Bab 24

145 4 0
                                    

Di tempat lain, pria yang baru saja menutup teleponnya menatap nanar isi ruangan yang saat ini sedang ia diami. Andre mengalihkan pandangannya ke semua sudut ruangan itu. Sebenarnya sangat sakit saat ia harus meminta seseorang yang menjaga Sarah. Pria macam apa dia ini, calon tunangannya saja harus dijaga oleh orang lain. Entahlah, harus bagaimana lagi ia mendeskripsikan perasaannya.

Andre tidak ingin memaksakan perasaan Sarah, ia tidak bisa memaksa gadis itu supaya mencintainya. Tapi, perjodohan ini adalah kehendak Omah. Wanita yang selama ini merawat dan membiayai sekolah sampai kuliahnya. Ia tidak bisa menolak ini.

Gadis itu juga sangat keras kepala. Seharusnya jika dia memang tidak ingin dijodohkan, setidaknya dia jangan beri harapan lebih pada Omah dan keluarga. Andre tidak apa-apa saat diPHP 'kan, tetapi keluarganya? Omah dan yang lainnya pasti sangat kecewa.

Andre ingin mewujudkan permintaan Omah, wanita itu tidak pernah meminta imbalan apapun atas jasanya. Ini adalah permintaan pertamanya, ia meminta Andre untuk menjaga cucu perempuan satu-satunya itu.

Di balik jendela malam, Andre menghela nafas panjang. Ia sungguh bingung dengan keadaan yang terus memaksanya untuk  berjalan di jalan yang buntu. Jika ia diberikan satu permintaan untuk dikabulkan, Andre akan meminta Sarah untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan seperti ini.

Andre memalingkan wajahnya pada cermin di ujung kasur sana. Walaupun jaraknya sedikit jauh, tapi Andre masih bisa melihat wajahnya dengan jelas di pantulan cermin itu. Wajahnya memang sudah berubah dari yang dulu, Sarah tidak akan ingat jika mereka pernah bertemu sebelumnya.

Memang jalan cerita mereka sudah basi. Dipisahkan saat masih anak-anak, dan dipertemukan lagi setelah dewasa. Sarah masih terlihat seperti Sarah kecil dulu, sangat lemot, selalu ingin menang dan tidak pernah mau dipaksa.

"Akan ada masanya kamu mengetahui ini Sarah. Saya adalah Bayu kamu, Bayu yang kamu tangisi saat saya harus pergi sekolah di luar kota."

Terbesit lagi sedikit kenangan perpisahan mereka dulu. Di mana Sarah kecil menangis saat mobil berwarna hitam datang menjemputnya.

Flashback

"Perpisahan memang menyakitkan, Sarah. Tapi, kamu harus tahu perpisahan ini hanya sementara, aku akan pulang lagi kemari dan kita akan bermain-main lagi, seperti biasanya, ya." Andre kecil terus mengatakan hal itu agar Sarah mengerti.

Sarah terus menggeleng tidak setuju. "Tidak ada yang namanya pelpisahan sementala Bayu. Setelah ada kata pelpisahan maka semuanya akan belubah, walaupun Bayu akan pulang lagi ke sini. Pasti semuanya akan telasa beda Bayu, apalagi Bayu akan pelgi dalam jangka waktu yang lama."

"Nggak Sarah, Andre akan secepatnya menyelesaikan sekolah di sana. Setelah itu Andre akan pulang dan kita akan bermain seperti biasa. Andre gak akan berubah, Andre janji."

Sarah mengerutkan bibirnya. "Bayu, bukan Andle."

Andre terkekeh kecil saat Sarah mengatakan hal itu. Sarah memang tidak suka jika Andre mengatakan bahwa dirinya bernama Andre, Sarah tidak suka dengan nama itu karena mengandung huruf R di sana.

"Ya aku pengennya Andre, gimana dong?"

Sarah menggeleng kuat. "Bayu 'kan tahu kalau aku gak bisa huluf L? Aku juga gak suka nama aku sendili."

Andre menatap gadis kecil itu lekat. "Baiklah, gimana kalau kita buat perjanjian?"

Sarah mengerutkan keningnya tak mengerti. Ayolah, otaknya belum sampai pada pemikiran Andre. "Peljanjian apa?"

"Andre .... "

"Bayu!" Sarah memotong pembicaraan laki-laki itu.

Andre sedikit tertawa lalu mengangguk. "Oke. Bayu akan pulang setelah Sarah bisa manggil Bayu dengan nama Andre. Gimana?"

Sarah menggeleng, itu tidak mungkin. Huruf R itu sangat sulit, bagaimana ia bisa melakukan itu.

"Why?"

"Gak bisa Bayu. Huluf itu susah banget."

"Kamu harus bisa dong. Kalau kamu sering berlatih, pasti kamu bisa. Setelah kamu bisa menyebutkan huruf R, Bayu akan langsung pulang ke sini."

"Walaupun sekolah Bayu belum selesai?"

"Iya!"

"Bayu benelan? Kalau aku udah bisa huluf L, Bayu akan langsung pulang, walaupun sekolah Bayu belum selesai?"

Andre mengangguk. "Iya, Sarah. Setelah itu kamu bisa menyebutkan nama kamu yang indah. Sarah dan Andre." Andre menunjuk ke arah Sarah dan ke arahnya.

"Oke kalau gitu. Deal!"

••••••

Setelah sampai di rumah, Sarah langsung bergegas masuk ke dalam kamar. Tante Uni tidak terlihat begitu juga dengan Erick, mungkin mereka sudah tidur. Ia harus menemui Once sekarang. Ia akan menceritakan semua yang terjadi padanya hari ini.

Sarah membuka pintu kamar, tapi tidak ada makhluk bernyawa di dalamnya. Di mana Once? Sarah masuk ke dalam dan mencari pemilik kamar ini. Apakah dia sedang di kamar mandi? Sarah mendekati pintu berwarna biru muda itu dan mengetuk, tetapi pintu itu tidak terkunci dan tidak ada siapa-siapa.

Sarah menyimpan tas kerjanya, dan beralih mencari Once ke luar kamar. Mungkin dia sedang di dapur atau sedang bermain bersama Erick dan Tante Uni di kamar lain.

Sarah menuruni anak tangga menuju dapur. Benar saja, penghuni rumah ini sedang berada di ruang keluarga, Once sedang bermain-main bersama Erick. Sarah mempercepat jalannya mendekati mereka.

"Eh, Sar. Lo udah balik?"

Sarah mengangguk. Dia duduk di samping Once dan bermain-main bersama Erick di sana.

"Gimana perkembangan lo sama Pak Bayu?"

Sarah melemparkan tatapan tajam pada Once. Tidak bisakah dia membicarakan itu di kamar saja? Bagaimana jika Marvel tiba-tiba muncul dan mendengar pembicaraan mereka? Dasar Once! Once hanya mengangguk pelan, saja. Sarah berdiri dan mencium punggung tangan Tante Uni, yang baru datang dari dapur. Tangannya memegang nampan berisi segelas kopi dan beberapa cemilan.

"Mah, Erick gak bisa pasang ini. Kak Once juga gak bisa!" ucap Erick sembari meringis tidak bisa memasangkan tangan robot itu.

Tante Uni menghela nafas pendek. "Nanti ya, Mamah mau nganter ini dulu."

Sarah langsung menahan pergerakan Tante Uni. "Ini buat siapa Tante?"

"Buat Marvel. Katanya dia mau lembur kerja, gak tahu deh lagi cari apa gitu," jawab Tante Uni.

Ini kesempatan yang bagus untuk Sarah membujuk Marvel agar Once bekerja di kantor itu. Sarah menyarankan Tante Uni untuk duduk dan membenarkan mainan milik Erick, dan yang mengantarkan kopi adalah dirinya. Tante Uni setuju atas desakan dari Erick.

Sarah segera melangkahkan kakinya, menuju ruang kerja Marvel. Malam ini ia harus bisa memastikan Marvel agar menerima Once menjadi designer.

Pilihan Omah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang