Vey's Submission

357 19 2
                                    

"Sudah!" Mundur beberapa langkah Mr. Skinner berusaha menikmati kecantikan istrinya, gaun merah berbelahan dada rendah setinggi lutut yang Vivian kenakan sangat kontras dengan kulit putih mulusnya. Sapuan makeup yang mempertajam alis serta lipstik berwarna senada dengan gaunnya dan heels yang makin menyempurnakan penampilan Vivian malam hari ini.

"Tidak ada yang lebih cantik dari gadisku!" Vivian tersenyum mendengarnya, meraih lengan Mr. Skinner yang telah terbungkus setelan jas formal guna menghadiri undangan makan malam yang di kediaman orang tua Hellen yang katanya adalah sekertaris baru Mr. Skinner, dan merupakan mantan karyawan Mr. Skinner sebelum Vivian. Membuat gadis itu bertanya-tanya seistimewa apa seorang Hellen dapat mengundang Mr. Skinner ke rumahnya.

"Orang tuanya adalah langganan, Vey!" Seru Mr. Skinner di perjalanan saat mengetahui kegelisahan istrinya, Mr. Skinner paham gadis itu cemburu. Tidak ada alasan bagi Mr. Skinner untuk melakukan itu, karena Vivian adalah seorang istri yang sempurna baginya.

Tak lama mereka tiba di sebuah rumah mewah milik orang tua Hellen, terlihat tiga orang sudah menunggu di teras rumah dengan senyum mengembang. Dapat Vivian lihat bahwa Mr. Skinner terlihat senang bisa bertemu kawan lamanya itu, Mr. dan Mrs. Weaving sangat bersahabat. Mereka bahkan merangkul Vivian seolah gadis itu adalah keluarga, namun dari tatapan Hellen gadis itu sama sekali tidak menunjukan kehangatan.

"Kemari, Ax! Anggap saja rumah sendiri!" Ujar Mr. Weaving saat mereka memasuki rumah dan menuju ruang makan, sudah tersedia berbagai hidangan lezat di sana. "Seharusnya kau tak perlu repot-repot melakukan ini." Kata Mr. Skinner duduk di salah satu kursi makan setelah pemilik rumah mengijinkannya.

"Well, putri semata wayangku berkata jika kau ingin mengunjungi kami. Jadi kami berusaha menjamu kerabat dekat dari keluarga Skinner yang terhormat ini dengan baik." Kata pria berambut putih tersebut yang berhasil membuat Mr. Skinner dan Vivian mengernyit heran dan melihat satu sama lain.

Hellen yang mendengarnya juga hanya bisa terdiam di tempatnya duduk saat ini, gadis yang mengenakan gaun yang hampir sama dikenakan oleh Vivian itu tak kalah seksi. Rambut yang sama pirangnya dibuat terurai seolah menantang Mr. Skinner malam ini, sayang pria itu membawa serta istrinya kemari dan selalu melayangkan tatapan tajam ke arah Hellen.

"Bagaimana butik?" Tanya Mr. Skinner membuka percakapan ringan yang ditanggapi oleh Mr. Weaving, namun Vivian sama sekali tak berniat untuk mendengarnya karena terus mengawasi Hellen. Gadis itu selalu mencuri pandang ke arah suaminya dan tersenyum seolah Vivian tak ada di sini, apalagi Hellen duduk tepat di hadapan Mr. Skinner sambil terus menggerakan payudaranya yang sedikit terbuka. Hampir membuat Vivian terbakar api cemburu.

"Oh, astaga!" Vivian terkejut setelah melihat Mr. Skinner dengan cerobohnya menumpahkan minuman ke celananya sendiri, entah kesialan apa lagi yang akan menimpa Vivian malam hari ini. Perasaannya menjadi tidak enak sedari Mr. Skinner mengajaknya untuk memenuhi undangan yang ternyata hanya kebohongan Hellen.

"Permisi, sepertinya aku harus ke toilet!" Ujar Mr. Skinner berdiri guna membersihkan celananya.

"Hellen, bisa kau tunjukan toiletnya!" Mrs. Weaving berujar, bagai sambaran petir bagi Vivian. Gadis itu merangkul lengan Mr. Skinner dan membawanya masuk, seolah Vivian bukanlah istri dari pria itu. Vivian ingin menyusul dan memastikan suaminya tidak digerayangi oleh tangan jahil itu, namun Mr. dan Mrs. Weaving tak henti-hentinya mengajak Vivian berbicara.

Membuat duduk gadis itu menjadi semakin gelisah apalagi waktu selalu berjalan dan mereka berdua tak kunjung kembali.

"Hellen?!" Mr. Skinner terlihat bingung saat gadis itu menunggunya keluar dari dalam toilet dan menghampirinya perlahan.

"Apa yang kau lakukan?" Bisik Mr. Skinner dan entah mengapa Vivian sangat menyukai bisikan suara bariton yang menggema di tempat ini. "Ku kira kau sangat paham, Sir!" Hellen mulai menyentuh jas Mr. Skinner dan merapihkannya, sebelah tangannya memastikan celana pria itu tidak terlalu basah seperti tadi.

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang