik tangan Sarah hingga bertabrakan dengan tubuh kekar miliknya. Apalagi saat Sarah memanggil namanya, dia malah menutup mulut Sarah, seakan tidak ingin diganggu, dengan aksinya. Namun, seperkian detik berikutnya, dia malah menjauhkan diri, dan menyuruh Sarah membereskan semuanya, setelah itu dia menyuruh Sarah pulang terlebih dahulu. Ish, 'kan tidak sesuai ekspektasi!

Awalnya Sarah membayangkan, dia akan pulang bersama Pak Bayu, di jalan mereka bercerita romantis, tertawa bersama. Mampir ke PIK - Jakarta. Itu pasti menyenangkan. Namun, semuanya sirna karena satu dan lain hal, hal yang Sarah sendiri saja tidak tahu apa isi nya.

"Sarah?" gumam pria yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor.

Pria itu berlari mendekati Sarah yang berjalan seperti orang yang sudah putus asa, tas yang ia ayunkan ke depan dan ke belakang, langkah gontai, dan tatapan yang lurus dan tak berarah.

"Sarah?" Kali ini tangan pria itu menghentikan langkah Sarah. "Mau ke mana, kamu?" tanyanya.

Sarah mengalihkan pandangannya ke lain arah. "Sarah disuruh pulang sama Pak Bayu, Kak," jawab Sarah pada pria yang tak lain dan tak bukan adalah Marvel.

"Pulang?" tanya Marvel dengan kening yang terkerut.

Sepertinya Marvel juga tidak percaya jika Sarah dipulangkan dijam se-siang ini. Namun, itu faktanya, Sarah pun bingung apalagi Marvel?

"Iya, Kak."

"Kenapa?"

"Katanya pekerjaan Pak Bayu juga udah selesai. Dia juga mau pulang, tapi nunggu Kak Marvel dulu," jelas Sarah.

Marvel ber-oh panjang. "Yaudah, kamu pulang sendiri bisa, 'kan?" tanya Marvel.

Sarah mengangguk. "Bisa kok, Kak. Yaudah, Sarah duluan, ya. Permisi," pamit Sarah.

Marvel mengangguk mengizinkan Sarah pergi. Setelah melihat respon dari Marvel, Sarah segera melangkahkan kakinya keluar dari kantor.

Marvel masih belum mengerti sebenarnya dengan penjelasan Sarah tadi. Memangnya Bayu tidak memiliki pekerjaan? Harusnya ada atau tidak pekerjaan, Bayu harus stay di sini sampai jam pulang tiba. Entahlah, tidak mengerti, lebih baik dia tanyakan langsung pada Bayu.

Sarah menghela napas kasar saat sudah datang di depan gerbang. Sarah itu bukan anak kecil lagi, mengapa Pak Bayu juga Marvel menanyakan Sarah bisa pulang sendiri atau tidak? Sarah galau seperti ini bukan karena takut pulang sendiri, tapi dia sedih karena tidak sesuai dengan ekspektasinya sejak awal. Ish!

Berkali-kali Sarah berdecak, harusnya dia tidak berekspektasi tinggi dulu. Beginilah jadinya, tak semanis ekspektasi, realitanya terlalu pahit.

"Terima kasih," seorang pria mengucapkan terima kasih pada pedagang kaki lima di seberang jalan sana.

Sarah memperhatikan pria itu yang sangat familiar di matanya. Saat pria tadi membalikkan badan dan tatapan mereka bersatu. Karena sama-sama sedang bersembunyi keduanya menutup wajah mereka dengan benda yang saat ini mereka pegang.

Pilihan Omah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang