Bagian 32 ~ Hatiku Maunya Kamu

842 239 57
                                    

Bagian 32 :

Hatiku Maunya Kamu

*

*

*

Jum'at cerah.

Satu jam lewat tiga puluh menit lalu, hujan berhenti mengguyur bumi. Mempersilahkan kembali matahari menghangati hari menjelang siang. Bumi terasa seperti di dunia rekayasa. Penuh rekaan manusia, dan bahagia yang tidak pernah ada dalam nyata.

Drama maupun novel yang ada.

Sejuk yang tersisa seakan mengucapkan salam pada bunga yang menguncup. Tetes-tetes air yang jatuh dari ujung daun. Juga angin yang berlalu dengan damai.

Mumta seperti melangkah pada halaman baru hidupnya.

Tidak ada lagi hati yang dijeruji, tidak ada lagi belenggu nurani, tidak ada lagi rantai yang memberatkan langkah untuk menapak.

Dan tidak ada lagi genggaman pada masa lalu.

Semuanya sudah lepas, dia buang pada arus memaafkan.

Sekarang senyum berani muncul tanpa menyembunyikan apapun. Sakit hati sudah tidak lagi menguasai, udara yang masuk lepas tanpa membawa beban.

Hatinya ... damai.

Sejak dia mulai menerima dan membuka pintu lagi untuk belajar. Meski belum bisa selebar dulu, Mumta akan berusaha agar raganya keluar dari masa sulit.

"Jatuh cinta ya, kamu?"

Saat sadar, Mumta sudah melihat Keyra memajukan wajah. Mengerutkan kening, menatapnya penuh selidik. Dagu dia topang di telapak tangan bagian kanan.

"Curiga aku."

"Key," Mumta justru memajukan kursi. Menggenggam jemari Keyra. Wajahnya masih berbinar seperti tadi. "Aku gak nyangka rasanya bakal seperti ini. Semacam mendapatkan hadiah atau menjadi pemenang di kompetisi idaman, bahkan lebih dari itu. Aku ngerasa pundakku jadi ringan, hati juga gak melulu lagi pengen nangis, wajah juga jadi hobi senyum, bukan lagi murung dan meluruhkan tangis. Benar-benar beda dari dua puluh empat jam yang lalu."

Kepala Mumta kembali melayang, pada malam hari ketika dia tidak bisa tidur. Lalu, kakinya seperti maling berjalan menuju kamar utama. Merangkak, menyempil di tengah-tengah orang tua yang tidur saling membelakangi. Kemudian tangannya melingkari pinggang Tantri yang ternyata belum terlelap sempurna. Kasur yang bergerak disangka manusia disebelah tengah beringsut, ternyata putri sulung yang memeluknya di belakang. Jauhari yang terganggu melirik dengan mata mengantuk. Namun tidak lama seulas senyum menghiasi wajah bangun tidurnya.

Benar-benar perubahan yang nyata.

"Serius kamu?" Mata Keyra membulat tidak lama setelah cerita bahagia itu selesai. Kepala Mumta mengangguk masih berhiaskan senyum. Bahkan hangatnya masih terasa di kulit yang ditutupi baju panjang ini.

Namun saat Mumta kembali mengangkat wajah, ekspresi berlawanan terlihat di wajah Keyra yang menjatuhkan pandang pada lantai kafe.

Tidak ada garis bibir yang terpahat, hanya ada raut murung yang baru saja menghela napas.

"Kamu gak senang dengar berita perdamaianku, Key?"

Keyra menggerakkan kepala. Tangannya mengaduk-aduk gelas di depan.

"Nggak, seneng dong. Bahagia banget. Itu cerita yang sangat ingin aku dengar dari kamu," balasnya dengan memberikan senyum yang terasa sedikit terpaksa.

Al MumtahanahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang