Memory (End)

358 22 2
                                    

Vivian mengitari kamar pribadi Mr. Skinner, kamar yang pernah ia tempati dengan mendiang suaminya itu. Kamar itu masih sama seperti yang terakhir ia lihat, penataan barang serta furnitur masih berada di tempatnya semula. Bahkan nuansanya masih menunjukan ciri khas seorang Mr. Skinner.

Vivian meraba ranjang dengan ukuran king size yang dilapisi oleh sprei selembut sutera itu, teringat akan kegiatan yang selalu mereka berdua lakukan. Bersenda gurau dalam ketelanjangan mereka, bercerita panjang lebar mengenai keluh kesahnya dan kegiatan lain yang membuat hati Vivian menjadi perih mengingatnya.

Vivian memegangi dadanya, terduduk lemah di atas ranjang. Kenangan itu terasa nyata, kerinduan akan pria itu membuatnya hampir kehilangan kewarasannya. Mr. Skinner, pria yang paling berwibawa dan juga bijaksana yang pernah ia temui. Sosok suami yang paling lembut dan penyayang untuk anaknya, juga seorang guru dan teman di hidupnya. Mengapa takdir begitu kejam memisahkan dirinya?

...

"aku bilang buka, Vivian..." suara serak Mr. Skinner makin membuat selangkangan Vivian terasa ngilu, pria itu kini membawa tongkat tipis berwarna hitam dengan kemeja setengah terbuka memperlihatkan perut berotot milik Mr. Skinner.

Vivian membuka penutup tubuh terakhirnya, sangat perlahan ia menurunkan panties itu membuat jakun Mr. Skinner naik turun melihat pemandangan di hadapannya.

"telungkup!" titah Mr. Skinner yang akhirnya dituruti Vivian untuk telungkup di atas ranjang king size milik Mr. Skinner.

Jemari kekar Mr. Skinner kini berada di tengkuk Vivian, seolah mencengkram dengan kuat lalu turun dengan perlahan dan berhenti ke bokong bulat Vivian.

Plak!!!

Satu tamparan keras di bokong Vivian membuatnya mendesah pelan, panas dan nyeri menjadi satu membangkitkan gairahnya yang sekarang mungkin sudah sedikit basah.

"kau meninginkannya Little One?" Vivian masih terdiam.

"Say it!" titah Mr. Skinner sambil meremas bokong vivian dengan kuat hingga Vivian memekik kesakitan.

"Yes Master..." rintih Vivian.

"Goodgirl!"

Mr. Skinner membalikan tubuh Vivian dengan sangat lembut, Vivian menyatukan kedua alisnya bingung.

"Kalau aku bisa melakukannya dengan lembut, kau janji tidak akan pergi dariku?"

Pertanyaan bodoh macam apa ini? Aku pasti sedang bermimpi, batin Vivian.

Vivian masih mematung menatap Mr. Skinner yang kedua matanya sudah menggelap karena gairah.

"Jawab aku Vivian..." Mr. Skinner menenggelamkan wajahnya di lekukan leher jenjang milik Vivian, mencari kehangatan yang selama ini telah hilang.

"Baiklah..." jawab Vivian frustasi, ia sungguh dibuat bingung dengan sikap Mr. Skinner yang berbanding terbalik. Melakukannya dengan lembut? Vivian pasti sedang bermimpi...

...

Suara pintu terbuka, Vivian segera menghapus air matanya saat seseorang memasuki kamar tersebut. Langkah pelan menghampirinya, Vivian mencoba setenang mungkin seperti semuanya baik-baik saja. Namun mata merahnya tak dapat menyembunyikan perasaannya saat ini.

"kau butuh sesuatu?" tanya suara besar yang berdiri tak jauh dari Vivian.

Nando menaruh kedua tangannya ke dalam saku celana, melihat wajah dan postur tubuh serta gaya tubuh anak laki-lakinya itu membuat Vivian seperti melihat Mr. Skinner yang sesungguhnya. Belum lagi suara serak itu begitu mirip dengan mendiang suaminya, Vivian yang tak dapat menyembunyikan kesedihannya akhirnya menumpahkan air matanya dan menangis sesegukan.

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang